BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Penutupan Lahan Kota Bogor Tahun 2011
Penutupan lahan menggambarkan konstruksi vegetasi dan buatan yang menutup permukaan lahan Burley 1961 dalam LO 1996. Peta penutupan lahan
menggambarkan keadaan RTH, lahan terbangun, dan badan air di Kota Bogor. Dalam penelitian ini dibutuhkan peta penutupan lahan untuk menentukan kawasan
yang akan dipilih untuk pengambilan data iklim mikro suhu dan kelembaban udara di empat land use yang berbeda industri, CBD, perumahan, dan RTH
kota. Lokasi pengambilan data dipilih berdasarkan luasan RTH masing-masing land use tersebut, sehingga digunakan Sistem Informasi Geografi SIG dalam
memudahkan membuat peta penutupan lahan Kota Bogor. Penutupan lahan didapat dengan menggunakan klasifikasi citra satelit. Klasifikasi citra bertujuan
untuk pengelompokan atau melakukan segmentasi terhadap kenampakan- kenampakan yang homogen dengan menggunakan teknik kuantitatif Purwadhi
2001. Citra yang digunakan adalah Landsat 7 ETM+ pathrow 12265 yang
diambil pada tanggal 12 dan 28 Agustus 2011 yang kemudian dipotong dengan wilayah administrasi Kota Bogor. Wilayah administrasi Kota Bogor didapat dari
hasil digitasi batas wilayah Kota Bogor pada peta RTRW Kota Bogor tahun 2011- 2031. Data citra yang diambil menggunakan data citra tahun 2011 karena data
citra tersebut merupakan data citra dari Landsat 7 ETM+ terbaru yang memiliki gangguan dari awan paling sedikit untuk menghasilkan peta yang lebih akurat.
Klasifikasi citra dilakukan dengan menggunakan metode klasifikasi terbimbing supervised classification. Metode klasifikasi terbimbing dipilih karena operator
dalam hal ini pembuat peta telah memiliki referensi penutupan lahan dan dapat melakukan groundcheck langsung pada kawasan Kota Bogor. Klasifikasi
terbimbing merupakan proses klasifikasi dengan pemilihan kategori informasi yang diinginkan dan memilih training area untuk tiap kategori penutupan lahan
yang mewakili sebagai kunci interpretasi Purwadhi 2001. Training area didapat
dengan menggunakan identifikasi warna pada peta Landsat 7 ETM+. Klasifikasi penutupan lahan dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga kategori yaitu:
1. Ruang Terbuka Hijau RTH Tipe penutupan lahan pada kategori RTH di lokasi penelitian berupa
hutan, taman kota, jalur hijau jalan, lapangan bola, dan lahan pertanian. Berdasarkan interpretasi hasil citra Landsat 7 ETM+ pathrow 12265 yang
diambil pada tanggal 12 dan 28 Agustus 2011 dicirikan dengan warna hijau gelap hingga hijau terang pada peta dan proses pengklasifikasiannya dicirikan dengan
warna hijau. Tipe penutupan lahan terbuka dapat dilihat pada Gambar 5.1.
Gambar 5.1 Contoh lokasi penutupan lahan kelas ruang terbuka hijau
2. Lahan Terbangun Tipe penutupan lahan pada kategori lahan tertutup merupakan lahan yang
tertutup oleh struktur buatan manusia seperti bangunan dan jalan. Berdasarkan interpretasi hasil citra Landsat 7 ETM+ pathrow 12265 yang diambil pada
tanggal 12 dan 28 Agustus 2011 dicirikan dengan warna merah sampai ungu gelap pada citra dan proses pengklasifikasiannya dicirikan dengan warna merah. Tipe
penutupan lahan terbangun dapat dilihat pada Gambar 5.2.
Gambar 5.2 Contoh lokasi penutupan lahan kelas lahan terbangun 3. Badan Air
Badan Air pada tipe penutupan lahan merupakan area yang tertutup air seperti sungai dan danau. Berdasarkan interpretasi hasil citra Landsat 7 ETM+
pathrow 12265 yang diambil pada tanggal 12 dan 28 Agustus 2011 dicirikan
dengan warna biru muda pada citra dan proses pengklasifikasiannya dicirikan dengan warna biru tua. Tipe penutupan lahan badan air dapat dilihat pada Gambar
5.3.
Gambar 5.3 Contoh lokasi penutupan lahan badan air Setelah diperoleh peta penutupan lahan, dilakukan uji akurasi pada peta.
Proses mendapatkan nilai akurasi peta ini adalah dengan mengambil Ground Control Point GCP yang diambil secara menyebar pada beberapa daerah di Kota
Bogor. Hasil dari pengambilan titik kemudian diolah dengan menggunakan tool accuracy assesment pada software ERDAS Imagine 9.1. Hasil akurasi dari peta
penutupan lahan Kota Bogor tahun 2011 dalam penelitian ini bernilai 85,14 persen. Hasil akurasi dapat dilihat pada Lampiran 5. Tingkat ketelitian interpretasi
minimum dengan menggunakan penginderaan jauh harus tidak kurang dari 85 persen menurut sistem klasifikasi penggunaan lahan dan penutup lahan United
States Geographical Survey USGS Lillesand dan Kiefer 1979, sehingga peta hasil klasifikasi penutupan lahan tersebut sudah dapat digunakan dalam penelitian
ini. Peta penutupan lahan yang dihasilkan mengandung informasi tentang luasan penutupan lahan yang ada di Kota Bogor yang dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1 Luas Penutupan Lahan Kota Bogor Tahun 2011
No Klasifikasi Luas Ha
Luas
1 Ruang Terbuka Hijau
6464,25 54,76
2 Lahan Terbangun
4982,4 42,21
3 Badan Air
358,2 3,03
Total 11804,85
100 Berdasarkan data pada Tabel 5.1, diketahui bahwa luas dari RTH yang ada
pada Kota Bogor memiliki nilai terbesar dari dua kategori penutupan lahan lainnya yaitu sebesar 6464,25 Ha atau 54,76 persen dari total luas keseluruhan.
