4.4.2 Fauna
Keanekaragaman jenis di Ciremai cukup tinggi. Jenis satwa yang ada di kawasan ini antara lain: macan kumbang Phantera pardus, kijang Muntiacus
muntjak, landak Hystrix brachyura dan babi hutan Sus scrofa. Primata yang dapat ditemukan pada kawasan Ciremai yaitu surili Presbytis comata dan lutung
budeng Trachypithecus auratus. Sedangkan untuk jenis burung yaitu elang jawa Spizaetus bartelsi, elang ular Spilornis cheela dan jenis burung kacamata
gunung Zoosterops montanus. Jenis-jenis satwaliar yang terdapat di kawasan ini sebagian besar termasuk pada kategori jenis yang dilindungi Gunawan 2007.
4.5 Aksesibilitas
Taman Nasional Gunung Ciremai ini dapat diakses melalui tiga kabupaten yaitu Kuningan, Majalengka dan Cirebon. Waktu tempuh menuju kawasan ini
dengan menggunakan bus dari arah Jakarta-Cirebon-Kuningan melalui jalur pantai utara Pantura sekitar ± 7 jam, sedangkan jalur Jakarta-Majalengka dapat
di tempuh dengan bus sekitar ± 8 jam. Namun untuk jalur pendakian resmi menuju puncak Gunung Ciremai ada tiga BTNGC 2006 yaitu:
1. Jalur pendakian Linggarjati : Kuningan-Cilimus-Linggarjati, jarak tempuh
16 km dengan kondisi jalan beraspal dan terdapat angkutan umum. 2.
Jalur pendakian Palutungan : Kuningan-Cigugur-Palutungan, jarak tempuh 7 km dengan kondisi jalan beraspal dan terdapat angkutan umum.
3. Jalur pendakian Apuy : Majalengka-Maja-Argamukti, jarak tempuh 29 km
dengan kondisi jalan beraspal dan berbatu dan terdapat angkutan umum.
4.6 Potensi Wisata 4.6.1
Wisata Alam
Bentuk atraksi wisata alam yang dapat dijumpai pada kawasan TNGC ini antara lain track pendakian yang terdiri dari tiga jalur yaitu Linggarjati, Apuy, dan
Palutungan. Obyek wisata alam yang dapat dijumpai pada kawasan ini antara lain berupa panorama alam seperti air terjun Curug Sawer dan Curug Sabuk, wisata air
panas di daerah Pejambon, wisata air deras Paniis, dan wisata telaga. Selain itu, kegiatan wisata seperti birdwatching dapat dilakukan pada kawasan ini dengan
potensi satwa yang dimiliki terutama beberapa jenis burung berkicau dan burung langka seperti Elang jawa BTNGC 2006.
4.6.2 Wisata Budaya
Kawasan TNGC juga memiliki beberapa tempat yang dianggap memiliki nilai histori sehingga banyak dikunjungi oleh para penjiarah seperti Situ Sangiang
dan Gunung Puncuk BTNGC 2006.
4.7 Kondisi Sosial, Ekonomi dan Budaya Masyarakat Sekitar Kawasan
Masyarakat lokal yang tinggal berbatasan dengan kawasan TNGC terbagi dalam 14 kecamatan yaitu 7 kecamatan jumlah desa 25 termasuk wilayah
administratif Kabupaten Kuningan dan 7 kecamatan lainnya dengan jumlah desa 20 termasuk pada wilayah administratif Kabupaten Majalengka. Mata pencaharian
penduduk sekitar sebagian besar sebagai petani baik petani tanah milik, penggarap atau buruh tani, komoditas yang dihasilkan berupa sayur -sayuran, padi dan buah-
buahan. Secara umum pola pengunaan lahan masyarakat di sekitar TNGC terdiri dari tanah sawah dan bukan sawah kebun, hutan rakyat, perkebunan, perumahan,
dan tanah pekarangan BTNGC 2006. Berdasarkan data pusat statistik tahun 2003 Kabupaten Kuningan
masyarakat dari ke tujuh kecamatan tiga kecamatan yaitu Mandirancan dan Pasawahan semua pemeluk agama Islam. Kecamatan Darma 68 orang, Cilimus 24
orang, Jalaksana 18 orang dan Kramatmulya 12 menganut agama Katolik dan selebihnya menganut agama Islam. Sedangkan untuk Kecamatan Cigugur dari
39.320 orang pemeluk agama Islam 35.054 orang, Katolik 4.186 orang dan Protestan 80 orang. Hal ini berbeda dengan masyarakat Kabupaten Majalengka
berdasarkan data BPS tahun 2005, sebagian besar penduduk di 7 kecamatan sekitar kawasan TNGC wilayah Kabupaten Majalengka umumnya memeluk
agama Islam, sedangkan sebagian kecil beragama Katolik BTNGC 2006.