Menentukan Keandalan Sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Proses Penyampaian Tenaga Listrik ke Pelanggan

Halaman 26 Pengertian mengenal LOLP ini juga diperlukan dalam perencanaan operasi misalnya untuk menyusun jadwal pemeliharaan unit-unit pembangkit dengan risk level tertentu misalnya dengan LOLP satu hari per tahun. Dengan ketentuan ini maka jadwal pemeliharaan unit-unit pembangkit harus diatur sedemikian rupa sehingga daya tersedia tanpa forced outage unit-unit pernbangkit yang dijadwalkan siap operasi terdiri dari unit-unit pembangkit yang mempunyai F.O.R. sedemikian hingga persamaan 4 tetap terpenuhi. PLN dalam menyusun jadwal pemeliharaan sistem interkoneksi Jawa mengasnbil risk level LOLP satu hari per tahun.

2.8 Menentukan Keandalan Sistem

LOLP merupakan index risk level dalam mengoperasikan sistem tenaga listrik jadi juga merupakan tingkat jaminan operasi sistem tenaga listrik. Apabila diinginkan tingkat jaminan operasi yang tinggi maka risk level harus rendah atau LOLP harus kecil dan ini berarti bahwa investasi harus tinggi untuk keperluan mendapatkan daya terpasang yang tinggi dan juga untuk mendapatkan unit pembangkit dengan F.O.R. yang rendah. Sesungguhnya F.O.R. yang rendah juga tergantung kepada pemeliharaan unit-unit pembangkit, tidak semata-mata kepada harga unit pembangkit. Pemeliharaan unit pembangkit yang baik dapat memperkecil F.O.R dan selanjutnya memperkecil LOLP atau meningkatkan tingkat jaminan operasi sistem tenaga listrik. Penentuan besarnya LOLP merupakan kompromi antara biaya investasi yang diperlukan dibandingkan dengan risiko pemadaman yang bisa terjadi. Untuk keperluan perencanaan, menyangkut pertimbangan-pertimbangan investasi terhadap risiko, PLN menggunakan angka-angka sebagai berikut : Jenis Pembangkit Unit Size MW F.O.R. PLTA Semua 1 PLTG Semua 7 PLTP Semua 5 perkiraan PLTU bahan bakar minyak 25-100 MW, 100 MW 8.5, 9 5. PLTU batu bara 400 MW 10 Angka-angka ini dikutip dan Load Supply Capability of Power Generation System in Java its Sensitivity to the completion dates of major Power Projects, draft PLN July 1981 table 3-3. Untuk menggambarkan besarnya risiko yang dihadapi apabila kemampuan sistem tidak dapat memenuhi kebutuhan beban sehingga terpaksa ada Halaman 27 beban yang dilepas dari sistem, dapat dipakai index berupa “harga KWH yang terputus” interupted KWH. Harga KWH yang terputus ini harus menggambarkan berapa besar pengaruh dari KWH yang terputus terhadap kehidupan negara secara makro, tidak hanya merupakan harga jual KWH oleh PLN. Hal ini mengingat bahwa tenaga listrik telah merupakan komoditi yang mempengaruhi hajat hidup orang banyak. Harga KWH yang terputus ini berbeda-beda untuk setiap tempat karena pengaruh terputusnya KWH juga berbeda untuk setiap tempat. Untuk daerah industri harga KWH terputus ini lebih mahal daripada untuk daerah tempat tinggal, karena KWH terputus untuk daerah industri juga menyebabkan terputusnya produksi industri yang mempunyai dampak luas di bidang ekonomi, sedangkan untuk daerah tempat tinggal praktis hanya mempunyai dampak terhadap kenyamanan para pemakai listrik. Penentuan harga KWH yang terputus selanjutnya akan mempenganuhi berbagai keputusan dalam merencanakan jaringan, seperti terlihat pada contoh berikut gambar II.15.. Akan dilakukan penyambungan melalui saluran udara 70 KV ke gardu induk C untuk melayani daerah perlistrikan baru. Ada dua alternatif penyambungan yaitu : ƒ Alternatif I : Disambung dari gardu induk A saja. ƒ Alternatif II : Disambung dari gardu induk A dan gardu untuk B. Untuk memilih alternatif mana yang menguntungkan ditentukan bahwa : 1. Biaya investasi untuk altematif ladalah sebesar Rp.300juta sedangkan untuk alternatif II adalah Rp.500juta. 2. Dan statistic gangguan diperkirakan bahwa jumlah KWH yang akan terputus dalam satu tahun adalah : ƒ Untuk alternatif I = 100.000 KWH. ƒ Untuk alternatif 11 = 20.000 KWH. 3. Peralatan listrik untuk. penyambungan ini diperkirakan mempunyai umur ekonomis 20 tahun. 4. Harga KWH terputus untuk daerah gardu C adalah Rp. 1000KWH. Halaman 28 BAB III PEMBEBANAN UNIT PEMBANGKIT

3.1 Optimasi Hidro-Termis Dengan Metode Lagrange Multiplier