PEMBAHASAN UMUM Processing design at robusta coffee agroindustry using modified wet process technology based on cleaner production

Gambar 100 Tiga pilar pembangunan berkelanjutan antara teori, realitas dan perubahan yang dibutuhkan Adams 2006 Dukungan terhadap perkembangan kopi yang berkelanjutan tidak hanya secara ekonomi tetapi juga sosial dan lingkungan agar dapat melahirkan standar kopi tersertifikasi. Kopi yang diusahakan di KUPK Sidomulyo, telah mendapatkan sertifikat kopi organik dari Utz Certified melalui eksportir kopi PT Indocom. Penghargaan terhadap kopi organik sebagai bagian dari kopi yang berkelanjutan tidak terlepas dari mutu biji kopi yang dihasilkan. Giovannucci 2001, menjelaskan mutu kopi merupakan landasan penerapan kopi yang berkelanjutan. Mutu kopi juga menjadi salah satu indikator dalam dimensi keberlanjutan ekonomi agroindustri kopi rakyat. Peningkatan mutu kopi dapat dilakukan dengan penerapan teknologi yang tepat. Teknologi dapat meningkatkan efisiensi proses melalui pengurangan penggunaan sumberdaya menjadi produk. Teknologi juga dapat dikembangkan untuk memitigasi dampak terhadap lingkungan. Teknologi memegang peran penting terhadap keberlanjutan karena menyediakan alat bagi manusia untuk mengambil sumberdaya dari lingkungan dan merubahnya sesuai kebutuhan. Teknologi juga membawa konsekuensi dampak lingkungan yang timbul dari proses pengolahan sumberdaya. Peningkatan mutu kopi rakyat dilakukan melalui modifikasi teknologi olah basah berdasarkan konsep produksi bersih. Teknologi olah basah telah dipercaya dapat meningkatkan mutu kopi karena diterapkan pada buah kopi matang dan melalui proses fermentasi yang mampu meningkatkan cita rasa kopi. Penerapan konsep produksi bersih pada proses pengolahan kopi dapat diupayakan melalui minimisasi air proses, penggunaan biodiesel, penanganan limbah cair, dan limbah padat yang memberikan nilai tambah ekonomi. Minimisasi air proses pengolahan kopi dapat diterapkan untuk meningkatkan mutu kopi sekaligus mengurangi volume air limbah. Rentang volume air proses minimal yang dapat diterapkan adalah 2,987 – 3,345 m 3 ton buah kopi. Meskipun mutu kopi cenderung meningkat seiring pertambahan volume air proses, akan tetapi penggunaan volume air minimum pada tingkat tersebut mampu meningkatkan mutu biji kopi grade 4 dibandingkan pengolahan kering grade 6. Selain itu, biji kopi yang dihasilkan tidak menunjukkan perbedaan signifikan pada mutu fisik dan cita rasa dibandingkan biji kopi yang dihasilkan dari pengolahan basah umumnya. Minimisasi air proses dapat menurunkan volume air proses hingga 67 dibandingkan pengolahan air basah yang biasa diterapkan bahkan mencapai 85 dibandingkan pengolahan basah tradisional. Penggunaan biodiesel membantu menurunkan emisi ke lingkungan terutama bila diterapkan lebih lanjut pada pengolahan kopi rakyat. Oleh karena itu penggunaan biodiesel membutuhkan kajian lebih lanjut. Terutama mengingat berbagai alternatif bahan bakar ramah lingkungan yang dapat diterapkan. Kajian secara ekonomis, teknis teknologis, dan kemudahan masyarakat untuk mendapatkan bahan bakar tersebut akan membantu pencapaian konsep produksi bersih pada agroindustri kopi rakyat. Penerapan modifikasi teknologi olah basah melalui minimisasi air proses mampu meningkatkan mutu kopi meskipun meningkatkan konsentrasi bahan organik