Menurut Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 pasal 29 ayat 2 yaitu proporsi RTH pada wilayah kota paling sedikit 30 tiga puluh persen dari luas wilayah
kota. Berdasarkan peraturan tersebut, Kota Bogor masih memiliki proporsi RTH yang ideal bagi kawasan kota. Hal ini merupakan potensi dan tantangan bagi Kota
Bogor. Jumlah RTH yang masih banyak pada Kota Bogor harus dipertahankan dan ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat memberikan manfaat yang optimal
bagi lingkungan dan warga kota. Lahan terbangun pada Kota Bogor sebesar 4982,4 Ha atau 42,21 persen
dari total luas keseluruhan. Lahan terbangun banyak berada di pusat kota dimana banyaknya kawasan perkantoran, dan perdagangan. Selain itu badan air memiliki
luas sebesar 358,2 Ha atau 3,03 persen dari total luas keseluruhan. Badan air di Kota Bogor didominasi dengan adanya Sungai Cisadane dan Sungai Ciliwung
yang melewati Kota Bogor. Dapat dilihat pada Tabel 5.2, penyebaran luasan RTH, lahan terbangun, dan badan air pada setiap kecamatan di Kota Bogor.
Tabel 5.2 Penyebaran penutupan lahan setiap kecamatan di Kota Bogor No Kecamatan
Luas Lahan Terbangun
Luas Lahan Terbuka
Luas Badan Air
1 Bogor Barat
44,22 51,33
4,45 2
Bogor Selatan 27,05
69,96 2,99
3 Bogor Tengah
69,25 25,55
5,20 4
Bogor Timur 51,04
47,06 1,90
5 Bogor Utara
48,78 49,57
1,65 6
Tanah Sereal 43,88
52,63 3,50
Dapat dilihat pada tabel di atas bahwa pada Kecamatan Bogor Tengah sebagai pusat kota memiliki persen luas lahan terbangun yang paling banyak di
antara kecamatan lainnya. Sedangkan semakin jauh dari pusat kota, seperti Kecamatan Bogor Selatan, memiliki proporsi lahan terbangun yang paling sedikit.
Lahan terbangun terkonsentrasi pada pusat kota, hal ini menimbulkan ancaman adanya Urban Heat Island di Kota Bogor. Urban Heat Island atau pulau panas
merupakan suatu fenomena dimana suhu udara kota yang padat dengan bangunan lebih tinggi daripada suhu udara terbuka disekitarnya atau di pinggir kota karena
adanya perbedaan penggunaan energi, penyerapan panas, dan pertukaran panas laten Irwan 2005. Hal ini disebabkan adanya pembangunan pesat di pusat kota
dimana RTH dikonversi menjadi berbagai penggunaan lahan yang berbeda. Dampak adanya Urban Heat Island adalah menurunnya kenyamanan warga kota
dalam menjalankan aktivitasnya. Sehingga penting untuk meningkatkan kualitas RTH pada masing-masing land use pada wilayah perkotaan untuk dapat menjaga
kenyamanan warga kota. Pada penelitian ini dipilih empat kawasan dengan jenis land use yang
berbeda untuk melihat pengaruhnya terhadap iklim mikro. Kawasan tersebut dipilih berdasarkan kawasan terbesar di Kota Bogor dan luasan RTH-nya.
Kemudian dilakukan overlay antara peta penggunaan lahan pada RTRW 2011- 2031 dan peta penutupan lahan yang dihasilkan pada penelitian ini. Sehingga
diketahui jumlah luasan RTH di setiap kawasan dengan jenis land use yang berbeda yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.3 Presentase luasan RTH setiap land use yang sudah dipilih Land Use
RTH Ha LB Ha BA Ha Total RTH Industri PT Unitex
3,52 9,54
13,06 26,95
CBD Bantarjati 8,91
30,51 0,81
40,23 22,15
Perumahan BCC 12,87
38,52 0,27
51,66 24,9
RTH Kota KRB 72,72
6,66 5,4
84,78 85,8
Keterangan : RTH = Ruang Terbuka Hijau BCC = Bukit Cimanggu City
LB = Lahan Terbangun KRB = Kebun Raya Bogor
BA = Badan Air
Luasan RTH dalam persen yang dimaksud pada tabel di atas adalah luasan RTH dibandingkan dengan luasan lahan terbangun dan badan air pada
kawasan tersebut. Dilihat pada parameter tersebut, luas RTH yang paling sempit terdapat pada kawasan CBD. Perumahan memiliki luas RTH yang lebih sempit
dibandingkan dengan luas RTH pada industri, sedangkan untuk RTH kota memiliki luasan RTH yang paling besar dibandingkan kawasan lainnya.
Gambar 5.4 Peta penutupan lahan Kota Bogor tahun 2011
5.2 Analisis Iklim Mikro pada setiap Land Use 5.2.1 Analisis Iklim Mikro Kawasan Industri