Sintesis Makna dan Esensi Zulham Pembahasan

dengan perlahan-lahan belajar menjadi seorang tattoo artist. Belajar menjadi seorang tattoo artist tidak hanya banyak bertanya kepada teman yang sudah berpengalaman, tapi Pablo memutuskan untuk berkelana ke kota yang menjadi tujuannya untuk mengetahui sejauh mana perkembangan tato di sana. Setelah sempat membuka studio tato di kota orang, akhirnya ia kembali ke Medan dan bergabung dengan Pepen dalam satu studio tato milik Pepen. Bagi Pablo sendiri, tato sebagai seni mengekspresikan diri dan simbol kreativitas orang-orang bebas. Tato juga merupakan gambaran perjalanan sejarah hidup seseorang serta memberikan kesan yang berbeda-beda pada setiap penggunanya.

e. Sintesis Makna dan Esensi Zulham

Di usia anak-anaknya Zulham sudah mengenal dan menyenangi tato, di samping itu Zulham juga senang menggambar. Zulham adalah salah seorang informan yang saat ini bekerja di sebuah Event Organizer, sebab itu ia terbilang jarang muncul di studio tato milik Phe-phen. Tato bagi dirinya adalah seni permanen yang selamanya menempel di tubuh. Zulham tertarik dengan tato saat ia melihat pamannya yang menggunakan tato. Ia mengaku senang dengan desain dan warna-warna yang menghiasi tato pamannya tersebut. Namun, Zulham mengatakan dalam urusan pekerjaan ia harus lebih berpikir, karena yang ia rasakan selama ini apabila seseorang memiliki tato, ia akan sulit dalam mendapatkan pekerjaan apalagi yang pekerjaannya di kantor. Selama ini, Zulham bekerja sebagai crew yang membantu di lapangan, jadi tidak begitu membutuhkan syarat yang ketat saat rekrutmen.

f. Sintesis Makna dan Esensi Ricky

Ricky, informan lain yang saat ini juga bekerja sebagai cashier di salah satu Barber shop. Jauh dari orang tuanya membuat Ricky menjadi anak yang mandiri. Namun, pergaulan bebas di Kota Medan membuatnya jatuh ke dalam belenggu narkoba. Ia mengaku hidupnya saat itu tak menentu. Suatu ketika ketergantungannya terhadap barang haram tersebut berkurang, intensitas pemakaiannya pun tidak sesering dulu. Pada akhirnya secara bertahap Ricky mulai tersadar dan meninggalkan perbuatan tersebut. Setahun bergelut dengan dunia “hitam”, lantas tidak membuat ia terpuruk. Ia bangkit untuk menjadi orang yang normal dan sehat. Semangat kreativitasnya muncul kembali, kecintaannya Universitas Sumatera Utara terhadap seni pun ia wujudkan dengan membuat tato di tubuhnya. Warna-warni tinta tato membuat dirinya berbeda dari orang biasa, lebih percaya diri dan keren. Tato bagi seorang Ricky merupakan style dan simbol pengekspresian diri seseorang. 4.1.6 Tindakan Anggota Komunitas “Black Cat Tattoo” Dalam Merefleksikan Pengalamannya Terkait Tato Tabel I No. Nama Informan Wujud Sikap 1 Pepen Menjadi Pengguna dan Seniman Tato 2 Rangga Menjadi Pengguna dan Seniman Tato 3 Bembeng Menjadi Pengguna Tato 4 Pablo Menjadi Pengguna dan Seniman Tato 5 Zulham Menjadi Pengguna Tato 6 Ricky Menjadi Pengguna Tato Dari hasil penelitian serta wawancara mendalam yang dilakukan peneliti terhadap enam orang informan, peneliti menemukan dua kategori bagaimana para informan mereflesikan pengalamannya lewat