BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kawasan hutan Gunung Ciremai ditetapkan sebagai Taman Nasional pada tanggal 19 Oktober 2004 dengan SK Menteri Kehutanan No. 424Menhut-II2004
tentang perubahan fungsi kawasan hutan lindung pada kelompok hutan Gunung Ciremai seluas ± 15.500 hektar. Kawasan hutan Taman Nasional Gunung Ciremai
TNGC memiliki fungsi ekologis yang sangat penting yaitu sebagai daerah resapan air dan sebagai sumber air bersih bagi daerah di sekitarnya yaitu
Kabupaten Majalengka, Kuningan dan Cirebon yang perlu dilindungi dan dilestarikan.
Taman nasional berdasarkan Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 merupakan salah satu kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli dan dikelola
berdasarkan sistem zonasi dan dapat dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang kebudayaan serta pariwisata dan rekreasi.
Oleh karena itu, pemanfaatan kawasan TNGC tidak hanya berupa hasil hutan kayu ataupun non kayu seperti getah atau madu, akan tetapi dapat diperoleh hasil
hutan berupa penjualan jasa hutan seperti panorama alam yang dimiliki kawasan TNGC sebagai obyek daya tarik wisata.
TNGC secara wilayah administratif terbagi ke dalam dua kabupaten yaitu Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Kuningan. Potensi wisata alam yang
terdapat di kawasan TNGC khususnya yang termasuk pada daerah administrasi Kabupaten Kuningan memberikan daya tarik tersendiri seperti air terjun, sumber
air panas, telaga, kebudayaan masyarakat dan hutan serta keanekaragaman flora dan fauna. Melihat potensi sumberdaya alam tersebut, maka perlu dilakukan
penelitian mengenai potensi sumberdaya pariwisata alam untuk dibuat rencana pengembangan pariwisata alamnya, sehingga masyarakat sekitar TNGC dapat
memperoleh manfaat seperti terciptanya lapangan pekerjaan baru tanpa merusak hutan yaitu adanya pengembangan potensi wisata alam sebagai salah satu produk
pariwisata alam daerah yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar.
1.2 Tujuan