Analisis Keberlanjutan Dimensi Kelembagaan Agroindustri Kopi
112
terdiri atas nilai dan aturan main, tetapi juga struktur, partisipan, teknologi, dan lingkungan yang mampu mentransformasikan input menjadi output masyakat.
Atribut serta skoring untuk dimensi kelembagaan di kawasan KUPK dapat dilihat
pada Tabel 11.
Kelembagaan petani di KUPK Sidomulyo menjadi aspek yang cukup penting , terutama karena kelembagaanlah yang mengendalikan, mengontrol, atau
mengatur interdependensi antar pelaku ekonomi terhadap sumber daya. Petani yang berusaha dengan luas lahan rata-rata 2 ha akan lebih efisien dan produktif
serta berkelanjutan jika berusaha dalam bentuk kelompok tani. Melalui kelompok tani, para petani akan lebih kuat dari segi kelembagaan maupun permodalan.
Tabel 11 Nilai indikator keberlanjutan dimensi kelembagaan agroindustri kopi di
KUPK Sidomulyo, Jember
No Atribut
Kelembagaan Skor
Baik Buruk
Keterangan 1
Pengambilan keputusan
yang terintegrasi
3 3
0 Tidak pernah dilakukan 1
Dilakukan terbatas
antar pengurus;
2 Kadang
dilakukan melibatkan anggota; 3
Selalu melibatkan anggota
2 Upaya
Pengembangan kapasitas
2 3
0 Tidak dilakukan 1 Dilakukan
jika ada
dukungan pihak lain ; 2 Ada
upaya melakukan
secara mandiri;
3 Kontinyu dilakukan
3
Upaya peningkatan ilmu
pengetahuan dan teknologi
2
3 0 Tidak dilakukan 1
Dilakukan dengan
dukungan pihak lain; 2 Ada
upaya melakukan
secara mandiri;
3 Kontinyu dilakukan
4 Kesadaran sosial dan
informasi 2
3 0 Belum
mengetahui kebutuhan akan kesadaran
sosial dan
informasi 1Mengetahui
dibutuhkannya kesadaran sosial dan informasi ; 2
Menyadari
kebutuhan sosial
dan informasi
dengan upaya
yang terbatas;
3 Selalu
berupaya memenuhi
113
kebutuhan sosial
dan informasi
5
Aturan-aturan dan
kerjasama internasional
2
3 0 Belum mengetahui 1
Mengetahui namun belum ada upaya penerapan ; 2
Mengetahui dengan upaya menerapkan
secara terbatas; 3 Mengetahui
dan berupaya menerapkan.
6
Ketersediaan tata
aturanperanan civil society
2
3 0 Belum mengetahui; 1
Mengetahui secara
terbatas per individu; 2 Telah
memiliki secara
terbatas; 3
Memiliki secara
jelas dan
komprehensif
7
Kerangka aturan dan kelembagaan
2
3 0 Belum
memiliki pemahaman
1 Mengetahui
secara terbatas
2 Telah
memiliki dalam organisasi secara terbatas; 3 Telah
ada jaminan penerapan kerangka
aturan dan
kelembagaan
8 Kesiapan
akan bencana
mitigasi dan adaptasi
1 3
0 Belum mengetahui
resiko bencana sebagai faktor ketidakpastian 1
Mengetahui resiko
bencana tetapi belum ada kesiapan;
2 Mulai
berkoordinasi dalam
tindakan mitigasi
dan adaptasi; 3 Telah ada
koordinasi keluar dalam tindakan
mitigasi dan
adaptasi
9
Partisipasi publik
2
3 0 Belum mengetahui 1
Mengetahui namun belum ada
partisipasi; 2
Kadang-kadang melakukan
upaya pelibatan
partisipasi publik; 3 Memahami dan
selalu melibatkan peran partisipasi publik
Sumber: data diolah 2011
114
Penilaian tertinggi diberikan pada atribut pengambilan keputusan yang terintegrasi berdasarkan upaya pelibatan seluruh anggota kelompok tani dalam
setiap pengambilan keputusan terutama yang terkait dengan kepentingan anggota. Kelompok Tani Sidomulyo I secara aktif mengikuti aktifitas pengembangan
organisasi dan usaha perkebunan kopi seperti Forum Komunikasi Penyuluhan Pertanian FKPP, diskusi kelompok, temu wicara, widya wisata, kegiatan sosial,
dan kegiatan penunjang lainnya. Keberadaan tenaga penyuluh pertanian dari Dinas Perkebunan, kerjasama dengan lembaga lain seperti Puslitkoka Indonesia,
Universitas Jember, dan Politeknik Negeri Jember turut mendukung pengembangan kelembagaan di KUPK Sidomulyo.
