Teori Interaksi Simbolik Uraian Teoritis .1 Fenomenologi

8 Data yang diperoleh melalui berpikir, intuisi, refleksi dan penilaian menjadi bukti-bukti utama dalam pengetahuan ilmiah. 9 Pertanyaan-pertanyaan penelitian harus dirumuskan dengan sangat hati-hati. Setiap kata harus dipilih, di mana kata yang terpilih adalah kata yang paling utama, sehingga dapat menunjukkan makna yang utama pula. Dengan demikian, fenomenologi sangat relevan menggunakan penelitian kualitatif ketimbang penelitian kuantitatif, dalam mengungkapkan realitas.

2.2.5 Teori Interaksi Simbolik

Paham mengenai interaksi simbolik symbolic interactionism adalah suatu cara berpikir mengenai pikiran mind, diri dan masyarakat yang telah memberikan banyak kontribusi kepada tradisi sosiokultural dalam membangun teori komunikasi. Dengan menggunakan sosiologi sebagai fondasi, paham ini mengajarkan bahwa ketika manusia berinteraksi satu sama lainnya, mereka saling membagi makna untuk jangka waktu tertentu dan untuk tindakan tertentu Morissan, 2013: 110. Konsep teori interaksi simbolik ini diperkenalkan oleh Herbert Blumer sekitar tahun 1939. Dalam lingkup sosiologi, ide ini sebenarnya sudah lebih dahulu dikemukakan George Herbert Mead, tetapi kemudian dimodifikasi oleh Blumer guna mencapai tujuan tertentu. Teori ini memiliki ide yang baik, tetapi tidak terlalu dalam sebagaimana yang diajukan G.H.Mead. Karakteristik dasar teori ini adalah suatu hubungan yang terjadi secara alami antara manusia dalam masyarakat dan hubungan masyarakat dengan individu. Interaksi yang terjadi antar-individu berkembang melalui simbol-simbol yang mereka ciptakan Wirawan, 2012: 109. Realitas sosial merupakan rangkaian sosial yang terjadi pada beberapa individu dalam masyarakat. Interaksi yang dilakukan antar-individu itu berlangsung secara sadar. Interaksi simbolik juga berkaitan dengan gerak tubuh, antara lain suara atau vokal, gerakan fisik, ekspresi tubuh yang semuanya itu mempunyai maksud dan disebut dengan “simbol”. Teori interaksi simbolik sering Universitas Sumatera Utara disebut juga sebagai teori sosiologi interpretatif. Selain itu teori ini ternyata sangat dipengaruhi oleh ilmu psikologi, khususnya psikologi sosial. Teori ini juga didasarkan pada persoalan konsep diri. Pada awal perkembangannya, interaksi simbolik lebih menekankan studinya tentang perilaku manusia pada hubungan interpersonal, bukan pada keseluruhan kelompok atau masyarakat. Proporsi paling mendasar dari interaksi simbolik adalah perilaku dan interaksi manusia itu dapat dibedakan, karena ditampilkan lewat simbol dan maknanya. Mencari makna di balik yang sensual menjadi penting di dalam interaksi simbolik Wirawan, 2012: 114. Menurut paham interaksi simbolik, individu berinteraksi dengan individu lainnya sehingga menghasilkan suatu ide tertentu mengenai diri yang berupaya menjawab pertanyaan siapakah Anda sebagai manusia? Manford Kuhn menempatkan peran diri sebagai pusat kehidupan sosial. Menurutnya, rasa diri seseorang merupakan jantung komunikasi. Diri merupakan hal yang penting dalam interaksi. Misalnya seorang anak bersosialisasi melalui interaksi dengan orang tua, saudara dan masyarakat sekitarnya. Orang memahami dan berhubungan dengan berbagai hal atau objek melalui interaksi sosial Morissan, 2013:111. Suatu objek dapat berupa aspek tertentu dari realitas individu apakah itu suatu benda, kualitas, peristiwa, situasi atau keadaan. Satu-satunya syarat agar sesuatu menjadi objek adalah dengan cara memberikannya nama dan menunjukkannya secara simbolis. Dengan demikian suatu objek memiliki nilai sosial sehingga merupakan objek sosial social object. Menurut pandangan ini, realitas adalah totalitas dari objek sosial dari seorang individu. Bagi Khun, penamaan objek adalah penting guna menyampaikan makna suatu objek. Menurut Khun, komunikator melakukan percakapan dengan dirinya sendiri sebagai bagian dari proses interaksi. Dengan kata lain, kita berbicara dengan diri kita sendiri di dalam pikiran kita