Analisis Iklim Mikro Semak pada berbagai Land Use

meter. Hal ini mengindikasikan bahwa penting dilakukan pemilihan vegetasi secara cermat sehingga RTH yang ada dapat dimanfaatkan dengan efektif dan dapat memberikan iklim mikro yang nyaman. Menurut Grey dan Deneke 1978, kemampuan pohon dalam mereduksi suhu tergantung pada jenis kepadatan tajuknya, bentuk daun, dan pola percabangannya. Kelembaban udara paling tinggi terdapat pada kawasan RTH kota dan kelembaban udara paling rendah terdapat pada kawasan perumahan. Sedangkan industri dan CBD memiliki nilai kelembaban udara yang hampir sama. Hal ini dapat disebabkan oleh keadaan lingkungan yang berbeda, lingkungan yang didominasi oleh pepohonan cenderung memiliki kelembaban udara tinggi karena banyaknya pohon yang melakukan evapotranspirasi sehingga dapat meningkatkan kelembaban udara disekitarnya. Kemampuan pohon dalam meningkatkan kelembaban udara juga berbeda- beda. Menurut Scudo 2002 dalam Wardoyo 2011, pohon yang dapat mereduksi suhu udara dan meningkatkan kelembaban udara adalah pohon yang memiliki tajuk piramidal atau bulat memiliki daerah bebas cabang lebih rendah sehingga kemampuan tajuknya dalam menyerap radiasi lebih tinggi, ditanam bejejer atau berkelompok, memiliki tinggi yang sedang 6-15 meter, memiliki kepadatan tajuk yang tinggi. Sedangkan pohon yang dapat meningkatkan suhu udara dan mereduksi kelembaban udara adalah pohon yang memiliki tajuk horizontal atau kolumnar, ditanam secara tunggal, memiliki ukuran sangat rendah- rendah atau tinggi 6 meter dan 15 meter, serta memiliki kepadatan tajuk rendah sampai sedang.

5.3.2 Analisis Iklim Mikro Semak pada berbagai Land Use

Pada kawasan industri, pengukuran dilakukan pada semak pangkas kuning Duranta sp., pada kawasan CBD dilakukan pada semak bugenvil Bougainvillea sp., semak firebush Hamelia patens pada kawasan perumahan, dan semak soka Ixora sp. pada kawasan RTH kota. Keadaan suhu udara rata-rata di bawah naungan semak pada empat kawasan dapat dilihat pada Gambar 5.10. Gambar 5.10 Suhu dan kelembaban udara di bawah naungan semak Grafik di atas menggambarkan bahwa suhu udara di bawah naungan semak paling tinggi berada pada kawasan CBD dan suhu udara di bawah naungan semak paling rendah berada pada kawasan RTH kota. Sedangkan untuk kelembaban udara pada RTH kota memiliki nilai yang paling tinggi dibandingkan dengan tiga kawasan lainnya. Setelah dilakukan uji statistik, suhu dan kelembaban udara semak pada empat kawasan memiliki perbedaan secara signifikan pada taraf nyata 5 persen Lampiran 15. Hal ini membuktikan bahwa suhu dan kelembaban udara pada semak dipengaruhi oleh perbedaan keadaan lingkungan land use dan kemampuan tiap jenis semak dalam mereduksi suhu dan meningkatkan kelembaban udara. Pada semak di CBD yang terletak di pinggir jalan menyebabkan suhu udara lebih tinggi karena banyaknya kendaraan yang lewat dan panas yang disebabkan oleh aktivitas pembakaran energi kendaraan sehingga meningkatkan suhu udara disekitarnya. RTH kota memiliki kondisi lingkungan yang baik dengan banyaknya vegetasi di kawasan tersebut, sehingga suhu udara di bawah naungan semak pun menjadi rendah. Perumahan lebih tinggi suhu udaranya dibandingkan suhu udara di industri, hal ini dapat disebabkan oleh perbedaan ketinggian tempat Kartasepoetra 1986, walaupun industri memiliki aktivitas industri yang menghasilkan panas, ketinggian tempat di industri lebih tinggi dibandingkan dengan perumahan, sehingga suhu udara di industri lebih rendah dibandingkan dengan di perumahan. 34,36 35,66 34,58 34,11 50,47 51,14 49,42 55,40 - 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 Industri CBD Perumahan RTH Kota Land Use Suhu °C RH Perbedaan iklim mikro pada setiap land use juga disebabkan oleh ketersediaan luas RTH pada kawasan tersebut. Pada kawasan CBD memiliki suhu udara semak paling tinggi, RTH kawasan CBD memiliki luasan paling sedikit yaitu sebesar 22,15 persen dari luas keseluruhan. Suhu udara semak pada RTH kota memiliki suhu udara paling rendah, RTH pada kawasan RTH kota memiliki luasan yang paling besar dibandingkan kawasan lainnya yaitu sebesar 85,8 persen. Hal ini membuktikan semakin luas RTH pada suatu kawasan, maka iklim mikro yang dihasilkan akan semakin baik. Kelembaban udara pada kawasan industri dan CBD memiliki nilai yang hampir sama, hal ini disebabkan oleh keduanya merupakan pusat aktivitas dan memiliki RTH yang sedikit, sedikitnya pohon membuat aktivitas evapotranspirasi menjadi sedikit, sehingga kelembabannya menjadi rendah. Begitu pula dengan perumahan, kepadatan rumah yang merupakan bangunan fisik dapat membuat lingkungan perumahan memiliki kelembaban udara paling rendah dibandingkan kawasan lain. Selain itu, kawasan perumahan memiliki topografi yang paling rendah dibandingkan kawasan lain. Selain faktor lingkungan, terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi kelembaban udara yaitu kemampuan tiap semak untuk meningkatkan kelembaban udara berbeda-beda. Menurut Scudo 2002 dalam Wardoyo 2012, semak yang dapat mereduksi suhu udara dan meningkatkan kelembaban udara adalah semak yang memiliki karakteristik mempunyai tajuk piramidal dan bulat, ditanam berjejer dan berkelompok, memiliki tinggi yang sedang 1-2 meter, serta memiliki kepadatan tajuk yang tinggi. Semak yang dapat menaikkan suhu udara dan menurunkan kelembaban udara adalah semak dengan tajuk kolumnarhorisontal, ditanam secara tunggal, memiliki ukuran sangat rendah-rendah atau tinggi 0,5-1 dan 2-3 meter, serta memiliki kepadatan tajuk rendah sampai sedang.

5.3.3 Analisis Iklim Mikro Rumput pada berbagai Land Use