Sistem Informasi Geografis TINJAUAN PUSTAKA

8. Pengaruh sudut datang sinar matahari. Sinar yang tegak lurus akan membuat suhu lebih panas daripada yang datangnya miring Kartasapoetra 2004.

2.5.2 Kelembaban Udara

Kelembaban adalah banyaknya kadar uap air yang ada di udara. Dalam kelembaban dikenal beberapa istilah seperti: 1. Kelembaban mutlak adalah massa uap air yang berada dalam satu satuan udara, yang dinyatakan dalam gramm 3 . 2. Kelembaban spesifik, merupakan perbandingan massa uap air di udara dengan satuan massa udara, yang dinyatakan dalam gramkilogram. 3. Kelembaban relatif, merupakan perbandingan jumlah uap air di udara dengan jumlah maksimum uap air yang dikandung udara pada temperatur tertentu, yang dinyatakan dalam persen. Angka kelembaban relatif dari 0-100 persen, dimana 0 persen artinya udara kering, sedangkan 100 persen artinya udara jenuh dengan uap air dimana akan terjadi titik-titik air. Keadaan kelembaban di atas permukaan bumi berbeda-beda. Pada umumnya, kelembaban tertinggi ada di khatulistiwa sedangkan terendah pada lintang 40 o . Daerah rendah ini disebut horse latitude, curah hujannya kecil. Massa udara bergerak dari maksimum ke minimum, perpindahan akan menyebabkan kekosongan di daerah maksimum. Besarnya kelembaban suatu daerah merupakan faktor yang dapat menstimulasi curah hujan. Di Indonesia, kelembaban udara tertinggi dicapai pada musim hujan dan terendah pada musim kemarau. Besarnya kelembaban di suatu tempat pada suatu musim erat hubungannya dengan perkembangan organisme terutama jamur dari penyakit tumbuhan, misalnya penyakit blister blight. Penyakit ini disebabkan oleh cendawan yang dikenal dengan exobasidium hexans, dan menyerang RH relative humiditykelembaban selama 3 hari berturut-turut 85 persen. Disamping itu, RH dipengaruhi pula oleh adanya pohon pelindung, terutama apabila pohonnya rapat Kartasapoetra 2004.

2.6 Sistem Informasi Geografis

Menurut Skidmore 2002, teknologi Geographic Information System GIS telah dikembangkan sebagai alat yang mengorganisasi, menyimpan, menganalisis, dan menampilkan data spasial. Secara umum GIS atau dikenal pula dengan SIG Sistem Informasi Geografis merupakan sistem informasi berbasis komputer yang menggabungkan antara unsur peta geografis dan informasinya tentang peta tersebut data atribut yang dirancang untuk mendapatkan, mengolah, memanipulasi, analisa, memperagakan, dan menampilkan data spasial untuk menyelesaikan perencanaan, mengolah, dan meneliti permasalahan. SIG membutuhkan masukan data yang bersifat spasial maupun deskriptif. Beberapa sumber data tersebut antara lain adalah: 1. Peta analog antara lain peta topografi, peta tanah, dsb.. Peta analog adalah peta dalam bentuk cetakan. Pada umumnya peta analog dibuat dengan teknik kartografi, sehingga sudah mempunyai referensi spasial seperti koordinat, skala, arah mata angin, dsb. Peta analog dikonversi menjadi peta digital dengan berbagai cara. Referensi spasial dari peta analog memberikan koordinat sebenarnya di permukaan bumi pada peta digital yang dihasilkan. Biasanya peta analog direpresentasikan dalam format vektor. 2. Data dari sistem Penginderaan Jauh antara lain citra satelit, foto-udara, dsb. Data Penginderaan Jauh dapat dikatakan sebagai sumber data yang terpenting bagi SIG karena ketersediaanya secara berkala. Dengan adanya bermacam- macam satelit di ruang angkasa dengan spesifikasinya masing-masing, kita bisa menerima berbagai jenis citra satelit untuk beragam tujuan pemakaian. Data ini biasanya direpresentasikan dalam format raster. 3. Data hasil pengukuran lapangan. Contoh data hasil pengukuran lapang adalah data batas administrasi, batas kepemilikan lahan, batas persil, batas hak pengusahaan hutan, dsb., yang dihasilkan berdasarkan teknik perhitungan tersendiri. Pada umumnya data ini merupakan sumber data atribut. 4. Data Global Positioning System GPS. Teknologi GPS memberikan terobosan penting dalam menyediakan data bagi SIG. Keakuratan pengukuran GPS semakin tinggi dengan berkembangnya teknologi. Data ini biasanya direpresentasikan dalam format vektor Punthadewo dkk 2003 dalam Rustiadi dkk 2009.

BAB III METODOLOGI

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Bogor, Jawa Barat Gambar 1. Kota Bogor adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kota ini terletak ±56 km sebelah selatan Jakarta dan wilayahnya berada di tengah-tengah wilayah Kabupaten Bogor. Kota Bogor dipilih sebagai lokasi penelitian karena Kota Bogor berada dalam wilayah administratif Provinsi Jawa Barat dan secara regional mempunyai keterkaitan sangat erat dengan Provinsi DKI Jakarta sehingga dimungkinkan akan terjadi pembangunan secara pesat dan Ruang Terbuka Hijau RTH akan semakin sempit. Waktu pelaksanaan penelitian ini dari persiapan hingga penyusunan skripsi dari bulan April hingga Agustus 2012. Gambar 3.1 Peta Jawa Barat dan Kota Bogor sumber: www.google.comimages

3.2 Batasan Penelitian

Penelitian ini dibatasi pada: a. Interpretasi klasifikasi penutupan lahan dari citra Kota Bogor dengan menggunakan citra Landsat 7 ETM+ dan diolah dengan menggunakan teknik Sistem Informasi Geografis SIG.