Halaman 52
BAB V JADWAL OPERASI UNIT PEMBANGKIT
5.1 Jadwal Opersai Unit Pembangkit
Dari perhitungan dengan menggunakan program optimasi Hidro-Termis didapat jalur pembagian beban yang optimum antara subsistem Hidro dan subsistem Termis.
Jalur beban yang optimum bagi subsistem Hidro harus diikuti oleh semua unit PLTA, dimana PLTA pompa, PLTA Pasang-Surut dan PLTA Kaskade harus mengikuti
langgam beban subsistem Hidro. Begitu PLTA-PLTA yang lain, yang tidak tergolong dalam 3 kelompok tersebut di atas, juga harus mengikuti langgam beban subsistem
Hidro yang optimum, artinya semua PLTA harus berbeban rendah pada waktu nilai air rendah, sesuai dengan kurva prioritas penggunaan air yang digambarkan oleh gambar
III.14. Kesiapan operasi unit pembangkit Hidro juga harus memperhatikan kurva ini, misalnya diperlukan pekerjaan pemeliharaan atau perbaikan unit pembangkit hidro,
terutama yang memerlukan pemberhentian unit, usahakan melakukan hal ini pada saat nilai air rendah.
Jalur beban yang optimum bagi subsistem Termis harus diikuti oleh unit-unit pembangkit Termis. Dalam mengikuti jalur beban ini perlu dicari kombinasi unit-unit
pembangkit Termis yang beroperasi agar dicapai hasil operasi yang optimum, yang menghasilkan biaya bahan bakar minimum. Konsekuensinya adalah bahwa akan ada
unit Termis yang perlu distop dan distart kembali dalamperiode optimasi. Untuk unit PLTU, proses start-stop bukanlah soal yang sederhana, dalam proses tersebut terdapat
sejumlah kalori yang hilang pada saat unit di-stop sehingga unit menjadi dingin dan perlu dipanaskan agi pada waktu start. Apabila dikehendaki waktu start pendek maka
hrus dilakukan pemanasan terus pada unit PLTU, hal ini tentu saja memerlukan bahan bakar yang harus diperhitungkan.
Start dan stop unit pembangkit khususnya Unit Termis, sesungguhnya menambah keausan unit pembangkit yang bersangkutan, karena pada proses start-stop terjadi
perubahan suhu yang menyebabkan pemuaian dan perekrutan berbagai bagian. Untuk unit PLTG ada rumus praktis yang berasal dari perusahaan General Electric Amerika
Serikat sebagai yang dinyatakan oleh persamaan III.35. Untuk unit pembangkit lainnya penulis belum bisa menyajikan suatu gambaran eksak maupun empiris
mengenai hubungan tersebut di atas.
Halaman 53
So = Biaya Start Dari Keadaan Dingin,
a = Cooling Rate
Gambar 5.1 menunjukkan beban sistem untuk selang waktu tertentu sebelum dan sesudah beban puncak yang terjadi pada jam 19.00.
Daya tersedia yang berputar yang telah sinkron dalam sistem dapat diubah-ubah mengikuti kebutuhan beban dan ini dapat dilakukan dengan memberhentikan dan men-
start dan men-stop beberapa pembangkit sebelum dan sesudah beban puncak. Namun
Gambar 5.1 : Gambar Daya Tersedia dan Beban Sistem
Gambar 5.2
Halaman 54
perlu diingat bahwa menstart dan menstop unit PLTU memerlukan biaya seperti terihat pada gambar 5.2. Dari gambar 5.2 terlihat bahwa makin lama sebuah unit PLTU
diberhentikan makin besar biaya startnya, karena unit tersebut telah menjadi dingin dan diperlukan biaya pemanasan kembali sebelum unit tersebut dapat menghasilkan daya.
Tergantung kepada karakteristik beban sistem maka penentuan unit yang harus di-stop dan di-start dapat dipilih sehingga didapat pilihan yang optimum dalam arti
mendapatkan biaya operasi minimum. Sering kali penyelesaiannya adalah bahwa pada unit pembangkit yang harus di
start dan di stop setiap hari dan ada yang harus distart dan distop setiap minggu. Untuk unit PLTG start dan stop memberikan konsekwensi biaya yang lain daripada unit PLTU
karena pada PLTG hal ini lebih mengenal keausan unit sedangkan pada PLTU lebih menyangkut kalori yang hilang. Pada PLTG sebuah unit perlu di inspeksi setelah
mengalami 300 start atau setelah menjalani sejumlah jam operasi tertentu yang tergantung pada mode of operation unit PLTG yang bersangkutan. Rumus praktis yang
biasa dipakai untuk menentukan time between combustion inspection unit PLTG adalah F x S x 6X + 3Y +Z = 7500 + 10
Dimana : F adalah Fuel Factor yang besarnuya tergantung kepada bahan bakar yang dipakai.
F = 1,0 untuk bahan bakar gas alam. = 1,4 untuk HSD
= 3,0 untuk MFO S adalah start factor yang besarnya terganutng kepad sekali berapa jam unit PLTG di
start, besarnya adalah sebagai berikut : Waktu Jam
11 13
15 110 120 1100 1500
11000 Start Factor
2,6 2,13 1,80
1,28 1,15
1,0 1,9
0,85 Apabila biaya overhaul atau inspection diketahui maka dapat dihitung berapa
konsekwensi biaya yang terlibat untuk menstart dan menstop unit PLYG. Dari rumus diatas terlihat bahwa makin sering start dan stop dilakukan makin besar biaya
pemeliharaan karena unit PTG harus lebih sering di overhaul atau di inspeksi, walaupun biaya bahan bakar dapat dihemat.
Program Unit Commitment bertujuan untuk mencari jadwal unit pembangkit yang harus di start dan di stop untuk periode waktu tertentu misalnya untuk satu minggu yang
akan datang agar di dapat biaya operasi yang minimal.
Halaman 55
5.2 Menghitung Jadwal Operasi Unit Pembangkit Dengan Metode Dynamic Programming