Analisis Iklim Mikro Kawasan RTH Kota

Uji statistik suhu dan kelembaban udara pada struktur vegetasi pohon, semak, dan rumput berbeda secara signifikan pada taraf nyata 5 persen Lampiran 12. Hal ini membuktikan bahwa kemampuan setiap struktur vegetasi pada kawasan perumahan dalam mereduksi suhu dan meningkatkan kelembaban udara berbeda-beda. Perbedaan karakterisitik struktur vegetasi seperti tinggi, lebar daun, dan luas tajuk dapat berpengaruh pada kemampuan masing-masing vegetasi dalam menciptakan iklim mikro. Pohon memiliki karakteristik vegetasi yang mampu dengan efektif mereduksi suhu dan meningkatkan kelembaban udara.

5.2.4 Analisis Iklim Mikro Kawasan RTH Kota

Luas RTH di Kota Bogor setiap tahun semakin berkurang, hal tersebut disebabkan terjadinya perubahan fungsi yang semula berupa lahan terbuka menjadi lahan terbangun untuk berbagai keperluan seperti perumahan, industri, perdagangan dan jasa, kantor, dan lain-lain. Semakin sempitnya RTH, khususnya taman dapat menimbulkan munculnya kerawanan dan penyakit sosial sifat individualistik dan ketidakpedulian terhadap lingkungan yang sering ditemukan di masyarakat perkotaan. Disamping itu, semakin terbatasnya ruang terbuka hijau juga berpengaruh terhadap peningkatan iklim mikro, pencemaran udara, banjir dan berbagai dampak negatif lingkungan lainnya Bappeda 2011. Bogor memiliki RTH Kota yang sangat luas yaitu Kebun Raya Bogor KRB. KRB yang sudah ada sejak tahun 1817 memiliki kontribusi yang cukup besar dalam mempengaruhi iklim, terutama karena letaknya yang berada di tengah-tengah Kota Bogor. Peta lokasi pengambilan data dapat dilihat pada Lampiran 4. Luas dari kawasan RTH kota adalah 84,87 Ha dengan luas RTH sebesar 72,72 Ha atau 84,87 persen dari luas keseluruhan. Pengukuran iklim mikro dilakukan di bawah naungan pohon anggerit Nauclea lanceolata dengan ketinggian ±10, semak dilakukan di bawah naungan semak soka Ixora sp. dengan tinggi ±1,5 meter dan pengukuran iklim mikro rumput dilakukan di atas rumput gajah Axonopus compressus. Hasil pengukuran iklim mikro dapat dilihat pada Lampiran 9. Gambar 5.8 Suhu dan kelembaban udara pada kawasan RTH kota Gambar 5.11 menggambarkan rata-rata suhu dan kelembaban udara pada struktur vegetasi pohon, semak, dan rumput yang ada pada kawasan RTH Kota. Rata-rata suhu udara di atas rumput adalah 34,14 ⁰C, suhu udara pada naungan semak 33,24 ⁰C, dan suhu udara pada naungan pohon adalah 30,51⁰C. Selisih suhu udara pohon dengan semak sebesar 2,73 ⁰C, selisih suhu udara semak dengan rumput sebesar 0,9 ⁰C, dan selisih suhu udara pohon dengan rumput sebesar 3,63 ⁰C. Suhu udara di bawah naungan pohon lebih sejuk dibandingkan suhu udara semak dan rumput. Hal ini disebabkan oleh tajuk pohon yang padat dan lebar sehingga udara di bawah naungan pohon lebih sejuk. Sedangkan semak memiliki suhu udara lebih tinggi dibandingkan pohon karena tajuk semak lebih kecil dan tingginya lebih rendah dibandingkan pohon. Rumput memiliki suhu paling tinggi karena secara langsung menerima sinar matahari tanpa adanya naungan. Selisih kelembaban udara pohon dengan semak sebesar 5,93 persen, selisih kelembaban udara semak dengan rumput sebesar 0,81 persen, dan selisih kelembaban udara pohon dengan rumput sebesar 6,74 persen. Kelembaban udara pohon memiliki nilai paling tinggi dibandingkan dengan struktur vegetasi lainnya dan rumput memiliki nilai yang paling rendah. Setelah dilakukan uji statistik pada data suhu dan kelembaban udara pada struktur pohon, semak, dan rumput berbeda secara signifikan pada taraf nyata 5 persen Lampiran 13. Hal ini membuktikan bahwa tiap struktur vegetasi memiliki kemampuan yang berbeda dalam mereduksi suhu dan meningkatkan kelembaban udara. Perbedaan kemampuan setiap struktur vegetasi dalam mereduksi suhu dan 30,51 33,28 34,11 62,46 56,86 55,40 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 Pohon Semak Rumput Struktur Vegetasi Suhu °C RH meningkatkan kelembaban udara