tindakan mentato. Adapun kedua kategori itu adalah dengan “menjadi pengguna tato” atau “menjadi pengguna dan seniman tato”. Kategori ini bertujuan menjelaskan bagaimana informan merefleksikan pengalaman-pengalaman yang telah diperolehnya selama berinteraksi dengan orang lain. Pada akhirnya, dipahami bahwa dari para informan merefleksikan segala pengalamannya tentang tato lewat sikaptindakan yaitu, sekedar menjadi pengguna tato atau bahkan menjadi pengguna sekaligus seorang seniman tato. 1. Kategori “menjadi pengguna tato” menjelaskan bahwa informan yang telah mendapatkan pengalaman terkait tato sebelumnya, hanya akan memilih menjadi seorang pengguna tato dan partisipan dalam komunitas tersebut. Tidak ada pandangan atau keinginan untuk menjadi seniman tato suatu saat nanti. Jadi, cukup menjadi seorang pengguna tato, mereka sudah merasa puas karena pengalaman yang diperoleh sebelumnya telah Universitas Sumatera Utara tersalurkan dan itu merupakan tindakan mereka untuk merefleksikan pengalamannya tentang tato. 2. Kategori “menjadi pengguna dan seniman tato” menjelaskan bahwa informan yang telah mendapatkan pengalaman terkait tato sebelumnya, tidak hanya memilih menjadi seorang pengguna tato dan partisipan dalam komunitas. Namun mereka juga memiliki minat dan bakat yang lebih kuat dibandingkan informan dengan kategori “menjadi pengguna tato”. Mereka berkarya dan berkreativitas di atas kulit manusia sebagai kanvasnya. Informan dengan kategori ini dapat dikatakan memiliki skill yang mumpuni dalam hal mentato. Dengan cara menjadi seniman tato, mereka merasa puas karena pengalaman yang diperoleh sebelumnya telah tersalurkan dan itu merupakan tindakan mereka untuk merefleksikan pengalamannya tentang tato.

4.1.7 Motif Anggota Komunitas Menggunakan Tato Tabel II

No. Nama Informan Motif 1 Pepen Agar Terlihat Indah 2 Rangga Sebab Meniru Idola 3 Bembeng Sebab Pergaulan 4 Pablo Sebab Pergaulan 5 Zulham Agar Terlihat Indah 6 Ricky Agar Terlihat Indah Dari hasil penelitian serta wawancara mendalam yang dilakukan peneliti terhadap enam orang informan, peneliti menemukan tiga kategori motif anggota komunitas menggunakan tato. Adapun ketiga kategori itu adalah “agar terlihat indah”, “sebab meniru idola” dan “sebab pergaulan”. 1. Kategori “agar terlihat indah” menjelaskan bahwa informan melatarbelakangi dirinya melakukan tindakan mentato dengan alasan keindahan. Keindahan dalam konteks ini menyangkut tato sebagai Universitas Sumatera Utara 2. perhiasan tubuh dan seni lukis tubuh yang didekorasi oleh warna-warni tinta yang dimasukkan ke dalam kulit manusia menggunakan mesin tato. 3. Kategori “sebab meniru idola” menjelaskan bahwa informan melatarbelakangi dirinya melakukan tindakan mentato dengan alasan inspirasi dari idolanya yang menggunakan tato sehingga mendorongnya untuk menggunakan tato. 4. Kategori “sebab pergaulan” menjelaskan bahwa informan melatarbelakangi dirinya melakukan tindakan mentato dengan alasan mengikuti teman sepergaulan, di mana tempat informan berinteraksi adalah orang-orang yang sudah terlebih dahulu menggunakan tato dan biasanya dilakukan untuk solidaritas.