guna membuat perbedaan di antara benda-benda dan orang. Ketika seseorang membuat keputusan bagaimana bertingkah laku terhadap suatu objek sosial maka orang itu menciptakan apa yang disebut Kuhn “suatu rencana tindakan” a plan of action yang dipandu dengan sikap atau pernyataan verbal yang menunjukkan nilai-nilai terhadap mana tindakan itu akan diarahkan. Misalnya seorang mahasiswa yang ingin melanjutkan Universitas Sumatera Utara kuliah harus terlebih dahulu membuat rencana tindakan yang dipandu oleh seperangkat-seperangkat nilai-nilai sikap positif dan negatif terhadap kuliah. Jika nilai positif lebih kuat maka ia akan melanjutkan kuliah, namun jika nilai- nilai negatif yang lebih dominan maka ia tidak akan melanjutkan kuliah Morissan, 2013: 111-112. Menurut pandangan interaksi simbolik, makna suatu objek sosial serta sikap dan rencana tindakan tidak merupakan sesuatu yang terisolasi satu sama lain. Makna muncul melalui interaksi manusia satu dengan yang lain. Orang- orang terdekat memberikan pengaruh besar dalam kehidupan kita. Mereka adalah orang-orang dengan siapa kita memiliki hubungan dan ikatan emosional seperti orang tua atau saudara. Mereka memperkenalkan kita dengan kata-kata baru, konsep-konsep tertentu atau kategori-kategori tertentu yang kesemuanya memberikan pengaruh kepada kita dalam melihat realitas. Orang terdekat membantu kita belajar membedakan antara diri kita dan orang lain sehingga kita terus memiliki sense of self. Secara umum, ada enam proporsi yang dipakai dalam konsep interaksi simbolik, yaitu: 1 perilaku manusia mempunyai makna di balik yang menggejala; 2 pemaknaan kemanusiaan perlu dicari sumber pada interaksi sosial manusia; 3 masyarakat merupakan proses yang berkembang holistik, tak terpisah, tidak linier dan tidak terduga; 4 perilaku manusia itu berlaku berdasar penafsiran fenomenologik, yaitu berlangsung atas maksud, pemaknaan dan tujuan, bukan didasarkan atas proses mekanik dan otomatis; 5 konsep mental manusia berkembang; 6 perilaku manusia itu wajar dan konstruktif reaktif Wirawan, 2012: 114. Menurut Blumer, pokok pikiran interaksi simbolik ada tiga: 1 bahwa manusia bertindak act terhadap sesuatu thing atas dasar makna meaning; 2 makna itu berasal dari interaksi sosial seseorang dengan sesamanya; 3 makna itu diperlakukan atau diubah melalui suatu proses penafsiran interpretative process, yang digunakan orang dalam menghadapi sesuatu yang dijumpainya. Intinya, Blumer hendak mengatakan bahwa makna yang muncul dari interaksi tersebut tidak begitu saja diterima seseorang, kecuali setelah individu itu menafsirkan terlebih dahulu. Seseorang tidak serta merta memberikan reaksi manakala ia Universitas Sumatera Utara mendapat rangsangan dari luar. Seseorang itu semestinya melakukan penilaian dan pertimbangan terlebih dahulu; rangsangan dari luar diseleksi melalui proses yang ia sebut dengan definisi atau penafsiran situasi. Definisi situasi ada dua macam yaitu: 1 definisi situasi yang dibuat secara spontan oleh individu; 2 definisi situasi yang dibuat oleh masyarakat Wirawan, 2012: 115-116. Definisi situasi yang dibuat oleh masyarakat merupakan aturan yang mengatur interaksi antarmanusia. Ada tiga jenis aturan yang mengatur perilaku manusia ketika mereka berinteraksi dengan orang lain, yang disebutkan oleh David A. Karp dan W.C. Yoels dalam bukunya Symbols, Selves, and Society: Understanding Interaction 1979, yaitu: 1 aturan mengenai ruang; 2 aturan mengenai waktu; 3 aturan mengeni gerak dan sikap tubuh. Hall dan Hall 1971 mengemukakan bahwa komunikasi non verbal atau bahasa tubuh, yang menurutnya ada sebelum bahasa lisan, merupakan bentuk komunikasi yang pertama yang dipelajari manusia. Karp dan Yoels menyebutkan faktor-faktor yang memengaruhi interaksi, yaitu: 1 ciri yang dibawa sejak lahir, misalnya jenis kelamin, usia dan ras; 2 penampilan; 3 bentuk tubuh yang dipengaruhi oleh pakaian; dan 4 apa yang diucapkan oleh aktor pelaku Wirawan, 2012: 116.

2.2.6 Teori Konstruksi Sosial Diri