pada limbah cair. Sehingga dibutuhkan suatu sistem penanganan limbah yang terintegrasi dengan proses pengolahan kopi rakyat. Tingginya konsentrasi bahan organik limbah cair COD dapat mencapai 26.000 mgL merupakan potensi terbentuknya biogas melalui pengolahan menggunakan digester anaerobik. Kualitas efluen yang dihasilkan dari digester anaerobik meningkat hingga 90 dari kualitas awal limbah cair hasil pengolahan kopi. Digester anaerobik merupakan penanganan limbah secara biologi yang dianggap tepat dan cukup mudah untuk diterapkan pada agroindustri kopi rakyat. Beberapa keuntungan penerapan digester anaerobik adalah memiliki efisiensi penurunan konsentrasi limbah organik yang tinggi, menghasilkan biogas yang dapat dimanfaatkan, lebih sedikit menghasilkan lumpur, dan mudah untuk diterapkan. Meskipun efisiensi pengolahan anaerobik tinggi 90, tetapi efluen yang dihasilkan dari digester anaerobik belum layak untuk dibuang ke lingkungan, sehingga dibutuhkan penanganan sekunder bahkan tersier. Pemilihan penanganan hingga tahap tersier disesuaikan dengan tujuan pemanfaatan akhir dari efluen yang dihasilkan. Produk samping yang masih dapat dimanfaatkan dan bernilai ekonomis dari tahapan penanganan limbah cair adalah biogas, pupuk cair, air daur ulang, dan air untuk pengairan. Pengolahan kopi menghasilkan limbah padat yang besar mencapai 60 dari total volume produksi awal. Limbah padat utama yang dihasilkan dari proses pengolahan kopi adalah pulp kopi dan kulit tanduk. Limbah padat tersebut bersifat organik dan memiliki nilai ekonomi apabila dilakukan penanganan secara tepat. Penanganan limbah padat sebaiknya terintegrasi bersama penanganan limbah cair untuk meningkatkan efisiensi penanganan dalam sistem agroindustri kopi rakyat. Beberapa alternatif pemanfaatan limbah padat yang dapat diterapkan di KUPK Sidomulyo, Silo, Kabupaten Jember adalah pembuatan briket, pakan ternak, kompos, media produksi jamur, dan papan partikel. Secara sistematis, sistem pengolahan kopi rakyat berbasis produksi bersih disajikan dalam Gambar 101. Gambar 101 Skema sistem pengolahan kopi rakyat berbasis produksi bersih Aplikasi modifikasi teknologi pengolahan basah melalui upaya minimisasi air berbasis produksi bersih pada agroindustri kopi rakyat membutuhkan investasi lebih besar tetapi memiliki nilai lebih layak dibandingkan pengolahan kering. Fluktuasi harga kopi dunia merupakan faktor dominan yang mempengaruhi kelayakan dan keberlanjutan pertanian kopi. Nilai tambah ekonomi dari produk samping pengolahan kopi dapat mendukung keberlanjutan agroindustri kopi rakyat. Penerapan teknologi minimisasi air pada pengolahan kopi juga dapat menjadi solusi terhadap permasalahan kesulitan air untuk proses pengolahan yang umumnya terjadi di daerah-daerah perkebunan kopi di Indonesia. Konsep produksi bersih pada agroindustri kopi rakyat membutuhkan upaya terus menerus dan konsisten. Wawasan dan pengelolaan yang menyeluruh terhadap proses konversi buah kopi menjadi biji kopi tidak semata-mata berdasarkan konsep ekonomi. Perspektif sosial dan lingkungan adalah bagian dari sistem pengolahan sejak awal yang harus dikelola untuk menjaga keberlanjutan agroindustri kopi rakyat. Keikutsertaan secara aktif kelompok tani dalam adopsi teknologi bersih serta penghargaan terhadap upaya peningkatan mutu biji kopi dari stakeholder terkait