4.1.8 Kesimpulan Tindakan, Motif Dan Pemaknaan Tato Pada Anggota Komunitas

Tabel III No. Nama Informan Makna Tato 1 Pepen Ekspresi Seni dan Keindahan 2 Rangga Ekspresi Seni dan Keindahan 3 Bembeng Ekspresi Seni dan Keindahan 4 Pablo Identitas 5 Zulham Ekspresi Seni dan Keindahan 6 Ricky Ekspresi Seni dan Keindahan Dari hasil penelitian serta wawancara mendalam yang dilakukan peneliti terhadap enam orang informan, peneliti menemukan dua kategori pemaknaan tato bagi informan. Adapun kedua kategori itu adalah “ekspresi seni dan keindahan” serta “identitas”. 1. Kategori “Ekspresi Seni dan Keindahan” menjelaskan bahwa informan yang bersangkutan dilatarbelakangi oleh hobi dan kecintaannya terhadap seni gambar yang melahirkan sebuah keindahan yang tidak biasa. Bagi informan dengan kategori ini, kertas dan dinding adalah media yang sudah banyak digunakan orang untuk berkreativitas. Namun tidak dengan kulit, Universitas Sumatera Utara 2. kulit adalah media yang tidak biasa untuk berkreativitas, bereksperimen dan berekspresi atas kecintaan mereka terhadap tato. 3. Kategori “Identitas” menjelaskan bahwa informan yang bersangkutan dilatarbelakangi oleh keterlibatannya dalam suatu komunitas, yang di dalamnya semua adalah individu bertato. Tidak ada tato tertentu yang digunakan sebagai simbol komunitas tersebut, namun tato yang digunakan hanya sebagai identitas kelompok semata. Dari hasil dan pembahasan di atas, dapat dibuat tabel kompilasi keempat fase dalam model fenomenologi Edmund Husserl seperti berikut ini: 4.1.9 Kompilasi Epoche, Reduksi Fenomenologi, Variasi Imajinasi, dan Sintesis dan Esensi Makna Tindakan, Motif dan Pemaknaan Tato pada Anggota Komunitas BCT Tabel IV Nama Informan Epoche Reduksi Fenomenologi Variasi Imajinasi Sintesis Makna dan Esensi Pepen Anggota Komunitas Menjadi Pengguna dan Seniman Tato Agar Terlihat Indah Ekspresi Seni dan Keindahan Rangga Anggota Komunitas Menjadi Pengguna dan Seniman Tato Sebab Meniru Idola Ekspresi Seni dan Keindahan Bembeng Anggota Komunitas Menjadi Pengguna Tato Sebab Pergaulan Ekspresi Seni dan Keindahan Pablo Anggota Komunitas Menjadi Pengguna dan Seniman Tato Sebab Pergaulan Identitas Zulham Anggota Komunitas Menjadi Pengguna Tato Agar Terlihat Indah Ekspresi Seni dan Keindahan Ricky Anggota Komunitas Menjadi Pengguna Tato Agar Terlihat Indah Ekspresi Seni dan Keindahan Universitas Sumatera Utara

4.2 Pembahasan

Berangkat dari hasil penelitian lapangan, peneliti melihat banyak hal dari informan, namun peneliti hanya memfilter data yang diperlukan saja. Para anggota komunitas tato tersebut memiliki latar belakang pengalaman yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Namun lingkungan dan orang-orang yang ada di sekitar mereka ikut terlibat dalam pengalamannya secara sadar. Mereka berkomunikasi, melihat, menyerap dan merefleksikan pengalamannya ke dalam sebuah tindakan, dalam hal ini tindakan mentato. Para informan dalam hal ini kemudian mencari sesuatu yang dapat memperkaya wawasannya tentang tato dan memperkuat identitas dirinya sebagai pecinta tato. Komunitas tersebut adalah tempatnya. Di dalamnya para informan akhirnya bisa menemukan jati dirinya yang sebenarnya. Seiring dengan proses interaksi yang terus-menerus berkembang, para informan menjadi paham atas dirinya sendiri dan membentuk suatu pemaknaan pribadi tentang tato. Sebagaimana juga yang diungkapkan Littlejohn dalam Sobur, 2004: 196-197, interaksionisme simbolik mengandung inti dasar pemikiran umum tentang komunikasi dan masyarakat. Jerome Manis dan Bernard Meltzer memisahkan tujuh hal mendasar yang bersifat teoritis dan metodologis dari interaksionisme simbolik. Masing-masing hal tersebut mengidentifikasikan sebuah konsep sentral mengenai tradisi yang dimaksudkan: 1. Orang-orang dapat mengerti berbagai hal dengan belajar dari pengalaman. Persepsi seseorang selalu diterjemahkan dalam simbol- simbol. 2. Berbagai makna dipelajari melalui interaksi di antara orang-orang. Makna muncul dari adanya pertukaran simbol-simbol dalam kelompok sosial. 3. Seluruh struktur dan institusi sosial diciptakan dari adanya interaksi di antara orang-orang. 4. Tingkah laku seseorang tidak mutlak ditentukan oleh kejadian- kejadian pada masa lampau saja, namun juga dilakukan secara sengaja. 5. Pikiran terdiri atas sebuah percakapan internal, yang merefleksikan interaksi yang telah terjadi antara seseorang dengan orang lain. Universitas Sumatera Utara 6. Tingkah laku terbentuk atau tercipta di dalam kelompok sosial selama proses interaksi. 7. Kita tidak bisa memahami pengalaman seorang individu dengan mengamati tingkah lakunya saja. Pemahaman dan pengertian seseorang akan berbagai hal harus diketahui. Esensi interaksi simbolik adalah suatu aktivitas yang merupakan ciri khas manusia, yakni komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna. Dalam karangannya “Sociological Implications Of the Thought of George Herbert Mead” American Journal of Sociology, 71,1966: 535-544 dan kemudian dalam bukunya Symbolic Interactionism: Perspective and Method 1969, ia menyambung pada gagasan-gagasan Mead. Pertama, konsep “diri”. Menurut Blumer, manusia bukan semata-mata organisme saja yang bergerak dibawah pengaruh perangsang-perangsang entah dari luar, entah dari dalam, melainkan “organisme yang sadar akan dirinya”. Dikarenakan ia seorang diri, ia mampu memandang diri sebagai objek pikirannya dan bergaul atau berinteraksi dengan diri sendiri. Berkaitan dengan penelitian ini, para informan sudah terlebih dahulu mendapatkan pengaruh dari luar lingkungan dan teman. Namun, ia memiliki kontrol secara sadar terhadap dirinya sendiri, apakah pada akhirnya ia memilih untuk menjadi pengguna tato atau tidak. Sepanjang proses ini, para informan telah memikirkan dan mempertimbangkan masalah-masalah, resiko-resiko yang akan dihadapinya setelah ia bertato. Ketika sudah berhasil “berdiskusi” dengan dirinya sendiri, maka para informan dapat mengambil keputusan dan tindakan. Memutuskan dan mengambil tindakan untuk bertato bukan perkara mudah, informan harus benar-benar siap fisik dan mentalnya. Itulah yang dialami oleh seluruh informan. Kedua, konsep perbuatan action. Dalam pandangan Blumer, karena perbuatan manusia dibentuk dalam dan melalui proses interaksi dengan diri sendiri, maka perbuatan itu berlainan sama sekali dari gerak makhluk-makhluk yang bukan manusia. Manusia menghadapkan diri pada macam-macam hal seperti kebutuhan, perasaan, tujuan, perbuatan orang lain, pengharapan dan tuntuan orang lain, peraturan-peraturan masyarakatnya, situasinya, self image-nya dan cita- citanya untuk masa depan. Universitas Sumatera Utara Berkaitan dengan penelitian ini, para informan memutuskan dan mengambil tindakan mentato karena pada dasarnya interaksi yang terjadi pada mereka akhirnya membawa pada sebuah keinginan dan dorongan untuk menggunakan tato. Informan meyakini bahwa tato akan membuat diri mereka berbeda dari orang biasa, merasa lebih kreatif dan inovatif. Ketiga, konsep objek. Blumer memandang, manusia hidup di tengah objek-objek. Kata “objek” dimengerti dalam arti luas dan meliputi semua yang menjadi sasaran perhatian aktif manusia. Kata Blumer, “objek dapat bersifat fisik