Analisis Iklim Mikro Pohon pada berbagai Land Use

membuktikan bahwa pohon lebih efektif mereduksi suhu dan meningkatkan kelembaban dibandingkan dengan struktur vegetasi lainnya adalah benar. Penanaman sekelompok pepohonan yang berkerapatan tinggi merupakan perlindungan dalam mengurangi temperatur yang tinggi pada siang hari, sedangkan menurut Lakitan 1997 dalam Muhammad dan Chafid 2009, pada malam hari tanaman berperan sebagai penahan panas, sehingga pada malam hari suhu udara di bawah tajuk lebih hangat dibandingkan suhu udara di atas permukaan tanah terbuka tanpa vegetasi. Daerah yang tertutup tegakan pohon akan mempunyai kelembaban yang relatif tinggi, sedangkan keadaan tanah yang kering pasir, kerikil, dan sejenisnya cenderung menimbulkan suhu tinggi dan kelembaban yang rendah Pudjiharta 1980 dan Laurie 1990 dalam Muhammad dan Chafid 2009. Keberadaan RTH yang terdapat struktur vegetasi pohon, semak, dan rumput sangat penting pada setiap kawasan. Untuk itu, pembangunan dengan tetap memperhatikan keberadaan RTH sangat penting untuk menciptakan kenyamanan pada setiap kawasan di perkotaan. Menurut Dahlan 2004, untuk kenyamanan suatu kota pada daerah tropis terdapat kategori nilai dari suhu dan kelembaban udara. Untuk memenuhi kategori ideal-sedang dibutuhkan suhu udara sebesar 22,5-27,5°C dan kelembaban udara sebesar 60-90. Pada hasil pengukuran, hanya kelembaban udara pohon pada RTH kota yang masuk dalam kategori ideal-sedang. Struktur vegetasi pada kawasan lain memiliki nilai di luar kategori ideal-sedang dalam kenyamanan suatu kota. Hal ini membuktikan bahwa RTH yang ada pada setiap kawasan belum optimal fungsinya dalam ameliorasi iklim. Sehingga dibutuhkan analisis untuk mengetahui penyebab perbedaan suhu dan kelembaban udara pada struktur vegetasi yang sama pada land use yang berbeda.