akan membantu pengembangan agroindustri kopi rakyat. Strukturisasi upaya pengembangan agroindustri kopi rakyat melalui penerapan konsep produksi bersih direkayasa menggunakan teknik pemodelan interpretative ISM Interpretative Structure Modelling. Strukturisasi pengembangan dilaksanakan dalam lembaga koperasi yang telah dibentuk atas dasar keinginan bersama kelompok tani. Strukturisasi dianalisis berdasarkan 5 elemen sistem yaitu kebutuhan, kendala pengembangan, perubahan yang diinginkan, tujuan, dan indikator pengembangan. Kebutuhan pengembangan pasar dan peningkatan pendapat menjadi dasar bagi upaya pemenuhan kebutuhan sistem lainnya. Sub elemen keterbatasan akses pasarekspor merupakan kendala utama pengembangan yang harus ditangani pertama kali sebelum sub elemen kendala lainnya. Berdasarkan keterbatasan pengembangan akan pasar, dibutuhkan pengembangan agroindustri kopi ke arah perluasan pasar dan ekspor, serta pola pengolahan kopi rakyat yang berorientasi bisnis dalam kelompok. Tujuan pengembangan agroindustri rakyat terutama diarahkan untuk peningkatan kualitas bahan baku dan produk, peningkatan nilai ekspor, dan perbaikan kinerja kelembagaan. Adapun indikator utama yang menunjukkan telah tercapainya upaya pengembangan agroindustri kopi rakyat dapat dilihat pada sub elemen terpenuhinya kebutuhan dasar anggota kelompok tani maupun pekerja yang terlibat. Berdasarkan hasil analisis ISM, terdapat kecenderungan sub elemen sistem yang termasuk dalam dimensi ekonomi menjadi dasar bagi pemenuhan sub elemen lainnya. Hasil ini tidak jauh berbeda dengan hasil analisis keberlanjutan, yang menggambarkan masih besarnya dimensi ekonomi dalam pengembangan agroindustri kopi rakyat. Meskipun demikian sub elemen berdimensi sosial ternyata dominan sebagai ukuran keberhasilan pengembangan agroindustri. Faktor eksternal menjadi faktor pendorong utama perubahan untuk pengembangan agroindustri kopi rakyat di KUPK Sidomulyo. Oleh karena itu, kelembagaan agroindustri kopi rakyat hendaknya mampu dan terus berusaha melakukan perbaikan sehingga mampu mengikuti dinamika perubahan kopi internasional. Perkembangan pertanian kopi cenderung dipengaruhi oleh kebijakan kopi internasional. Perkembangan kopi dunia yang mengarah pada konsep kopi berkelanjutan yang ramah lingkungan dan meniadakan kesenjangan sosial ternyata tidak sepenuhnya mempengaruhi perkembangan kopi di Indonesia. Dominasi kepentingan ekonomi masih menjadi dasar untuk melakukan perubahan sesuai persyaratan internasional. Meskipun demikian, perubahan pandangan kelompok tani dan stakeholder terkait harus terus diupayakan untuk menyeimbangkan dimensi ekonomi, sosial, dan lingkungan dalam rangka pencapaian pembangunan yang berkelanjutan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan gambaran bahwa pemenuhan indikator dimensi lingkungan secara langsung akan membantu meningkatkan ekonomi petani. Terutama didasarkan pemahaman bahwa keberlanjutan sumberdaya akan menentukan keberlanjutan kegiatan ekonomi. Selain itu, dimensi sosial sebagai salah satu elemen keberlanjutan yang menunjukkan interaksi antara manusia dan sistem lingkungan juga harus dijaga. Penerapan konsep produksi bersih dalam agroindustri kopi rakyat adalah salah satu upaya menjaga keseimbangan antara dimensi ekonomi, lingkungan, dan sosial pertanian kopi yang berkelanjutan.

