SIMPULAN SARAN SIMPULAN DAN SARAN

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 SIMPULAN

Minyak biji karet yang digunakan pada penelitian ini masih memenuhi syarat sebagai bahan penyamak. Karakteristik minyak biji karet tersebut antara lain warna 3493 PtCo, bobot jenis 0.92 gcm 3 , bilangan iod 138.85 g I100 g minyak, bilangan asam 14.72 mg KOHg minyak, bilangan peroksida 10.99 meqkg, dan bilangan penyabunan 186.08 mg KOHg minyak. Faktor waktu oksidasi di dalam molen dan interaksi antar perlakuan yang dikombinasikan pada proses penyamakan minyak memiliki pengaruh terhadap mutu kulit samoa. Faktor waktu oksidasi di dalam molen berpengaruh terhadap daya serap air dan kehalusan kulit, interaksi antar perlakuan berpengaruh terhadap kekuatan sobek, sedangkan waktu oksidasi di luar molen tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap mutu kulit samoa. Kombinasi waktu oksidasi 8 jam di dalam molen dan 1 hari di luar molen merupakan perlakuan penyamakan terpilih untuk menghasilkan kulit samoa terbaik. Perlakuan dengan kombinasi waktu oksidasi 8 jam di dalam molen dan 1 hari di luar molen menghasilkan kulit samoa yang memiliki daya serap air cukup tinggi. Selain itu sifat organoleptik kulit samoa dengan perlakuan tersebut memiliki nilai rata-rata yang sangat baik. Penyamakan dengan kombinasi perlakuan tersebut menghasilkan kulit samoa dengan sifat-sifat sebagai berikut: suhu kerut 71.63 o C, daya serap air 291.36 2 jam dan 323.89 24 jam, kekuatan sobek 59.45 Nmm, kekuatan tarik 26.18 Nmm 2 , kemuluran putus 163.33, kadar minyak 2.75, kadar abu 1.92, pH 6.88, nilai organoleptik antara lain 8 untuk kehalusan dan warna, serta 7.5 untuk bau. Penyamakan minyak dapat memberikan penampakan mikroskopis serat kulit yang berbeda dibandingkan dengan serat kulit sebelum disamak. Kulit pikel memiliki penampakan serat yang sangat rapat dan tertutup, sedangkan kulit samoa memiliki penampakan serat yang lebih terbuka dan jalinan antar serat terlihat lebih renggang.