5.3 Analisis Iklim Mikro Struktur Vegetasi pada Berbagai Land Use

5.3.1 Analisis Iklim Mikro Pohon pada berbagai Land Use

Pohon sangat penting dalam RTH di semua land use. Setiap land use memiliki kebutuhan yang berbeda-beda sehingga jenis pohon yang akan digunakan di berbagai land use harus disesuaikan dengan kebutuhan. Misalnya, untuk kawasan perumahan, pada RTH taman lingkungan dibutuhkan pohon dengan fungsi sebagai peneduh karena tempat tersebut digunakan sebagai tempat bersosialisasi. Kawasan industri akan membutuhkan pohon yang dapat mereduksi panas yang dihasilkan karena aktivitas produksi yang industri lakukan. Kawasan CBD membutuhkan pohon yang bersifat peneduh dan tidak memiliki buah yang mudah rontok karena letak CBD yang umumnya berada di pinggir jalan raya. RTH kota lebih mementingkan pemilihan berdasarkan struktur pohon agar menyerupai hutan alami. Pengukuran iklim mikro dilakukan pada empat kawasan yaitu industri, CBD, perumahan, dan RTH kota. Pengukuran dilakukan untuk mengetahui perbedaan iklim mikro yang disebabkan oleh perbedaan keadaan lingkungan di setiap land use. Pengukuran dilakukan di bawah pohon meranti kuning Shorea macrobalanos pada kawasan industri, pohon angsana Pterocarpus indicus pada CBD, pohon kerai payung Felicium decipiens di kawasan perumahan dan pohon anggerit Nauclea lanceolata pada kawasan RTH kota. Pada Gambar 5.9 menggambarkan grafik rata-rata suhu dan kelembaban udara di bawah naungan pohon pada empat kawasan yang berbeda. Gambar 5.9 Suhu dan kelembaban udara di bawah naungan pohon Berdasarkan grafik pada gambar di atas, dapat diketahui bahwa suhu udara paling tinggi adalah suhu udara di bawah naungan pohon kerai payung Felicium decipiens pada kawasan perumahan dan suhu paling rendah terdapat di bawah naungan pohon anggerit Naucela lanceolata yang berada di kawasan RTH kota. Suhu udara di bawah naungan pohon pada kawasan industri dan CBD memiliki 32,29 32,53 33,47 30,51 55,59 55,63 50,44 62,46 - 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 Industri CBD Perumahan RTH Kota Land Use Suhu °C RH nilai yang hampir sama dengan selisih sebesar 0,14 ⁰C. Kelembaban udara pohon paling tinggi adalah pohon pada RTH kota dan kelembaban udara paling rendah adalah pohon pada perumahan. Menurut uji statistik yang dilakukan, suhu dan kelembaban udara pohon pada empat kawasan ini memiliki perbedaan secara signifikan pada taraf nyata 5 persen Lampiran 14. Hal ini membuktikan bahwa suhu dan kelembaban udara pada pohon dipengaruhi oleh adanya perbedaan land use dan kemampuan tiap jenis pohon dalam mereduksi suhu dan meningkatkan kelembaban udara. Kawasan perumahan merupakan lingkungan yang padat dan minim RTH sehingga suhu udara pada kawasan perumahan cenderung tinggi, hal ini sangat berbanding terbalik dengan keadaan di RTH kota yang didominasi oleh vegetasi sehingga suhu udara di RTH kota lebih rendah dibandingkan kawasan lainnya. Sedangkan CBD lebih didominasi oleh bangunan fisik dan dekat dengan jalan raya sehingga menghasilkan suhu yang cukup tinggi. Menurut Kartasapoetra 1986 salah satu penyebab perbedaan iklim diberbagai tempat karena ketinggian tempat. Kawasan perumahan berada pada ketinggian 100-150 mdpl dan industri berada pada ketinggian 350-400 mdpl, sehingga walaupun industri menghasilkan panas dari aktivitas industri, suhu udara di industri lebih rendah dibandingkan dengan suhu udara di perumahan. Perbedaan suhu udara juga disebabkan oleh luasnya RTH pada masing-masing land use. RTH kota memiliki luas RTH yang paling besar dibandingkan dengan land use lainnya yaitu sebesar 85,8 persen dari luas keseluruhan. CBD memiliki luas RTH yang paling sedikit yaitu sebesar 22,15 persen. Semakin luas RTH pada suatu kawasan akan menciptakan iklim mikro yang lebih baik, sehingga suhu udara pada pohon di RTH kota memiliki suhu paling rendah. Faktor lain adalah kemampuan pohon dalam mereduksi suhu berbeda- beda. Suhu udara di bawah pohon pada perumahan memiliki nilai yang paling tinggi dibandingkan CBD dengan selisih suhu sebesar 0,94 ⁰C. Hal ini dikarenakan pohon yang diukur suhu udaranya pada kawasan perumahan adalah pohon kerai payung Felicium decipiens yang memiliki tajuk tidak terlalu rapat dan tingginya ±6 meter, sedangkan pada CBD dilakukan pengukuran pada pohon angsana Pterocarpus indicus yang memiliki tajuk rapat dan ketinggian mencapai ±8 meter. Hal ini mengindikasikan bahwa penting dilakukan pemilihan vegetasi secara cermat sehingga RTH yang ada dapat dimanfaatkan dengan efektif dan dapat memberikan iklim mikro yang nyaman. Menurut Grey dan Deneke 1978, kemampuan pohon dalam mereduksi suhu tergantung pada jenis kepadatan tajuknya, bentuk daun, dan pola percabangannya. Kelembaban udara paling tinggi terdapat pada kawasan RTH kota dan kelembaban udara paling rendah terdapat pada kawasan perumahan. Sedangkan industri dan CBD memiliki nilai kelembaban udara yang hampir sama. Hal ini dapat disebabkan oleh keadaan lingkungan yang berbeda, lingkungan yang didominasi oleh pepohonan cenderung memiliki kelembaban udara tinggi karena banyaknya pohon yang melakukan evapotranspirasi sehingga dapat meningkatkan kelembaban udara disekitarnya. Kemampuan pohon dalam meningkatkan kelembaban udara juga berbeda- beda. Menurut Scudo 2002 dalam Wardoyo 2011, pohon yang dapat mereduksi suhu udara dan meningkatkan kelembaban udara adalah pohon yang memiliki tajuk piramidal atau bulat memiliki daerah bebas cabang lebih rendah sehingga kemampuan tajuknya dalam menyerap radiasi lebih tinggi, ditanam bejejer atau berkelompok, memiliki tinggi yang sedang 6-15 meter, memiliki kepadatan tajuk yang tinggi. Sedangkan pohon yang dapat meningkatkan suhu udara dan mereduksi kelembaban udara adalah pohon yang memiliki tajuk horizontal atau kolumnar, ditanam secara tunggal, memiliki ukuran sangat rendah- rendah atau tinggi 6 meter dan 15 meter, serta memiliki kepadatan tajuk rendah sampai sedang.

5.3.2 Analisis Iklim Mikro Semak pada berbagai Land Use