XI. KESIMPULAN DAN SARAN

11.1. Kesimpulan

1. Agroindustri kopi Robusta rakyat di KUPK Sidomulyo, Kabupaten Jember saat ini dinilai cukup berlanjut nilai indeks keberlanjutan 58,94 karena memiliki kekuatan sebagai sumber pendapatan utama dan memiliki peluang pasar ekspor yang tinggi aspek ekonomi, memiliki kesesuaian untuk persyaratan produk kopi ramah lingkungan aspek lingkungan, memberikan kepuasan bagi petani aspek sosial dan pertumbuhan kelompok tani yang positif aspek kelembagaan. 2. Salah satu faktor penting untuk meningkatkan keberlanjutan agroindustri kopi rakyat adalah peningkatan mutu. Untuk itu modifikasi teknologi olah basah yang berbasis produksi bersih dengan minimisasi pemakaian air sebesar 67 atau setara dengan pengurangan air dari 9 menjadi 3 m 3 ton buah kopi menunjukkan mutu kopi dapat dipertahankan dan produksi lebih ramah terhadap lingkungan.. Produksi dengan menggunakan biodiesel untuk mesin- mesin pengolahan kopi mampu menurunkan emisi CO 2 hingga 40. 3. Modifikasi minimisasi air proses perlu diikuti dengan pengolahan limbah terpadu. Pada pembuatan biogas, peningkatan konsentrasi bahan organik pada limbah cair dapat meningkatkan volume biogas yang dihasilkan hingga 2,4 kali. Penggunaan sistem penanganan limbah cair dengan teknik anaerobik- koagulasi flokulasi-adsorpsi dan pemanfaatan limbah padat dapat memberi nilai tambah bagi agroindustri kopi, berupa ; a. Pemanfaatan biogas dapat menurunkan emisi gas CO 2 hingga 60 b. Daur ulang air proses dapat mengurangi penggunaan air bersih hingga 25. c. Penurunan limbah padat hingga 60, dengan pemanfaatan untuk pakan ternak, kompos, media jamur, papan partikel, dan bahan baku digester anaerobik. 4. Aplikasi teknologi olah basah berbasis produksi bersih dinilai layak dan memiliki fleksibilitas lebih tinggi NPV Rp. 1.131.058.923, IRR 51,94, BC 3,88 dan PBP 1,8 tahun dibandingkan pengolahan kopi kering. 5. Penerapan teknologi olah basah berbasis produksi bersih berdasarkan analisis ISM harus dilakukan dengan mengembangkan agroindustri kopi rakyat yang berbasis kelompok dan berorientasi bisnis, serta upaya perluasan pasar. Pengembangan agroindustri kopi dapat dicapai melalui peningkatan kualitas bahan baku dan produk, peningkatan nilai ekspor, dan perbaikan kinerja kelembagaan. Keberhasilan pengembangan dapat dinilai dari terpenuhinya kebutuhan mendasar petani dan pekerja yang terlibat dalam agroindustri kopi secara berkelanjutan.

11.2. Saran

Untuk penerapan pengolahan kopi berbasis produksi bersih disarankan beberapa hal yaitu. 1. Dibutuhkan sosialisasi secara terus menerus pada kelompok tani dan masyarakat untuk memberikan pemahaman mengenai keuntungan teknologi ini. 2. Perlu dibuat standar pengolahan kopi untuk agroindustri rakyat yang termasuk skala usaha kecil menengah sehingga dapat membantu petani menerapkan teknologi ini. 3. Dibutuhkan pemberian insentif harga berupa kenaikan harga pembelian oleh eksportir atau instansi terkait terhadap biji kopi yang dihasilkan petani sebagai insentif terhadap perbaikan lingkungan. 4. Perlu dilakukan kajian mutu kopi yang dihasilkan dari penggunaan air daur ulang. 5. Perlu dilakukan peningkatan efisiensi mesin pengolahan kopi pulper dan washer. 6. Pemanfaatan biogas hasil digester anaerobik untuk proses pengeringan biji kopi secara mekanis sebagai alternatif penggunaan kayu bakar yang dilakukan saat ini. xv DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi ……………………………………………………………………… xv Daftar Tabel …………………………………………………………………. xix Daftar Gambar ……………………………………………………………… xxi Daftar Lampiran ……………………………………………………………. xxiv Glosari …………………………………………………………………….. xxv I. PENDAHULUAN ………………………………………………….. 