Sifat Organoleptik Kulit PENELITIAN UTAMA

36 Gambar 24. Hubungan antara waktu oksidasi di dalam dan di luar molen serta nilai pH

4.2.3 Sifat Organoleptik Kulit

Sifat organoleptik merupakan salah satu parameter utama yang digunakan untuk menentukan mutu kulit samoa, karena sifat ini berkaitan dengan sifat fisik atau penampilan kulit yang dapat dilihat dan dirasakan secara langsung oleh konsumen atau calon pengguna. Sifat organoleptik ini juga terkait dengan kenyamanan saat menggunakan produk kulit samoa. Sifat organoleptik kulit samoa yang paling penting antara lain kehalusan, warna, dan bau. Kehalusan pada kulit samoa sangat penting untuk mencegah barang atau benda yang dibersihkan tergores atau lecet, karena umumnya kulit samoa digunakan sebagai alat pembersih. Selain itu, kulit yang halus cenderung meningkatkan daya serap air dan kelenturan kulit, sehingga akan memberikan rasa nyaman saat digunakan.Warna kulit menunjukkan tingkat kecerahan dan kebersihan kulit. Warna kulit samoa yang baik adalah warna kuning muda mendekati putih. Bau yang terdapat pada kulit samoa umumnya disebabkan oleh residu minyak yang tertinggal pada kulit akibat proses pencucian yang kurang sempurna. Bau yang tidak dikehendaki dapat mengurangi daya tarik konsumen terhadap produk. Hasil penilaian organoleptik secara keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran 22. Berdasarkan Gambar 25, dapat dilihat bahwa nilai kehalusan kulit berada pada kisaran 4-9. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa faktor waktu oksidasi di dalam molen memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap nilai kehalusan kulit, sementara faktor waktu oksidasi di luar molen dan interaksi antara kedua faktor tidak berpengaruh nyata Lampiran 23. Hal ini dikarenakan pertama kali ditambahkannya oksidator H 2 O 2 adalah pada saat di dalam molen sehingga kemampuan H 2 O 2 untuk mengoksidasi minyak di dalam molen lebih optimum dibandingkan dengan kemampuan oksidasi H 2 O 2 pada saat kulit dibiarkan di udara terbuka luar molen. Berdasarkan hasil uji lanjut wilayah berganda Duncan, dapat dilihat bahwa waktu oksidasi 4 jam di dalam molen memberikan pengaruh yang berbeda nyata dengan waktu oksidasi 8 jam di dalam molen. Waktu oksidasi 8 jam di dalam molen memberikan nilai rata-rata kehalusan tertinggi, yaitu 8.17 Lampiran 23. 1 2 3 4 5 6 7 8 4 6 8 pH Waktu Oksidasi di Dalam Molen Jam 1 hari 2 hari 3 hari Waktu Oksidasi di Luar Molen 37 Gambar 25. Hubungan antara waktu oksidasi di dalam dan di luar molen serta nilai kehalusan kulit Uji organoleptik terhadap warna kulit memberikan hasil bahwa nilai warna kulit berada pada kisaran 7-8 Gambar 26. Kulit samoa menghasilkan warna kuning muda. Warna kuning ini terutama disebabkan oleh proses oksidasi gliserida linoleat, sehingga membentuk senyawa keton tidak jenuh yang berwarna kuning, atau protein dan basa nitrogen yang ikut terekstrak bersama- sama dengan minyak atau lemak teroksidasi, sehingga menghasilkan pula warna kuning Ketaren, 2008. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa faktor waktu oksidasi di luar molen memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap nilai warna kulit, sementara faktor waktu oksidasi di dalam molen dan interaksi antara kedua faktor tidak berpengaruh nyata. Tetapi hasil uji lanjut wilayah berganda Duncan tidak membuktikan bahwa waktu oksidasi di luar molen berpengaruh nyata terhadap nilai warna kulit Lampiran 24. Secara umum, warna kulit samoa yang dihasilkan sudah sesuai dengan SNI 06-1752-1990, yaitu berwarna kuning muda mendekati putih BSN, 1990. Gambar 26. Hubungan antara waktu oksidasi di dalam dan di luar molen serta nilai warna kulit 1 2 3 4 5 6 7 8 9 4 6 8 K e ha lus a n Waktu Oksidasi di Dalam Molen Jam 1 hari 2 hari 3 hari 2 4 6 8 10 4 6 8 Wa r na Waktu Oksidasi di Dalam Molen Jam 1 hari 2 hari 3 hari Waktu Oksidasi di Luar Molen Waktu Oksidasi di Luar Molen 38 Pada pengujian bau, semua kombinasi perlakuan memberikan nilai bau yang sama Gambar 27. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi waktu oksidasi pada penyamakan tidak memberikan pengaruh terhadap bau kulit Lampiran 25. Umumnya bau pada kulit samoa bergantung pada proses pencucian kulit setelah oksidasi. Proses pencucian yang tidak sempurna dapat meninggalkan bau yang tidak dikehendaki. Bau ini dihasilkan oleh minyak yang tidak menyerap ke dalam kulit tidak membentuk polimer, kemudian menempel pada kulit dan tidak tercuci sempurna. Gambar 27. Hubungan antara waktu oksidasi di dalam dan di luar molen serta nilai bau kulit

4.2.4 Kajian Mikroskopis Serat Kulit