5.2 SARAN

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penentuan kondisi terbaik proses penyamakan minyak dengan H 2 O 2 yang melibatkan suhu oksidasi di dalam molen karena laju reaksi dekomposisi hidrogen peroksida naik sebesar 2.2 kali setiap kenaikan 10 o C, sehingga proses oksidasi minyak akan lebih optimal. Selain itu, perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh penambahan katalis karena katalis merupakan salah satu faktor yang dapat mempercepat reaksi dekomposisi H 2 O 2, sehingga kemungkinan proses penyamakan minyak dapat lebih pendek lagi. 42 DAFTAR PUSTAKA AOAC. 1984. Official methods of analysis. Washington DC: AOAC. AOAC. 1995. Official methods of analysis. Washington DC: AOAC. AOCS. 1951. Official and tentative methods of the american oil chemist society 2 nd ed. Chicago: AOCS. [BSN] Badan Standarisasi Nasional. 1990. Standar nasional Indonesia kulit samoa chamois. SNI 06-1752-1990. Jakarta: BSN. Covington AD. 2009. Tanning Chemistry: The Science of Leather. Cambridge: Royal Society of Chemistry. Dewhurst J. 2004. Oil tan buff leather-man’s first leather. Journal of The Society of Leather Technologists and Chemists 88 6: 260-262. Djatmiko B dan Widjaja AP. 1985. Teknologi Minyak dan Lemak. Bogor: Fakulitas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Fahidin dan Muslich. 1999. Ilmu dan Teknologi Kulit. Bogor: Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Haines BM dan Barlow JR. 1975. The anatomy of leather. British Leather Manufacturer’s Research Association, Militon Park, Egham, Surrey, UK. Journal of Material Science 10 1975 525-538. Hamilton RJ dan Rossel JB. 1987. Analysis of Oils and Fats. New York: Eisevier Applied Science Publisher Co. Hardjosuwito B dan Hoesnan A. 1976. Minyak biji karet, analisis dan kemungkinan penggunaannya. Menara Perkebunan, 44 55: 225. John G. 1996. Possible Defects in Leather Production. Hembash: Druck Partner Rubelmann GmbH. Judoamidjojo RM. 1981. Teknik Penyamakan Kulit untuk Pedesaan. Bandung: Penerbit Angkasa. Kanagy RJ. 1977. Physical and Performance Properties of Leather. New York: Robert E. Krieger Publishing So. Hunting. Ketaren S. 2008. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: UI-Press. Krishnan SH, Sundar VJ, Rangasamy T, Muralidharan C dan Sadulla S. 2005. Studies on chamois leather tanning using plant oil. Journal of the Society of Leather Technologists and Chemists 89: 260-262. [LIPI] Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 2010. Prosedur uji mikroskopi kulit samoa. Bogor: LIPI. Mann BR dan McMillan MM. 2000. The Chemistry of The Leather Industry. New Zealand: G.L. Brown Co. Ltd. Mattjik AA dan Sumertajaya IM. 2006. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab. Bogor: IPB Press. 43 O’Flaherty F, Roddy WT, dan Lollar RM. 1960. The Chemistry and Technology of Leather. New York: Reinhold Publishing Co. Pradeep V dan Sharma RP. 2005. Evaluation of performance, emission, and combustion parameters of a CI engine fueled with biodiesel from rubber seed oil and its blends. SAE, Paper No. 2005, 26- 353, USA. Purnomo E. 1985. Pengetahuan Dasar Teknologi Penyamakan Kulit. Yogyakarta: Akademi Teknologi Kulit, Departemen Perindustrian. ______. 1992. Penyamakan Kulit Kaki Ayam. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Ramadhas AS, Muraleedharan C, dan Jayaraj S. 2005. Performance and emission evaluation of a diesel engine fueled with methyl esters of rubber seed oil. Renewable Energy 30: 1789-1800. Sharpouse JH. 1981. Chamois leather and oil tannages. In: Briggs ed. Gloving, Clothing, and Special Leathers. London: Tropical Products Institute. ______. 1985. Theory and practice of modern chamois leather production. Journal of the Society of Leather Technologists and Chemists 69 2: 29-43. ______. 1995. Leather Technician’s Handbook. Northampton: Leather Producer’s Association. Skuler. 2007. Mengenal hidrogen peroksida. http:www.forumsains.comartikelmengenal-hidrogen- peroksida-h2o2. [7 Februari 2011]. [SLTC] Society of Leather Technologists and Chemists. 2006. Official methods of analysis. Northampton: SLTC. Suardana IW, Sudiadnyana P, dan Rubiyanto. 2008. Kriya Kulit Jilid 1 untuk SMK. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional. Sudarmadji S, Haryono B, dan Suhardi. 1989. Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Liberty. Suparno O, Covington AD, dan Evans CS. 2005. Kraft lignin degradation products for tanning and dyeing of leather. Journal of Chemical Technology and Biotechnology 80 1: 44-49. Suparno O. 2006. Potensi pemanfaatan biji karet di Indonesia. Bogor: Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Suparno O, Kartika IA, dan Muslich. 2008. Rekayasa proses penyamakan kulit menggunakan minyak biji karet. [Laporan Akhir Penelitian Hibah Bersaing]. Bogor: Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Institut Pertanian Bogor. Suparno O. 2009. Penyamakan kulit samoa chamois leather. Bogor: Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Suparno O, Kartika IA, dan Muslich. 2009a. Chamois leather tanning using rubber seed oil. Journal of the Society of Leather Technologists and Chemists 93 4: 158-161. Suparno O, Kartika IA, Muslich, Andayani GN, dan Sofyan K. 2009b. Optimasi pengeringan biji karet Hevea brasiliensis pada ekstraksi minyak biji karet untuk penyamakan kulit. Jurnal Teknologi Industri Pertanian 19 2: 107-114. 44 Suparno O. 2010. Optimization of chamois leather tanning using rubber seed oil. Journal of The American Leather Chemists Association 1056: 189-194. Wachsmann HM. 1999. Chamois leather – traditional and today. World Leather, October 1999. Winarno. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia. 45 LAMPIRAN 46 Lampiran 1. Foto-foto peralatan yang digunakan Drum putar molen Mesin shaving Kuda-kuda Toggle dryer Alat stacking Mesin buffing Timbangan 47 Thickness gauge Shaker Alat uji suhu kerut Kubelka glass apparatus Tensile strength tester UTM Instron Scanning Electron Microscope SEM Tipe JSM-5000 48 Lampiran 2. Prosedur analisis minyak biji karet 1. Bilangan Asam AOAC, 1995 Contoh minyak yang akan diuji ditimbang sebanyak 10-20 gram, kemudian ke dalam contoh tersebut ditambahkan 50 ml alkohol 95, lalu dipanaskan pada penangas air sambil diaduk sampai semua minyak larut sekitar 10 menit. Larutan ini kemudian dititrasi dengan KOH 0.1 N dan menggunakan indikator PP phenolphthalein sampai terbentuk warna merah jambu yang tidak hilang selama 10 detik. Bilangan asam dapat dihitung dengan persamaan berikut:

2. Kadar Asam Lemak BebasKadar FFA

Bilangan asam sering juga dinyatakan sebagai kadar asam lemak bebas persen FFA. Hubungan kadar asam lemak bebas dengan bilangan asam menurut Sudarmadji et al., 1998 dapat dituliskan sebagai berikut: dengan: Faktor konversi untuk oleat = 1.99 Faktor konversi untuk palmitat = 2.19 Faktor konversi untuk laurat = 2.80 Faktor konversi untuk linoleat = 2.01

3. Bilangan Iod Cara Wijs AOCS, 1951

Contoh minyak yang telah disaring ditimbang sebanyak 0.1-0.5 gram dalam labu erlenmeyer 500 ml yang bertutup. Sebanyak 20 ml khloroform dan 25 ml larutan Wijs ditambahkan ke dalam contoh dengan hati-hati menggunakan pipet. Labu erlenmeyer kemudian disimpan pada tempat gelap selama 30 menit, lalu ditambahkan 20 ml larutan KI 15 dan 100 ml aquades. Kemudian erlenmeyer ditutup dan dikocok dengan hati-hati. Titrasi dilakukan dengan larutan natrium tiosulfat 0.1 N dengan indikator pati, sampai warna biru berubah menjadi putih jernih. Dengan cara yang sama dilakukan pula titrasi blanko. Bilangan iod dihitung dengan rumus berikut: A = ml Na-tio untuk titrasi contoh B = ml Na-tio untuk titrasi blanko 12.69 = sepersepuluh dari BM atom iodium

4. Bilangan Peroksida AOAC, 1995

Sebanyak 5 gram minyak ditimbang dalam erlenmeyer 300 ml, kemudian dilarutkan dengan pelarut yang merupakan campuran antara 60 asam asetat glasial dan 40 khloroform, lalu ditambahkan 0.5 ml KI jenuh sambil dikocok. Dua menit setelah penambahan KI, ditambahkan aquades sebanyak 30 ml. larutan kemudian dititrasi dengan natrium tiosulfat dan menggunakan indikator pati. Dengan cara yang sama dibuat pula titrasi blanko tanpa minyak. Bilangan peroksida dinyatakan dalam mili-equivalen dari peroksida setiap 100 gram contoh. Bilangan peroksida dihitung dengan rumus berikut: 49

5. Bilangan Penyabunan AOAC, 1995

Contoh minyak sebanyak 2-5 gram ditimbang dalam labu erlenmeyer 300 ml, kemudian ditambahkan 50 ml KOH beralkohol 0.5 N. Selanjutnya larutan dididihkan selama setengah jam sampai satu jam dengan menggunakan pendingin tegak dan dikocok sampai beberapa kali sampai semua minyak tersabunkan. Setelah dingin, bagian atas pendingin dibilas dengan sedikit aquades. Larutan KOH sisa ditetapkan dengan titrasi oleh HCl 0.5 N dengan menggunakan indikator PP sampai warna merah muda hilang. Dibuat juga titrasi blanko dengan cara yang sama. Bilangan penyabunan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:

