pemikiran abstrak yang terpisah dari kehidupan. Seorang yang belajar berhubungan dengan hal lain yang tahu, yang dia percaya, ketakutan dan
kecurigaan. 7 Seseorang memerlukan pengetahuan untuk belajar. Proses asimilasi pengetahuan baru akan sulit bila kita tidak memiliki struktur yang dikembangkan
dari pengetahuan terdahulu. Penekanan belajar konstruktivisme oleh Hein terletak pada belajar untuk belajar melalui aktivitas sosial pada proses kontekstual dalam
membangun pemahaman dan membangun sistem pemahaman Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses
aktif siswa aktivitas sosial yang kontekstual melalui beberapa fase secara nonlinier dalam mengorganisasimembangun mengkonstruksi memproduksi
makna gagasan pengetahuan dengan cara menghubungkan apa yang sudah di ketahui dengan apa yang akan dipelajari dan menempatkannya dalam konstalasi
kognisinya
b. Tujuan Belajar
Tujuan belajar pada hakekatnya merupakan sasaran akhir dari setiap kegiatan dalam belajar. Dia adalah sebuah keluaran output yang dapat dicapai
atau ditingkatkan sebagai hasil kegiatan belajar. Tujuan belajar menurut Suryani 2004:26-27, ”merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem
pembelajaran, karena semua komponen yang ada dalam sistem pembelajaran dilaksanakan atas dasar pencapaian tujuan.” Dan untuk mencapai tujuan belajar
Sardiman A.M 2005 : 25, menyarankan ”perlu diciptakan adanya sistem belajar lebih kondusif.” Suasana pembelajaran yang baik menurut Suryani 2004:26,
akan terjadi ”jika di dukung antara lain bahan pengajaran yang digunakan antara
guru dan siswa ada interaksi tertentu, sarana dan perasaan yang tersedia.” Mengenai tujuan-tujuan belajar itu sesungguhnya sangat banyak dan bervariasi.
Dan tujuan-tujuan belajar yang eksplisit diusahakan untuk dicapai dengan tindakan instruksional yang dinamakan dengan instructional effect, yang biasa
berbentuk pengetahuan dan ketrampilan. Sedangkan tujuan-tujuan belajar yang lebih merupakan hasil sampingan yaitu : tercapai karena siswa “menghidupi to
live in suatu sistem lingkungan belajar tertentu seperti : kemampuan berfikir kritis dan kreatif, sikap terbuka dan demokratis, menerima pendapat orang lain.
Dan tujuan ini disebut nuturant effects. Menurut Sardiman A.M 2005:26–29, tujuan belajar dibagi menjadi tiga
jenis, yaitu : 1 untuk mendapat pengetahuan, 2 pembentukan sikap, dan 3 pemahaman konsep dan ketrampilan. Jika tujuan belajar terkonsentrasikan pada
hal-hal yang bersifat intelektual, maka dimensi kognitif pengetahuan menjadi dominan. Jika tujuan belajar terkonstruksikan pada pembentukan sikap dan
pelaksanaan sehari-hari, maka dimensi afektif menjadi hal yang penting. Dan tujuan belajar berfungsi untuk melatih gerakan atau ketrampilan, maka dimensi
psikomotor yang menjadi dominan. Ketiga tujuan belajar tersebut oleh Megawati R, Latifah M, dan Dina W. F. 2005 : 82, disebut kompetensi. Dengan kata lain
kompetensi adalah apa yang dapat dilakukan siswa secara terus menerus konsisten sebagai perwujudan dari hasil belajar siswa. Dengan demikian,
kompetensi yang seharusnya dimiliki siswa setelah menyelesaikan pendidikan adalah pengetahuan, ketrampilan, dan nilai serta pola berfikir dan bertindak
sebagai cerminan dari pemahaman dan penghayatan siswa terhadap materi yang
telah dipelajari di sekolah. Oleh Sardiman A.M 2005:29, menegaskan ”ketiga tujuan belajar tersebut merupakan tiga hal yang secara perencanaan dan
programatik terpisah, namun dalam kenyataannya pada diri siswa merupakan satu kesatuan yang utuh dan bulat.” Oleh karena itu semua bermuara pada siswa, maka
setelah terjadi proses internalisasi terbentuklah kepribadian yang utuh pada diri siswa sebagai cerminan seperti tersebut diatas. Carl Rogers dalam Nana Sudjana
1995 : 54 berpendapat bahwa seseorang yang telah menguasai tingkat kognitif maka perilaku orang tersebut sudah bisa diramalkan.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar