Letak dan Luas Aksesibilitas Kondisi Sosial, Ekonomi dan Budaya Masyarakat Sekitar Kawasan

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Sejarah dan Status Kawasan

Berdasarkan keputusan Menteri Kehutanan Nomor 195Kpts-II2003 tanggal 4 Juli 2003 areal hutan di Provinsi Jawa Barat seluas ± 816.603 hektar telah ditunjuk sebagai kawasan hutan lindung, termasuk di dalamnya kawasan Hutan Lindung Ciremai yang berada di Kabupaten Kuningan dan Majalengka. Pada tahun 2004 sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam, maka pemerintah memutuskan adanya perubahan fungsi kawasan untuk mengubah Hutan Lindung Ciremai menjadi kawasan Pelestarian Alam yang berfungsi sebagai Taman Nasional dengan nama Taman Nasional Gunung Ciremai TNGC. Penetapan kawasan ini diikuti dengan adanya SK Menteri Kehutanan No. 424Menhut-II2004 tanggal 19 Oktober 2004 tentang Penetapan Hutan Lindung Gunung Ciremai sebagai Taman Nasional Gunung Ciremai seluas ± 15.500 hektar yang berada di Kabupaten Kuningan dan Majalengka. Menimbang diantaranya kawasan hutan Gunung Ciremai memiliki ekosistem yang relatif utuh dengan tiga tipe hutan yang diantaranya memiliki vegetasi hutan alam primer, memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dan merupakan daerah resapan air bagi kawasan dibawahnya dan beberapa sungai penting di Kabupaten Majalengka, Kuningan dan Cirebon, serta merupakan sumber beberapa mata air yang dipergunakan untuk masyarakat, pertanian dan industri.

4.2 Letak dan Luas

Secara geografis Taman Nasioanal Gunung Ciremai TNGC terletak pada koordinat 6 40 ’ LS - 6 58 ’ LS dan 108 2 0’ BT - 108 40’ BT. Berdasarkan wilayah administrasi pemerintahan TNGC termasuk ke dalam dua kabupaten yaitu 6.800,13 Ha di Kabupaten Majalengka dan 8.699,87 Ha di Kabupaten Kuningan BTNGC 2006. 4.3 Kondisi Fisik 4.3.1 Iklim Iklim TNGC berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson termasuk kedalam tipe iklim B dan C. Curah hujan pada kawasan ini berkisar antara 2.000- 4.000 mmtahun dengan curah hujan rata-rata 3.500 mmtahun, sedangkan curah hujan tertinggi mencapai 4.000-4.500 mmtahun yang terjadi di daerah sekitar puncak dan curah hujan terendah antara 2.000-2.500 mmtahun yang terjadi di sebelah timur kawasan Rachmat 2007.

4.3.2 Topografi

Kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai memiliki topografi yang bergelombang dan berbukit sepanjang bagian kaki gunung hingga bagian puncak tertinggi yang mencapai 3.078 m dpl Hadiprasetya 2009.

4.3.3 Hidrologi

Kawasan Gunung Ciremai kaya dengan sumberdaya air berupa sungai dan mata air. Berdasarkan hasil inventarisasi mata air tahun 2006 di dalam kawasan TNGC terdapat 156 mata air. Seratus empat puluh tujuh mata air mengalir sepanjang tahun untuk wilayah Kuningan, sedangkan wilayah Majalengka terdapat 36 mata air produktif dan 7 sungai yang mengalir sepanjang tahun. Kualitas air yang dihasilkan memenuhi standar kriteria kualitas air minum, sehingga merupakan sumber pasokan air minum PDAM Cirebon yang penampungannya terletak di desa Paniis Kecamatan Pasawahan Kabupaten Kuningan BTNGC 2006.

4.4 Flora dan Fauna

4.4.1 Flora

Kondisi vegetasi kawasan TNGC terdiri dari tipe hutan hujan dataran rendah, tipe hutan hujan pegunungan dan hutan pegunungan sub alpin. Flora yang banyak ditemukan di TNGC antara lain: huru meuhmal Litsea tomentosa, kileho Saurauia pendula, pinus Pinus merkusii, saninten Castanopsis javanica, walen Ficus ribes dan edelweis Irwan 2009. Selain itu terdapat pula beberapa jenis tanaman hias seperti anggrek dan kantong semar.