seperti kursi atau khayalan...,kebendaan seperti Empire State Building atau abstrak seperti konsep kebebasan, hidup atau tidak hidup, terdiri atas golongan atau terbatas pada satu orang, bersifat pasti seperti golongan darah dan agak kabur seperti suatu ajaran filsafat Sobur, 2004: 198 Berkaitan dengan penelitian ini, objek yang menjadi perhatian informan adalah tato itu sendiri. Tato menjadi sebuah gaya dan pilihan hidup para informan. Keunikan tato sendiri telah mampu menghipnotis para informan sehingga sebagian dari mereka mengakui bahwa tato membuat efek canduketagihan. Keempat, konsep interaksi sosial. Interaksi, dalam pandangan Blumer, berarti bahwa para peserta masing-masing memindahkan diri mereka secara mental ke dalam posisi orang lain. Oleh penyesuaian timbal balik, proses interaksi dalam keseluruhannya menjadi suatu proses yang melebihi jumlah total unsur- unsurnya berupa maksud, tujuan dan sikap masing-masing peserta. Sesuatu yang baru lahir. Hal baru itu dihasilkan akibat suatu interpenetrasi, di mana unsur-unsur individual itu rembes merembes dan tembus menembus. Blumer menyebut proses ini a positive shaping process in its own right, yaitu suatu proses yang membentuk suatu aksi yang khusus, yang mempunyai logika dan perkembangan sendiri, sehingga tidak bertepatan dengan unsur-unsur psikis dan tidak dapat diterangkan oleh psikologi. Berkaitan dengan penelitian ini, interaksi sosial yang terjadi pada informan terhadap lingkungan sosialnya, perlahan mengubah mereka untuk menjalani peran secara mental ke dalam posisi orang lain. Apa yang mereka pelajari dari interaksi sosial, diaplikasikan kembali pada diri mereka. Seperti dalam wawancara yang telah dilakukan, bahwa sebagian informan mengaku menggunakan tato karena Universitas Sumatera Utara lingkungan sosial, di mana banyaknya orang-orang di sekitarnya menggunakan tato. Ini memunculkan rasa ketertarikan mereka terhadap tato dan ingin menjadi pengguna tato juga seperti orang-orang tersebut. Kelima, konsep joint action. Pada konsep ini Blumer mengganti istilah sosial act dari Mead dengan istilah joint action. Artinya ialah aksi kolektif yang lahir di mana perbuatan-perbuatan masing-masing peserta dicocokkan dan diserasikan satu sama lain. Sebagai contoh, Blumer menyebutkan: transaksi dagang, makan bersama keluarga, upacara perkawinan, diskusi, sidang pengadilan, peperangan dan sebagainya. Realitas sosial dibentuk dari joint actions ini dan merupakan objek sosiologi yang sebenarnya. Unsur konstitutif mereka, menurut Blumer, bukanlah unsur kebersamaan atau relasi-relasi, melainkan penyesuaian dan penyerasian tadi, di mana masing-masing pihak mencari arti maksud dalam perbuatan orang lain dan memakainya dalam menyusun kelakuannya. Berkaitan dengan penelitian ini, para informan adalah orang-orang yang awalnya tidak mengenal satu sama lain. Namun, komunitas yang saat ini mereka naungi membuat mereka seperti keluarga. Meskipun mereka datang dari latar belakang yang berbeda-beda, tetapi setiap individunya mampu beradaptasi dengan individu yang lain. Sehingga ini yang membuat mereka dapat merasakan kebersamaan, kekompakkan dan solidaritas. Satu sama lain bisa menerima karakter masing-masing tanpa harus ada konflik yang muncul selama mereka berinteraksi. Motif ataupun alasan yang diperoleh dari enam orang informan ini pun berbeda satu dengan lainnya. Mereka memiliki motif tersendiri mengapa atau bagaimana hingga mereka akhirnya menggunakan tato. Pada dasarnya seperti yang telah disinggung di atas, bahwa motif lahir karena adanya dorongan- dorongan maupun tujuan yang