Gambar 31 Hasil analisis Rap-Coffee dimensi kelembagaan
Hasil analisis keberlanjutan dimensi kelembagaan Gambar 31.
menunjukkan status cukup berlanjut 54,87. Penilaian yang tinggi terhadap atribut pengambilan keputusan terintegrasi ternyata tidak memberikan pengaruh
dominan terhadap nilai keberlanjutan dimensi kelembagaan. Analisis faktor pengaruh leverage menunjukkan atribut yang dominan mempengaruhi status
keberlanjutan kelembagaan adalah kesiapan akan bencana mitigasi adaptasi
dalam konteks perubahan iklim Gambar 32.. Meskipun demikian dua atribut
lain yang dapat mendukung peningkatan keberlanjutan adalah pengembangan keputusan terintegrasi, dan partisipasi publik. Karena kedua faktor pengaruh ini
115
telah berjalan dengan baik sejak pembentukan Kelompok Tani Sidomulyo 1 yang akhirnya melahirkan Koperasi Buah Ketakasi sebagai upaya pengembangan
kelembagaan.
1,928 0,272
0,208 0,029
0,008 0,155
0,025 2,485
1,257
1 2
3 Pengambilan keputusan terintegrasi
Pengembangan kapasitas Iptek
Kesadaran sosial dan informasi Aturan kerjasama internasional
Tata aturanperanan civil society Kerangka aturan kelembagaan
Kesiapan akan bencana mitigasi adaptasi
Partisipasi publik
Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed on Sustainability scale 0 to 100
A ttr
ib u
te
Leverage of Attributes
Gambar 32 Hasil analisis leverage dimensi kelembagaan
Prinsip dasar yang harus dipenuhi dalam pengembangan kelembagaan di pedesaan agar dapat berjalan dengan baik dan berkelanjutan adalah : a. Prinsip
otonomi spesifik lokal; b. Prinsip pemberdayaan petani dan c. Prinsip kemandirian lokal. Kelembagaan petani memiliki titik strategis entry point
dalam menggerakkan sistem agribisnis di pedesaan. Untuk itu segala sumberdaya yang ada di pedesaan perlu diarahkandiprioritaskan dalam rangka peningkatan
profesionalisme dan posisi tawar petani kelompok tani Pakpahan 1999. Keberadaan kelompok tani yang telah memiliki badan usaha dalam bentuk
koperasi sangat membantu memperkuat kelembagaan petani. Mendukung pernyataan Kasryno 2002, melalui koperasi, petani dapat diharapkan memiliki
kekuatan untuk 1 memperjuangkan hak-haknya, 2 memperoleh posisi tawar
116
dan informasi pasar yang akurat terkait harga kopi dunia, dan 3 berperan dalam melakukan negosiasi dan penentuan harga kopi yang diproduksi anggotanya.
Selain itu melalui koperasi, kelompok tani akan lebih mudah mendapatkan akses permodalan dan pasar untuk keberlanjutan pengolahan kopi yang bermutu. Lebih
jauh Pakpahan 1999, menyebutkan 4 kriteria agar kelompok tani itu kuat dan mampu berperan aktif dalam memperjuangkan hak-haknya, yaitu:
1 kelompok tani harus tumbuh dari petani sendiri, 2 pengurusnya berasal dari para petani dan
dipilih secara berkala, 3 memiliki kekuatan kelembagaan formal, dan 4 bersifat partisipatif.
