Penentuan Perlakuan Terbaik Berdasarkan Mutu Kulit Samoa

40

4.2.5 Penentuan Perlakuan Terbaik Berdasarkan Mutu Kulit Samoa

Kulit samoa umumnya digunakan sebagai alat pencuci dan pengering untuk pembersih jendela, badan kendaraan, kaca mata, dan sebagainya. Sesuai dengan tujuan penggunaan tersebut maka kulit samoa memiliki karakteristik khusus. Parameter utama yang menjadi penentu mutu kulit samoa adalah daya serap air dan sifat organoleptik kehalusan, warna, dan bau. Daya serap air menunjukkan kemampuan penyerapan air terhadap kulit. Sifat ini sangat penting mengingat kegunaan kulit samoa sebagai alat pencuci dan pembersih. Sifat organoleptik berkaitan dengan nilai estetika, kenyamanan, dan keamanan kulit saat digunakan. Perlakuan penyamakan dengan waktu oksidasi 8 jam di dalam molen dan 1 hari di luar molen merupakan kombinasi perlakuan yang terbaik. Hal ini dapat dilihat dari daya serap air kulit samoa dengan perlakuan tersebut memiliki nilai yang cukup tinggi untuk waktu penyerapan 2 jam 291.36 dan 24 jam 323.89. Nilai daya serap air yang dihasilkan oleh perlakuan ini tidak berbeda nyata dengan nilai daya serap air tertinggi yang dihasilkan oleh perlakuan waktu oksidasi 4 jam di dalam molen. Selain itu, perlakuan 8 jam di dalam molen dan 1 hari di luar molen memiliki sifat organoleptik dengan nilai rata-rata yang sangat baik, yaitu 8 untuk kehalusan dan warna, serta 7.5 untuk bau. Dilihat dari hasil pengujian sifat fisik lain seperti suhu kerut, kekuatan sobek, kekuatan tarik, dan kemuluran putus, kulit samoa yang dihasilkan dari kombinasi waktu oksidasi 8 jam di dalam molen dan 1 hari di luar molen juga memiliki nilai yang cukup baik dan telah memenuhi SNI 06-1752-1990, sehingga kombinasi perlakuan ini merupakan perlakuan terpilih untuk menghasilkan kulit samoa terbaik. Foto-foto kulit samoa pada masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Lampiran 26.

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 SIMPULAN

Minyak biji karet yang digunakan pada penelitian ini masih memenuhi syarat sebagai bahan penyamak. Karakteristik minyak biji karet tersebut antara lain warna 3493 PtCo, bobot jenis 0.92 gcm 3 , bilangan iod 138.85 g I100 g minyak, bilangan asam 14.72 mg KOHg minyak, bilangan peroksida 10.99 meqkg, dan bilangan penyabunan 186.08 mg KOHg minyak. Faktor waktu oksidasi di dalam molen dan interaksi antar perlakuan yang dikombinasikan pada proses penyamakan minyak memiliki pengaruh terhadap mutu kulit samoa. Faktor waktu oksidasi di dalam molen berpengaruh terhadap daya serap air dan kehalusan kulit, interaksi antar perlakuan berpengaruh terhadap kekuatan sobek, sedangkan waktu oksidasi di luar molen tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap mutu kulit samoa. Kombinasi waktu oksidasi 8 jam di dalam molen dan 1 hari di luar molen merupakan perlakuan penyamakan terpilih untuk menghasilkan kulit samoa terbaik. Perlakuan dengan kombinasi waktu oksidasi 8 jam di dalam molen dan 1 hari di luar molen menghasilkan kulit samoa yang memiliki daya serap air cukup tinggi. Selain itu sifat organoleptik kulit samoa dengan perlakuan tersebut memiliki nilai rata-rata yang sangat baik. Penyamakan dengan kombinasi perlakuan tersebut menghasilkan kulit samoa dengan sifat-sifat sebagai berikut: suhu kerut 71.63 o C, daya serap air 291.36 2 jam dan 323.89 24 jam, kekuatan sobek 59.45 Nmm, kekuatan tarik 26.18 Nmm 2 , kemuluran putus 163.33, kadar minyak 2.75, kadar abu 1.92, pH 6.88, nilai organoleptik antara lain 8 untuk kehalusan dan warna, serta 7.5 untuk bau. Penyamakan minyak dapat memberikan penampakan mikroskopis serat kulit yang berbeda dibandingkan dengan serat kulit sebelum disamak. Kulit pikel memiliki penampakan serat yang sangat rapat dan tertutup, sedangkan kulit samoa memiliki penampakan serat yang lebih terbuka dan jalinan antar serat terlihat lebih renggang.

5.2 SARAN

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penentuan kondisi terbaik proses penyamakan minyak dengan H 2 O 2 yang melibatkan suhu oksidasi di dalam molen karena laju reaksi dekomposisi hidrogen peroksida naik sebesar 2.2 kali setiap kenaikan 10 o C, sehingga proses oksidasi minyak akan lebih optimal. Selain itu, perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh penambahan katalis karena katalis merupakan salah satu faktor yang dapat mempercepat reaksi dekomposisi H 2 O 2, sehingga kemungkinan proses penyamakan minyak dapat lebih pendek lagi.