1 1.1. Latar Belakang ………………………………………………… 1 1.2. Tujuan Penelitian …………………………………………….. 3 1.3. Kerangka Pemikiran …………………………………………… 3 1.4. Perumusan Masalah …………………………………………. 6 1.5. Manfaat Penelitian ……………………………………………. 9 1.6. Hipotesis Penelitian …………………………………………… 9 1.7. Novelty Kebaruan penelitian ………………………………….. 9 II. TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………… 11 2.1. Pertanian Kopi ………………………………………………… 11 2.2. Pengembangan Kopi Rakyat Berbasis Agroindustri ………… 16 2.3. Konsep Pembangunan Berkelanjutan pada Agroindustri Kopi Rakyat . …………………………………………………………………… 20 2.4. Proses Pengolahan Kopi ………………………………………. 28 2.4.1. Proses Proses Pengolahan Kering …………………….. 28 2.4.2. Proses Pengolahan Basah ……………………………… 31 a. Sortasi Buah …………………………………………. 31 b. Pengupasan Buah Kopi Pulping …………………… 32 c. Fermentasi …………………………………………… 33 d. Pencucian Washing ………………………………… 35 e. Pengeringan …………………………………………. 36 f. Pengupasan Kulit Tanduk Hulling ………………….. 37 2.5. Mutu Kopi ……………………………………………………. 41 2.6. Pendekatan Konsep Produksi Bersih …………………………. 45 2.7. Strategi Penanganan Limbah …………………………………. 52 2.8. Penanganan Limbah Cair …………………………………….. 54 2.8.1. Penanganan Fisika Kimia ……………………………… 55 2.8.2. Penanganan Biologi …………………………………… 56 2.9. Penanganan Limbah Padat Proses Pengolahan Kopi …………. 61 2.10. Teknik Interpretative Structure Modelling ISM …………….. 64 2.11. Posisi Strategis dan Kebaruan Penelitian …………………….. 67

III. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

………………… 71 3.1. Letak Geografis dan Keadaan Wilayah ……………………….. 71 3.2. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian ……………… 73 3.3. Keadaan dan Potensi Perkebunan ……………………………. 75 3.4. Gambaran Kegiatan Pengolahan dan Pemasaran Kopi Rakyat … 76 3.5. Profil Umum Kelompok Tani Sidomulyo I ………………….. 81 IV. METODOLOGI PENELITIAN ………………………..………… 87 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ………………………………. 87 4.2. Bahan dan Alat ……………………………………………… 88 4.3. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ……………………………. 88 4.3.1. Keberlanjutan Agroindustri Kopi Rakyat ……………. 88 4.3.2. Desain Proses Pengolahan Kopi Robusta dengan Modifikasi Teknologi Olah Basah …………………………….…… 89 4.3.3. Penanganan Limbah Proses Pengolahan Kopi Robusta Berbasis Produksi Bersih ……………………………… 90 4.3.4. Analisis Lingkungan, Sosial, Ekonomi Agroindustri Kopi Rakyat Berbasis Produksi Bersih ……………………….. 91 4.3.5. Stukturisasi Pengembangan Agroindustri Kopi Rakyat di KUPK Sidomulyo, Kabupaten Jember …………………. 92 V. ANALISIS KEBERLANJUTAN AGROINDUSTRI KOPI RAKYAT DI KUPK SIDOMULYO, KABUPATEN JEMBER ……………. 93 5.1. Pendahuluan …………………………………………………. 93 5.2. Metode Penelitian ……………………………………………. 94 5.2.1. Metode Pengumpulan Data ……………….…………… 94 5.2.2. Variabel yang Diamati ……………………..…………. 95 5.2.3. Metode Analisis Data ………………………………….. 95 5.3. Hasil dan Pembahasan ………………………………………. 96 5.3.1. Kerangka Penilaian Keberlanjutan …………………… 96 5.3.2. Analisis Keberlanjutan Dimensi Ekonomi …………… 97 5.3.3. Analisis Keberlanjutan Dimensi Lingkungan …………… 101 5.3.4. Analisis Keberlanjutan Dimensi Sosial ………………. 107 5.3.5. Analisis Keberlanjutan Dimensi Kelembagaan ………. 111 5.3.6. Penilaian Multidimensi Keberlanjutan ………………… 118 5.4. Kesimpulan ………………………………………………….. 120