disebabkan oleh perbedaan karakteristik struktural dari masing-masing vegetasi. Pohon merupakan struktur vegetasi yang paling efektif mereduksi suhu dan meningkatkan kelembaban udara dibandingkan dengan struktur vegetasi lainnya. Vegetasi dapat menyejukkan lingkungan secara aktif dengan evaporasi dan transpirasi evapotranspirasi dan secara pasif dengan melindungi permukaan dengan menaungi area di bawahnya yang dapat mengurangi gelombang pendek dari radiasi matahari Kleerekoper dkk 2011. Apabila kelembaban udara dihubungkan dengan suhu udara, menurut Handoko 1994 dalam Fandheli dan Muhammad 2009 kelembaban udara akan lebih kecil bila suhu udara meningkat dan sebaliknya jika suhu udara lebih rendah maka kelembaban udaranya akan tinggi. Hasil interpretasi grafik iklim mikro struktur vegetasi pohon, semak, dan rumput pada empat land use yang berbeda industri, CBD, perumahan, RTH Kota di atas, dapat disimpulkan bahwa perbedaan suhu udara pada struktur vegetasi pohon, semak, dan rumput pada setiap land use berbeda secara signifikan pada taraf nyata 5 persen. Begitu juga dengan kelembaban udara pada struktur vegetasi pohon, semak, dan rumput memiliki perbedaan secara signifikan pada taraf nyata 5 persen, yang diuji dengan analisis statistik. Hasil interpretasi grafik juga menyatakan bahwa pohon lebih efektif mereduksi suhu dan meningkatkan kelembaban udara dibandingkan semak. Sedangkan semak lebih efektif mereduksi suhu dan meningkatkan kelembaban udara dibandingkan struktur vegetasi rumput. Kelembaban udara menunjukkan kandungan uap air di atmosfer pada suatu saat dan waktu tertentu. Uap air di atmosfer bertindak sebagai pengatur panas suhu udara karena sifatnya yang dapat menyerap energi radiasi matahari gelombang pendek maupun gelombang panjang. Evaporasi dipengaruhi oleh suhu dan merupakan pertukaran antara panas laten dan panas yang terasa sensibel. Tanaman yang tinggi, laju evapotranspirasinya lebih besar, kehilangan panas karena terjadinya evaporasi akan menyebabkan suhu di sekitar tanaman menjadi lebih sejuk Irwan 2005. Teori ini sesuai dengan hasil analisis sehingga membuktikan bahwa pohon lebih efektif mereduksi suhu dan meningkatkan kelembaban dibandingkan dengan struktur vegetasi lainnya adalah benar. Penanaman sekelompok pepohonan yang berkerapatan tinggi merupakan perlindungan dalam mengurangi temperatur yang tinggi pada siang hari, sedangkan menurut Lakitan 1997 dalam Muhammad dan Chafid 2009, pada malam hari tanaman berperan sebagai penahan panas, sehingga pada malam hari suhu udara di bawah tajuk lebih hangat dibandingkan suhu udara di atas permukaan tanah terbuka tanpa vegetasi. Daerah yang tertutup tegakan pohon akan mempunyai kelembaban yang relatif tinggi, sedangkan keadaan tanah yang kering pasir, kerikil, dan sejenisnya cenderung menimbulkan suhu tinggi dan kelembaban yang rendah Pudjiharta 1980 dan Laurie 1990 dalam Muhammad dan Chafid 2009. Keberadaan RTH yang terdapat struktur vegetasi pohon, semak, dan rumput sangat penting pada setiap kawasan. Untuk itu, pembangunan dengan tetap memperhatikan keberadaan RTH sangat penting untuk menciptakan kenyamanan pada setiap kawasan di perkotaan. Menurut Dahlan 2004, untuk kenyamanan suatu kota pada daerah tropis terdapat kategori nilai dari suhu dan kelembaban udara. Untuk memenuhi kategori ideal-sedang dibutuhkan suhu udara sebesar 22,5-27,5°C dan kelembaban udara sebesar 60-90. Pada hasil pengukuran, hanya kelembaban udara pohon pada RTH kota yang masuk dalam kategori ideal-sedang. Struktur vegetasi pada kawasan lain memiliki nilai di luar kategori ideal-sedang dalam kenyamanan suatu kota. Hal ini membuktikan bahwa RTH yang ada pada setiap kawasan belum optimal fungsinya dalam ameliorasi iklim. Sehingga dibutuhkan analisis untuk mengetahui penyebab perbedaan suhu dan kelembaban udara pada struktur vegetasi yang sama pada land use yang berbeda.

5.3 Analisis Iklim Mikro Struktur Vegetasi pada Berbagai Land Use