menyebabkan ia berbuat sesuatu. Teori tindakan beralasan telah menjelaskan bahwa seseorang akan melakukan sesuatu atas niat, tanpa niat sesuatu itu tidak akan pernah terjadi. Jadi, dapat dikatakan bahwa sebelum melakukan sesuatu, telah ada niat dan pertimbangan mengenai apa yang terjadi nanti saat ia mengubahnya menjadi sebuah tingkah laku. Selain memikirkan efek dari tingkah lakunya, ia juga akan memikirkan bagaimana orang Universitas Sumatera Utara sekitar menilai dan memandang dirinya. Para informan juga begitu adanya, mereka melewati proses pertimbangan yang panjang selain mengandalkan niat yang sudah mereka teguhkan dalam hati untuk menjadi orang bertato. Mereka menyadari bahwa efek seperti apa yang timbul saat berada di tengah-tengah masyarakat dan mereka sudah dapat memprediksi bagaimana citra tato di masyarakat. Namun, karena niat dan motif tertentu, mereka siap dengan segala resiko yang akan terjadi dan inilah yang akhirnya mereka jalani. Mereka merasa nyaman menjadi orang-orang bertato. Pada teori konstruksi diri dijelaskan bahwa dunia sosial kita tercipta karena adanya interaksi antara manusia. Cara bagaimana kita berkomunikasi sepanjang waktu mewujudkan pengertian kita mengenai pengalaman, termasuk ide kita mengenai diri kita sebagai manusia dan sebagai komunikator. Demikian halnya seperti yang ditemukan oleh peneliti, informan dalam komunitas tersebut merupakan manusia-manusia sosial di mana mereka selama perjalanan hidupnya berinteraksi dengan manusia sosial lainnya. Akhirnya, interaksi tersebut melahirkan sebuah pengalaman. Misalnya informan Pablo, yang pada awalnya ia bergabung dalam suatu komunitas punk dan untuk menguatkan identitasnya Pablo akhirnya mengikuti jejak teman-teman satu komunitasnya untuk bertato. Lambat laun ia juga tertarik menjadi seorang seniman tato. Manusia memiliki teorinya tersendiri mengenai diri dan kehidupannya. Teori tersebut dijadikannya sebagai pedoman untuk memahami pengalamannya dan teori tersebut akan berkembang dan terus menerus diperbaiki sepanjang waktu kehidupan manusia melalui berbagai interaksi. Rom Harre mengakui bahwa manusia memiliki aspek individual dan sosial, seperti pengalaman lainnya, diri manusia dibentuk oleh teori pribadinya. Orang pada dasarnya mencoba untuk memahami dirinya dengan menggunakan ide atau teori mengenai manusia personhood dan teori mengenai diri selfhood. Menurut teori ini, “diri” terdiri atas seperangkat elemen yang dapat dilihat ke dalam tiga dimensi, yaitu: 1. Dimensi pertama disebut dimensi penunjukkan display yaitu apakah aspek dari diri itu dapat ditunjukkan kepada pihak luar public atau merupakan sesuatu yang pribadi atau privat. Terkait dengan pengamatan Universitas Sumatera Utara yang telah dilakukan peneliti, seluruh informan tampak sebagaimana dirinya saat berinteraksi dengan peneliti. Mereka tampil apa adanya tanpa ada yang ditutup-tutupi, cara berbicara yang terkesan slengekan, cara berbahasa, cara berpakaian, semua mereka tampilkan secara natural. Namun ada dua diantara mereka, memiliki sifat yang cenderung mengarah introvert saat bertatap muka dalam wawancara yaitu Pepen dan Bembeng. 