Pengunjung Development of Nature-based Tourism in National Park Management Section (SPTN) I Kuningan areas, Gunung Ciremai National Park, Kuningan Regency, West Java Province

Pengambilan sampel pengunjung berdasarkan pembagian kelas umur yaitu anak-anak 7-12 tahun, remaja 13-21 tahun, dewasa 22-40 tahun dan tua dewasa pertengahan 41-65 tahun Dariyo 2007. Proporsi pengambilan sampel pada setiap kelas umur : Sampel x = Populasi x × Total sampel Total populasi Keterangan : Sampel x = ukuran sampel untuk kelas umur x Populasi x = ukuran populasi pada waktu tertentu kelas umur x Total populasi = ukuran populasi atau jumlah wisatawan dalam waktu tertentu Total sampel = ukuran keseluruhan sampel yang diperoleh dari Rumus Slovin Pengambilan sampel dilakukan pada semua lokasi obyek wisata yaitu Telagaremis, Paniis, Bumi Perkemahan Buper Cibeureum, Buper Cibunar, Buper Balongdalem, Lembah Cilengkrang dan Buper Palutungan. Pengambilan data pengunjung meliputi karakteristik pengunjung, tujuan kunjungan, penilaian dan harapan pengunjung terhadap obyek wisata. Pengambilan data tersebut melalui pengisian kuisioner di setiap lokasi obyek wisata. Pengambilan sampel pengunjung dilakukan dengan menggunakan Rumus Slovin pada penelitian ini yaitu menggunakan populasi dari data banyaknya pengunjung yang datang selama satu minggu terakhir sebelum pengambilan data. Oleh karena itu, jumlah sampel pengunjung pada setiap lokasi obyek wisata berbeda jumlah dan sebaran persentase setiap kelas umurnya seperti yang tersaji pada Tabel 2. Tabel 2 Jumlah sampel pengunjung pada setiap lokasi obyek wisata berdasarkan Rumus Slovin dan kelas umur No. Lokasi Total populasi per minggu Total sampel Sampel A R D T 1. Telaga Remis 265 38,06 5,7 15,2 15,2 1,9 2. Buper Paniis 107 31,4 6,2 10,8 10,9 3,1

3. Buper Cibeureum

tidak teridenfikasi - 1 2

4. Buper Cibunar

50 23,53 1,2 10,8 9,6 2,4

5. Buper Balongdalem

tidak teridenfikasi - 12 1

6. Lembah Cilengkrang

500 40,82 2,05 20,5 16,4 2,05

7. Buper Palutungan

500 40,82 4,1 24,6 8,2 4,1 Sampel pengunjung pada Buper Cibeureum dan Buper Balongdalem tidak menggunakan Rumus Slovin. Hal ini dikarenakan pada lokasi wisata tersebut pihak pengelola tidak mengetahui secara pasti jumlah pengunjung yang datang. Sehingga pengambilan sampel disesuaikan dengan jumlah pengunjung yang ada pada saat kegiatan penelitian berlangsung. Bahkan berdasarkan keterangan dari pihak pengelola Buper Cibeureum, pengunjung yang datang untuk berkemah terakhir kali yaitu 30 Oktober – 1 November 2009. Obyek wisata ini umumnya dikunjungi pada saat tertentu seperti libur hari raya, hari kemerdekaan, tahun baru dan liburan akhir tahun sekolah.

b. Pengelola Obyek Wisata

Pengumpulan data meliputi kebijakan pengelola yang berlaku, sistem pengelolaan, hubungan kerjasama dengan pihak luar dan rencana pengembangan pariwisata obyek wisata yang dikelola melalui wawancara terpandu Lampiran 3.

c. Masyarakat Sekitar

Kegiatan wawancara kepada masyarakat sekitar lokasi obyek wisata dilakukan dengan wawancara langsung secara terpandu Lampiran 4 meliputi informasi tingkat pengetahuan, pemahaman dan dukungan mengenai perkembangan obyek wisata, serta dampak yang ditimbulkan dari adanya kegiatan wisata. Pengambilan sampel pada masyarakat yaitu dengan menggunakan teknik penarikan sampel purposive dengan jumlah sampel disesuaikan dengan data dan informasi yang dibutuhkan. Pengambilan sampel dilakukan pada setiap lokasi obyek wisata meliputi masyarakat yang ikut berperan aktif maupun tidak.

d. Pemerintah Daerah

Informasi yang dikumpulkan melalui wawancara terpandu meliputi kebijakan-kebijakan pemerintah yang berlaku, hubungan kerjasama dengan pihak luar dan rencana pengembangan obyek wisata yang akan dilakukan Lampiran 5.

3.3.3 Observasi Lapang

Metode observasi lapang ini dilakukan untuk mengumpulkan data dengan cara pengamatan langsung di lokasi obyek wisata alam. Pengamatan yang dilakukan di lapangan bertujuan untuk menggali potensi sumberdaya yang memungkinkan untuk dikembangkan sebagai obyek wisata dan mengetahui daya tarik obyek yang telah ada dan dikembangkan, serta verifikasi data yang diperoleh berdasarkan studi literatur dengan kondisi lapangan Tabel 3. Tabel 3 Metode penilaian obyek daya tarik wisata No Data yang dinilai Metode penilaian 1. Daya tarik Penelitian di lapang dengan menggunakan kriteria penilaian 2. Aksesibilitas Penelitian di lapang dengan menggunakan kriteria penilaian 3. Kondisi sosial ekonomi masyarakat Penelitian di lapang dengan menggunakan kriteria penilaian

3.4 Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan metode skoring dan deskriptif. Metode skoring yang diperoleh berdasarkan hasil penilaian ODTWA dengan menggunakan Pedoman Analisis Daerah Operasi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam ADO-ODTWA Dirjen PHKA Tahun 2003 Lampiran 1.

3.4.1 Analisis Potensi Wisata

Potensi wisata berhubungan dengan sumberdaya alam yang ada di Kawasan TNGC. Analisis data dilakukan dengan skoring kriteria hasil penilaian, kemudian di uraikan secara deskipsi sehingga menjadi data potensi wisata alam yang dapat dikembangkan sebagai daya tarik wisata. Penilaian dilakukan berdasarkan pada tabel penilaian yang disesuaikan dengan potensi dan kondisi masing-masing lokasi. Kriteria penilaian berupa daya tarik wisata, aksesibilitas dan sosial ekonomi masyarakat sekitar obyek wisata. Bobot nilai paling besar diberikan pada kriteria daya tarik yaitu 6, hal ini dikarenakan daya tarik merupakan alasan utama wisatawan datang berkunjung. Sedangkan bobot untuk kriteria penilaian dari segi aksesibilitas dan sosial ekonomi masyarakat diberikan angka 5 karena kedua kriteria ini dapat mempengaruhi potensi pengembangan obyek wisata tersebut. Perhitungan data penilaian potensi wisata dihitung dengan menggunakan persamaan Romani 2006: S = N× B Keterangan : S = Skornilai B = Bobot nilai N = Jumlah nilai unsur – unsur pada kriteria Berdasarkan hasil skoring tersebut kemudian setiap nilai kriteria dari masing-masing obyek wisata dikalkulasikan untuk melihat bobot nilai akhir. Hasil