Penilaian yang rendah terhadap atribut kesiapan akan bencana mitigasi adaptasi ternyata mempengaruhi nilai keberlanjutan. Hal ini terkait dengan
belum adanya pemahaman mengenai dampak perubahan iklim terhadap usaha agroindustri kopi rakyat. Mitigasi adalah proses mengupayakan berbagai tindakan
preventif untuk meminimalkan dampak negatif bencana yang akan terjadi. Dalam UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, mitigasi adalah
serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran, dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman
bencana. Mitigasi merupakan investasi jangka panjang bagi kesejahteraan masyarakat. Salah satu langkah mitigasi untuk mengurangi dampak perubahan
iklim terhadap agroindustri kopi adalah pemanfaatan biofuel, upaya diversifikasi tanaman naungan dan penutup di areal perkebunan kopi, serta langkah-langkah
konservasi lahan. Melakukan upaya daur ulang air, meningkatkan efisiensi atau mengurangi intensitas penggunaan air merupakan contoh-contoh upaya
menerapkan adaptasi dalam penggunaan air. Adaptasi
terhadap perubahan
iklim adalah
kemampuan atau
kecenderungan makhluk hidup dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan yang berubah akibat perubahan iklim untuk dapat tetap hidup dengan baik. Adaptasi
terhadap perubahan iklim secara khusus dicirikan oleh penyesuaian terhadap sistem ekonomi, ekologis dan sosial terhadap perubahan iklim, pengaruh dan
dampaknya untuk mencegah meluasnya dampak dan kemampuan untuk mengambil keuntungan dari peluang baru. Adaptasi juga mencakup penyesuaian
kemampuan individu, kelompok ataupun organisasi untuk menerima adanya
117
perubahan dan menerapkan keputusan melakukan adaptasi merubah kapasitas penerimaan menjadi suatu tindakan. Menurut Wreford et al. 2010, tiga tipe
adaptasi adalah sebagai berikut; 1. Mengurangi sensitifitas dari sistem yang terkena dampak; sebagai contoh
meningkatkan kapasitas reservoir, menanam tanaman keras yang mampu menahan perubahan iklim, mengelola tanah yang mampu menahan banjir
2. Mengubah paparan sumber yang diprediksi dapat menimbulkan bencana dengan cara membuat sistem peringatan dini atau persiapan bahaya seperti
peramalan musim dan aksi antisipasi lainnya. 3. Meningkatkan resiliensi dari sistem sosial dan ekologis yang dapat dicapai
dengan aksi-aksi generik untuk mengkonservasi sumber daya, juga mencakup pengukuran spesifik terhadap kemampuan populasi melakukan perbaikan dari
adanya kehilangan. Berdasarkan pemahaman tersebut, maka dibutuhkan suatu pendidikan
masyarakat terkait dampak perubahan iklim. Melalui pendekatan kebijakan publik diharapkan dapat memotivasi masyarakat ataupun kelompok tani di kawasan
perkebunan kopi untuk membuat suatu aturan maupun upaya dalam menangani dampaknya. Investasi dapat diberikan oleh pemerintah maupun stakeholder
terkait untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengelola dampak. Salah satu aplikasi pemahaman terhadap aturan dan kerjasama
internasional yang selama ini berusaha diwujudkan di KUPK Sidomulyo adalah sertifikasi. Perwujudan produk yang tersertifikasi organik dengan bantuan
eksportir kopi lebih mudah dilakukan oleh petani di Sidomulyo karena diupayakan melalui kelompok tani yang kuat. Meskipun atribut aturan dan
kerjasama internasional tidak termasuk komponen kunci keberlanjutan tetapi sertifikasi secara formal dan luas yang direkomendasikan oleh eksportir kopi
membantu keberlanjutan para produsen kopi skala kecil. Lebih jauh COSA The Committee on Sustainability Assessment dalam Giovannucci 2008,
menempatkan keberadaan sertifikasi dalam prioritas tinggi. Proses penilaian sertifikasi secara ideal terutama mencakup adanya proses transparansi dalam
organisasi, upaya penyediaan informasi dan perluasan pasar, aktivitas komersial, kesehatan, pendidikan, dan sosial, serta adanya manajemen resiko harga produk.
118
Menurut Sudarko 2010, perkembangan produktivitas dan kualitas kopi di KUPK Sidomulyo menunjukkan perkembangan yang baik setelah adanya
kelompok tani. Petani yang berkelompok menunjukkan produktivitas yang lebih tinggi dengan yang tidak berkelompok. Adanya keterikatan antar anggota
kelompok, pengurus dan keaktifan kelompok tani Sidomulyo dalam pembinaan yang sering dilakukan oleh stakeholder terkait mendukung kemajuan
kelembagaan. Berdasarkan kondisi dan penilaian keberlanjutan di atas, maka diharapkan Kelompok Tani di KUPK Sidomulyo mampu menjadi kelompok yang
kuat dan mandiri, mampu meningkatkan pendapatannya, memiliki akses pasar, maupun perbankan secara berkelanjutan.