6. Warna Suparno et al., 2009b

Pengukuran warna dilakukan dengan menggunakan alat DR Direct Read 2000. Sebelum dilakukan pengukuran, contoh minyak yang akan digunakan diencerkan terlebih dahulu dengan menggunakan pelarut n-heksan. Perbandingan antara minyak dan pelarut adalah 1:9. Panjang gelombang cahaya yang akan digunakan adalah 455 nm. Setelah siap, kuvet yang berisi aquades dimasukkan ke dalam alat, kemudian skala dinolkan. Kuvet yang berisi aquades diganti dengan kuvet yang berisi contoh minyak dan nilai warna dapat dibaca setelah menekan tanda ‘read’ pada alat tersebut. Pengukuran dilakukan minimal sebanyak tiga kali untuk setiap contoh minyak. Rataan dari nilai tersebut dikalikan dengan faktor pengenceran ditetapkan sebagai warna dari contoh. 50 Lampiran 3. Diagram alir proses penyamakan awal aldehida Suparno et al., 2009a Cairan Sisa Air Cucian Shaving Kulit Shaving Pretanning 3 12 rpm, 45 menit Na 2 CO 3 2 Air 10 Air 10 Cairan Sisa Cairan Sisa Pengenceran 12 rpm, 60 menit Natrium Formiat 1 Air 10 Pretanning 2 12 rpm, 60 menit Relugan GT50 3 Air 9 NaCl 10 Air 100 Pretanning 1 12 rpm, 75 menit Pengukuran pH Pencucian 2 12 rpm, 10 menit Cairan Sisa Air Cucian Kulit Pikel NaCl 10 Air 200 Penimbangan Pencucian 1 12 rpm, 20 menit 51 Lampiran 4. Diagram alir proses penyamakan minyak Suparno et al., 2009a A Pemutaran dalam molen 12 rpm, 8 jam Setting Out Penyamakan minyak Pemeraman 24 jam Minyak biji karet 30 Air 1.5 Na 2 CO 3 0.5 Cairan sisa Pengukuran pH Penirisan 1 jam Prapenyamakan ulang 12 rpm, 10 menit Air 100 Na 2 CO 3 0,5 Cairan sisa Pencucian 1 12 rpm, 30 menit Air 200 Air Cucian Kulit shaving Penimbangan 52 Analisis fisika, kimia, dan organoleptik Kulit samak Buffing Stacking Pengeringan 2 x 24 jam Air 1000 Air cucian Setting out Air 1000 Na 2 CO 3 2 Degreaser 1 Air cucian Air cucian Air 300 Na 2 CO 3 4 Degreaser 2 Air cucian Air 1000 Pencucian 2 12 rpm, 60 menit Pengeringan 1, 2, 3 hari Cairan sisa Penyamakan lanjutan 12 rpm, 4, 6, 8 jam H 2 O 2 6 Air 70 A Pencucian 3 12 rpm, 15 menit Pencucian 5 12 rpm, 15 menit Pencucian 4 12 rpm, 60 menit 53 Lampiran 5. Prosedur analisis karakteristik kulit 1. Sifat Fisik Kulit a. Ketebalan SLTC, 2006 Ketebalan kulit diukur dengan cara mengukur ketebalan pada tiga titik permukaan kulit dan dihitung rata-rata dari hasil pengukura. Ketebalan diukur menggunakan alat thickness gauge. Alat diletakkan di atas bidang horizontal dengan permukaan yang rata kemudian sampel diletakkan di antara tatakan dan penekan dengan sisi grain berada di atas jika dapat diidentifikasi. Penekan dilepas, ditunggu sekitar 5 detik ±1 detik, kemudian angka yang terbaca pada meteran dicatat.sebagai ketebalan. Hasil ketebalan yang terbaca kemudian dirata-ratakan.

b. Kekuatan Tarik SLTC, 2006