4 bagian lain dari tubuh. Hipodermis sebagian besar terdiri atas serat-serat kolagen dan elastin Fahidin
dan Muslich, 1999. Penampang kulit hewan secara mikroskopis dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Penampakan kulit secara mikroskopis Suardana et al., 2008 Komposisi kimia kulit terdiri dari dua golongan yaitu golongan protein dan golongan non
protein. Protein berbentuk terdiri atas kolagen, elastin, dan keratin. Kolagen merupakan bagian terpenting dalam teknologi kulit karena kolagen menjadi dasar susunan kulit samak dan dapat tahan
terhadap enzim proteolitik. Protein tak berbentuk globular protein merupakan media bagi protein berbentuk, dapat larut dalam air dan mudah terdenaturasi karena pemanasan. Protein tak berbentuk
terdiri dari albumin globulin. Golongan non protein terdiri dari air, lipid, dan bahan mineral. Persentase kandungan kimia dalam kulit yaitu air 65, lemak 1.8, bahan mineral 0.2, dan protein
33 Fahidin dan Muslich, 1999. Air di dalam kulit ada dua macam yaitu air yang terikat dengan protein polar dan air yang
bebas kapiler. Air yang terikat kira-kira 13 bagian, sedangkan air yang bebas 23 bagian. Bagian kulit secara makroskopis yang mengandung air paling banyak adalah bagian perut, sedangkan bagian
yang paling sedikit mengandung air adalah bagian krupon. Bagian kulit secara mikroskopis yang memiliki kandungan air yang paling banyak adalah korium. Lipid paling banyakterdapat pada bagian
subkutis kulit. Hewan yang memiliki bulu tebal pada umumnya memiliki kandungan lemak yang lebih banyak. Bahan mineral dalam kulit terdiri dari K, Ca, Fe, P, dan umumnya sebagian garam klorida,
sulfat, karbonat, dan fosfat; sedikit SiO2, Zn, Ni, As, Fe, dan S Purnomo, 1985.
2.2 MINYAK BIJI KARET
Minyak biji karet merupakan salah satu jenis minyak mengering drying oil. Minyak biji karet mempunyai sifat dapat mengering jika terkena oksidasi dan akan berubah menjadi lapisan tebal,
bersifat kental, dan membentuk sejenis selaput jika dibiarkan di udara terbuka Ketaren, 2008. Minyak biji karet umumnya digunakan di dalam industri non pangan, antara lain sebagai bahan
pembuat sabun, bahan cat sebagai minyak mengering, bahan pelengkap kosmetik, damar alkid, faktis, dan lain sebagainya Hardjosuwito dan Hoesnan, 1976.
Keterangan : 1. Rambut, 2. Lubang rambut, 3. Kelenjar lemak, 4. Kantong rambut, 5. Kelenjar keringat,
6. Sel lemak, 7. Pembuluh darah, 8. Syaraf, 9. Serat Collagen, 10. Tenunan lemak
5 Kandungan minyak dalam daging biji karet adalah sekitar 40-60 Pradeep dan Sharma, 2005
dengan komposisi 17-22 asam lemak jenuh yang terdiri atas asam palmitat, stearat, arakhidat, serta asam lemak tidak jenuh sebesar 77-82 yang terdiri atas asam oleat, linoleat, dan linolenat
Hardjosuwito dan Hoesnan, 1976. Minyak biji karet merupakan minyak nabati yang bersifat nonedible dan dapat digunakan
sebagai alternatif untuk memproduksi biodiesel Ramadhas et al., 2005. Selain itu, minyak biji karet juga sangat potensial sebagai bahan penyamak untuk memproduksi kulit samak minyak kulit samoa.
Hal ini disebabkan oleh tingginya bilangan iod yang dimiliki minyak biji karet yaitu 120 g100 g minyak. Bilangan iod merupakan parameter utama dari minyak untuk penyamakan kulit. Kelebihan
lain minyak biji karet adalah tidak meninggalkan residu warna dan bau dalam jumlah yang berlebih pada kulit Suparno, 2006.
2.3 PENYAMAKAN KULIT
Kulit tersusun dari banyak sekali ikatan jaringan serat yang dapat bergerak dan berikatan satu sama lain ketika hewan masih hidup. Ketika hewan sudah mati, jaringan tersebut cenderung mengerut
dan menjadi keras. Pada dasarnya tujuan utama dilakukan proses penyamakan adalah untuk menetapkan jaringan serat kolagen melalui proses kimiawi, melumasi jaringan sehingga dapat
bergerak dan berikatan satu sama lain. Oleh karena itu melalui proses penyamakan dapat meningkatkan fleksibilitas dan kekuatan kulit Mann dan McMillan, 2000.
Penyamakan merupakan proses memodifikasi struktur kolagen komponen utama kulit dengan mereaksikannya dengan berbagai bahan kimia tannin atau bahan penyamak yang pada umumnya
meningkatkan stabilitas hidrotermal dan ketahanan kulit terhadap mikroorganisme Suparno et al., 2005. Stabilitas hidrotermal kulit ditunjukkan dengan suhu kerut shrinkage temperature, Ts.
Penyamakan pada prinsipnya merupakan proses yang bertujuan untuk mengubah kulit mentah yang mempunyai sifat tidak stabil, yaitu mudah rusak oleh pengaruh biologis, fisik dan kimia, menjadi
kulit tersamak yang mempunyai sifat stabil dan tahan terhadap pengaruh-pengaruh tersebut. Mekanisme proses penyamakan kulit dimulai dari usaha memasukkan bahan penyamak ke dalam
jaringan serat kulit. Selanjutnya mengusahakan agar terjadi ikatan kimia antara jaringan serat kulit dengan bahan penyamak yang ditambahkan. Tujuan pokok dari penyamakan kulit adalah untuk
menghasilkan kulit samak yang sesuai dengan mutu kulit yang dikehendaki Purnomo, 1992. Menurut Purnomo 1992, proses penyamakan kulit secara garis besar meliputi proses
prapenyamakan, proses penyamakan, proses pascapenyamakan, dan proses penyelesaian. Penyamakan dapat dilakukan dengan berbagai cara tergantung bahan yang digunakan. Secara praktis penyamakan
dapat digolongkan menjadi lima, yaitu: a.
Penyamakan nabati, yaitu penyamakan dengan bahan penyamak yang berasal dari tumbuhan, contohnya kulit akasia, segawe, tengguli, mahoni, dan kayu quebracho Anonim, 1996.
b. Penyamakan mineral, yaitu penyamakan dengan bahan penyamak mineral, contohnya kromium,
ferum, kobalt, dan zirconium Judoamidjojo, 1981. c.
Penyamakan aldehida, yaitu penyamakan dengan bahan penyamak aldehida, contohnya formaldehida, glutaraldehida, dan oksazolidin Suparno, 2009.
d. Penyamakan minyak, yaitu penyamakan dengan bahan penyamak yang berasal dari minyak ikan
hiu atau ikan lain Suparno, 2009. e.
Penyamakan sintetis, yaitu penyamakan dengan bahan penyamak sintetis. Bahan penyamak sintetis terdiri dari dua bagian, yaitu bahan penyamak sintetis alifatis dan bahan sintetis aromatis
Judoamidjojo, 1981.
6
2.4 PENYAMAKAN AWAL ALDEHIDA