2. Dimensi kedua adalah realisasi atau sumber, yaitu tingkatan derajat pada bagian atau wilayah tertentu dari “diri” yang dipercaya berasal dari individu sendiri atau berasal dari luar. Dengan demikian terdapat elemen pada diri yang berasal dari internal ataupun eksternal. Elemen diri yang dipercaya berasal dari internal disebut dengan istilah individually realized atau ‘disadari sendiri” sedangkan elemen diri yang berasal dari hubungan orang itu dengan kelompoknya disebut collectively realized atau “disadari bersama”. Terkait dengan pengamatan yang telah dilakukan peneliti, tingkatan derajat individually realized masing-masing informan tidak jauh berbeda, mereka memutuskan menggunakan tato dan masuk ke dalam sebuah komunitas tato adalah sebuah pencarian jati diri dan penguatan identitas diri. Sementara tingkatan derajat collectively realized yang dimiliki anggota komunitas tersebut cenderung sama, mereka ingin eksistensi mereka dihargai oleh masyarakat dan berusaha membantahkan image negatif tentang orang-orang bertato melalui kreativitas mereka. 3. Dimensi ketiga disebut dengan “agen” agency yaitu derajat atau tingkatan dari kekuatan aktif yang ditimbulkan oleh diri. Elemen aktif merupakan tindakan yang dilakukan orang seperti “berbicara” atau “mengendarai kendaraan”. Sedangkan elemen pasif seperti “mendengarkan radio” atau “menonton televisi”. Diri seseorang bisa berbeda dengan diri orang lain karena berbagai aspek yang berbeda seperti emosi, kepribadian, tujuan dan kerja sama yang diberi makna secara berbeda dalam tiga skema ini. Terkait dengan pengamatan yang telah dlilakukan peneliti, seluruh informan memiliki tingkatan derajat yang bervariasi ada yang aktif dan ada juga yang pasif. Beberapa informan aktif dalam menceritakan pengalamannya seputar tato, bagaimana ia Universitas Sumatera Utara mengungkapkan kecintaannya terhadap tato, bagaimana ia mengkritik pandangan orang-orang terhadap tato dan lain sebagainya. Namun beberapa informan lain yang memiliki tingkatan derajat pasif, memilih tidak ambil pusing soal pandangan orang, mereka membuktikan dengan kreativitasnya untuk merubah pandangan masyarakat yang negatif tentang mereka dan komunitasnya. Universitas Sumatera Utara

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai makna tato pada anggota komunitas “Black Cat Tattoo”, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Pepen, Rangga, Bembeng, Pablo, Zulham dan Ricky adalah bagian dari komunitas Black Cat Tattoo, yang mana mereka semua memiliki pengalaman yang kurang lebih sama menyangkut persoalan tato. Begitu pun dengan merefleksikan pengalaman mereka lewat tindakan yaitu mentato. Namun, ini memunculkan dua kategori yang dapat peneliti uraikan. Pertama adalah kategori “menjadi pengguna tato” dan kedua adalah “menjadi pengguna dan seniman tato”. Kategori “menjadi pengguna tato” dimaksudkan untuk mereka yang merefleksikan pengalamannya ke dalam sebuah tindakan yaitu mentato tubuhnya dan tanpa ada keinginan untuk menjadi seorang seniman tato. Bagi mereka dengan menjadi pengguna tato maupun partisipan sudah merupakan kepuasan tersendiri, karena apa yang mereka inginkan dahulunya, dapat terwujud saat ini. Informan yang berada dalam kategori ini adalah Bembeng, Zulham dan Ricky. Sementara untuk kategori “menjadi pengguna dan seniman tato” dimaksudkan untuk mereka yang merefleksikan pengalamannya ke dalam sebuah tindakan yaitu mentato tubuhnya dan tidak hanya sekedar menjadi pengguna tato maupun partisipan, tapi di samping itu mereka memiliki minat dan bakat yang lebih dari informan dengan kategori “menjadi pengguna tato” dan ini dimanfaatkan mereka sebagai peluang bisnis. Informan yang termasuk dalam kategori ini adalah Pepen, Rangga dan Pablo. 2. Seluruh informan adalah individu-individu yang memiliki motif tertentu dalam menggunakan tato. Dalam penelitian ini, ditemukan tiga motif berbeda yaitu pertama, “agar terlihat indah”, kedua yaitu “sebab meniru idola” dan ketiga adalah “sebab pergaulan”. Kategori motif “agar terlihat indah” Universitas Sumatera Utara