deskripsi daripada penjelasan atas semua hal, tetapi tetap memperhatikan sudut pandang yang bebas dari hipotesis atau praduga Fouche dalam Sobur, 2013: 11.
Paradigma kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma interpretivisme. Paradigma interpretif dengan sangat jelas
menunjukkan bahwa paradigma ini sangat menekankan interaksi antara peneliti dengan yang diteliti biasa disebut subjek bukan objek dan peran peneliti
memberikan interpretasi. Namun, interpretasi itu bukanlah hak mutlak si peneliti yang dibuatnya secara sepihak, tetapi sangat tergantung dari interaksinya dengan
yang diteliti. Interpretasi si peneliti dengan demikian merupakan hasil interkasi, dialog dan pemahaman mendalam terhadap yang diteliti Denzin dan Linclon
dalam Putra, 2013: 22
3.2 Objek Penelitian
Fenomena atau masalah penelitian yang telah diabstraksi menjadi suatu konsep atau variabel disebut objek penelitian. Objek penelitian ditemukan melekat
pada subjek penelitian. Menentukan objek penelitian atau Bodden dan Abbott menamakannya “variables to observe” penting dilakukan karena informasi yang
dicatat dengan cara sistematis menjadi data untuk penelitian Silalahi, 2009: 191. Adapun objek penelitian dalam penelitian ini adalah makna tato pada anggota
komunitas Black Cat Tattoo.
3.3 Subjek Penelitian
Subjek penelitian menurut Amirin 1986 merupakan seseorang atau sesuatu yang mengenainya ingin diperoleh keterangan, sedangkan menurut
Suharsismi Arikunto 1989 memberi batasan subjek penelitian sebagai benda, hal atau orang tempat data untuk variabel penelitian melekat dan yang
dipermasalahkan Idrus, 2009: 91. Subjek penelitian ini disebut informan. Dalam penelitian ini, informannya adalah anggota komunitas Black Cat Tattoo.
3.4 Kerangka Analisis
Penelitian kualitatif ini didesain dengan menggunakan pendekatan fenomenologi. Di mana dalam pendekatan fenomenologi terdapat empat fase.
Universitas Sumatera Utara
Fase yang pertama adalah fase epoche yaitu penundaan perkiraan dan asumsi, penilaian dan interpretasi untuk memungkinkan kita menyadari secara penuh
keberadaan apa yang nyata. Pada fase kedua adalah reduksi fenomenologi, di mana peneliti menggambarkan fenomena yang menampakkan dirinya kepada
peneliti secara total. Penggambaran ini meliputi penampilan fisik seperti bentuk, warna, juga ciri-ciri pengalaman seperti pemikiran dan perasaan yang muncul
dalam kesadaran kita ketika kita mengarahkan ke fenomena. Dengan kata lain kita menjadi sadar tentang pengalaman seperti adanya.
Fase yang ketiga adalah variasi imajinatif meliputi usaha mencapai susunan komponen fenomena. Apabila reduksi fenomenologi bertalian dengan
apa yang dialami, imajinasi menanyakan bagaimana pengalaman itu mungkin terjadi. Tujuan variasi imajinatif adalah mengidentifikasikan kondisi akan menjadi
sesuatu. Kondisi ini dapat meliputi waktu, ruang atau hubungan sosial. Akhirnya gambaran tekstural dan struktur diintegrasikan untuk sampai pada pemahaman
tentang esensi fenomena. Setelah data dikumpulkan, dianalisis, maka dilakukan interpretasi data yang bertujuan mendeskripsikan fakta yang ada dan
mendeskripsikan fakta tersebut secara analitik atau masuk pada fase terakhir yaitu sintesis makna dan esensi.
3.5 Teknik Pengumpulan Data