4.4.2 Fauna

Keanekaragaman jenis di Ciremai cukup tinggi. Jenis satwa yang ada di kawasan ini antara lain: macan kumbang Phantera pardus, kijang Muntiacus muntjak, landak Hystrix brachyura dan babi hutan Sus scrofa. Primata yang dapat ditemukan pada kawasan Ciremai yaitu surili Presbytis comata dan lutung budeng Trachypithecus auratus. Sedangkan untuk jenis burung yaitu elang jawa Spizaetus bartelsi, elang ular Spilornis cheela dan jenis burung kacamata gunung Zoosterops montanus. Jenis-jenis satwaliar yang terdapat di kawasan ini sebagian besar termasuk pada kategori jenis yang dilindungi Gunawan 2007.

4.5 Aksesibilitas

Taman Nasional Gunung Ciremai ini dapat diakses melalui tiga kabupaten yaitu Kuningan, Majalengka dan Cirebon. Waktu tempuh menuju kawasan ini dengan menggunakan bus dari arah Jakarta-Cirebon-Kuningan melalui jalur pantai utara Pantura sekitar ± 7 jam, sedangkan jalur Jakarta-Majalengka dapat di tempuh dengan bus sekitar ± 8 jam. Namun untuk jalur pendakian resmi menuju puncak Gunung Ciremai ada tiga BTNGC 2006 yaitu: 1. Jalur pendakian Linggarjati : Kuningan-Cilimus-Linggarjati, jarak tempuh 16 km dengan kondisi jalan beraspal dan terdapat angkutan umum. 2. Jalur pendakian Palutungan : Kuningan-Cigugur-Palutungan, jarak tempuh 7 km dengan kondisi jalan beraspal dan terdapat angkutan umum. 3. Jalur pendakian Apuy : Majalengka-Maja-Argamukti, jarak tempuh 29 km dengan kondisi jalan beraspal dan berbatu dan terdapat angkutan umum. 4.6 Potensi Wisata 4.6.1 Wisata Alam Bentuk atraksi wisata alam yang dapat dijumpai pada kawasan TNGC ini antara lain track pendakian yang terdiri dari tiga jalur yaitu Linggarjati, Apuy, dan Palutungan. Obyek wisata alam yang dapat dijumpai pada kawasan ini antara lain berupa panorama alam seperti air terjun Curug Sawer dan Curug Sabuk, wisata air panas di daerah Pejambon, wisata air deras Paniis, dan wisata telaga. Selain itu, kegiatan wisata seperti birdwatching dapat dilakukan pada kawasan ini dengan potensi satwa yang dimiliki terutama beberapa jenis burung berkicau dan burung langka seperti Elang jawa BTNGC 2006.

4.6.2 Wisata Budaya

Kawasan TNGC juga memiliki beberapa tempat yang dianggap memiliki nilai histori sehingga banyak dikunjungi oleh para penjiarah seperti Situ Sangiang dan Gunung Puncuk BTNGC 2006.

4.7 Kondisi Sosial, Ekonomi dan Budaya Masyarakat Sekitar Kawasan

Masyarakat lokal yang tinggal berbatasan dengan kawasan TNGC terbagi dalam 14 kecamatan yaitu 7 kecamatan jumlah desa 25 termasuk wilayah administratif Kabupaten Kuningan dan 7 kecamatan lainnya dengan jumlah desa 20 termasuk pada wilayah administratif Kabupaten Majalengka. Mata pencaharian penduduk sekitar sebagian besar sebagai petani baik petani tanah milik, penggarap atau buruh tani, komoditas yang dihasilkan berupa sayur -sayuran, padi dan buah- buahan. Secara umum pola pengunaan lahan masyarakat di sekitar TNGC terdiri dari tanah sawah dan bukan sawah kebun, hutan rakyat, perkebunan, perumahan, dan tanah pekarangan BTNGC 2006. Berdasarkan data pusat statistik tahun 2003 Kabupaten Kuningan masyarakat dari ke tujuh kecamatan tiga kecamatan yaitu Mandirancan dan Pasawahan semua pemeluk agama Islam. Kecamatan Darma 68 orang, Cilimus 24 orang, Jalaksana 18 orang dan Kramatmulya 12 menganut agama Katolik dan selebihnya menganut agama Islam. Sedangkan untuk Kecamatan Cigugur dari 39.320 orang pemeluk agama Islam 35.054 orang, Katolik 4.186 orang dan Protestan 80 orang. Hal ini berbeda dengan masyarakat Kabupaten Majalengka berdasarkan data BPS tahun 2005, sebagian besar penduduk di 7 kecamatan sekitar kawasan TNGC wilayah Kabupaten Majalengka umumnya memeluk agama Islam, sedangkan sebagian kecil beragama Katolik BTNGC 2006. BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Pengelolaan Obyek Wisata di Taman Nasional Gunung Ciremai