38 Pada pengujian bau, semua kombinasi perlakuan memberikan nilai bau yang sama
Gambar 27. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi waktu oksidasi pada penyamakan tidak memberikan pengaruh terhadap bau kulit Lampiran 25. Umumnya bau pada kulit samoa
bergantung pada proses pencucian kulit setelah oksidasi. Proses pencucian yang tidak sempurna dapat meninggalkan bau yang tidak dikehendaki. Bau ini dihasilkan oleh minyak yang tidak
menyerap ke dalam kulit tidak membentuk polimer, kemudian menempel pada kulit dan tidak tercuci sempurna.
Gambar 27. Hubungan antara waktu oksidasi di dalam dan di luar molen serta nilai bau kulit
4.2.4 Kajian Mikroskopis Serat Kulit
Pengujian secara mikroskopis terhadap serat kulit dilakukan untuk mengetahui susunan atau jalinan serat kolagen kulit yang terbentuk akibat proses penyamakan minyak. Susunan serat
di dalam kulit berpengaruh terhadap kemampuan kulit untuk menyerap air. Pengujian ini menggunakan alat berupa mikroskop elektron atau Scanning Electron Microscope SEM. SEM
digunakan karena memiliki ketelitian yang sangat tinggi dan dapat memperbesar obyek sampai 100,000 kali. Fokusnya tetap tajam meskipun pada pembesaran yang besar.
Pengamatan SEM dilakukan terhadap kulit pikel dan kulit samoa yang memiliki nilai daya serap air tertinggi serta nilai organoleptik yang cukup baik, yaitu perlakuan dengan kombinasi
waktu oksidasi 4 jam di dalam molen dan 2 hari di luar molen. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui perbedaan struktur serat yang terdapat pada kulit sebelum penyamakan awal kulit
pikel dan kulit setelah penyamakan minyak kulit samoa. SEM yang digunakan adalah SEM tipe JSM-5000 dengan perbesaran 500 kali. Hasil pengamatan struktur serat pada kulit pikel dan
kulit samoa dapat dilihat pada Gambar 28 dan Gambar 29. 2
4 6
8
4 6
8
B au
Waktu Oksidasi di Dalam Molen Jam
1 hari 2 hari
3 hari
Waktu Oksidasi di Luar Molen
39 Gambar 28. Struktur serat pada kulit pikel
Gambar 29. Struktur serat pada kulit samoa Gambar 28 menunjukkan bahwa struktur serat pada kulit pikel sangat rapat dan tertutup.
Struktur serat mempengaruhi kemampuan kulit untuk menyerap air. Kulit dengan jalinan serat yang rapat cenderung memiliki daya serap air yang rendah. Pada kulit setelah penyamakan
minyak Gambar 29, terlihat bahwa jalinan seratnya sangat longgar. Diantara jalinan serat terdapat rongga-rongga. Hal ini disebabkan oleh adanya hasil oksidasi minyak yang mengisi
rongga antar serat, sehingga serat yang awalnya rapat dan tertutup menjadi berjauhan dan membentuk rongga. Menurut Krishnan et al. 2005, struktur serat yang lebih terbuka
berhubungan dengan kemampuan minyak untuk menembus dan melapisi serat lebih efektif. Hasil oksidasi minyak berupa polimer hidrokarbon. Ikatan-ikatan hidrokarbon terpolimerisasi ini
kemudian akan membentuk matriks polimer di dalam matriks kolagen yang akan menahan struktur serat kolagen terpisahberjauhan dan menjadi lebih renggang, sehingga dapat
memberikan efek penyamakan minyak yaitu berupa kulit samoa yang mampu menyerap air.
Type: JSM-5000 Accv: 20 kV Width: 264 µm
Magnifications: ×500 Sample : Goat pickle pelt
Type: JSM-5000 Accv: 20 kV Width: 264 µm
Magnifications: ×500 Sample : Chamois leather
40
4.2.5 Penentuan Perlakuan Terbaik Berdasarkan Mutu Kulit Samoa