Komponen Kognitif terhadap Beras Singkong

perbedaan keyakinan tersebut, terutama K.BP dan K.BC dibandingkan dengan K.BS. Akan tetapi dalam afeksi ternyata semua kelompok sangat positif, walaupun memang K.BP lah yang paling positif terhadap beras padi. Semakin dekat dan khusus bahan pangan tersebut bagi keluarga maka akan semakin positif terhadap bahan pangan tersebut. Penelitian ini membuktikan hipotesis bahwa kelompok K.BP cenderung memiliki sikap yang positif terhadap beras padi dan kelompok K.BC cenderung memiliki sikap yang netral terhadap beras padi. Namun hipotesis bahwa kelompok K.BS cenderung memiliki sikap yang negatif terhadap beras padi tidaklah terbukti. Kelompk K.BS dan K.BC memiliki sikap yang netral terhadap beras padi. Sikap yang netral ini memiliki arti bahwa K.BS dan K.BC sikapnya terhadap beras padi biasa saja, tidak terlalu positif dan juga tidak terlalu negatif. Kedua kelompok tersebut memiliki pengetahuan dan believe yang cukup terhadap beras padi.

5.2. Sikap terhadap Beras Singkong

Komponen kognitif terhadap beras singkong merupakan aspek sikap yang menyangkut pengetahuan dan keyakinan masyarakat terhadap beras singkong sebagai bahan pangan pokok. Komponen kognitif yang dilihat adalah dari dimensi manfaat, budaya, keunggulan serta harga beras padi yang dijabarkan ke dalam 13 pernyataan.

5.2.1. Komponen Kognitif terhadap Beras Singkong

Pada Tabel 11, dapat diketahui bahwa secara keseluruhan setiap kelompok responden memiliki tingkat pengetahuan dan keyakinan yang sedang terhadap beras singkong, yaitu 100 persen. Hal ini artinya, baik kelompok K.BP, K.BC, maupun K.BS memiliki pengetahuan yang sama mengenai beras singkong. Tingkat pengetahuan dan keyakinan mengenai beras singkong yang sedang ini menunjukkan bahwa masyarakat memiliki tingkat pengetahuan dan keyakinan yang cukup tentang manfaat, budaya, keunggulan, dan harga beras singkong. Pada tabel berikut Tabel 11 juga dapat dilihat persebaran komponen kognitif disetiap kelompok responden. Tabel 11. Jumlah Responden dan Persentase pada Setiap Kelompok berdasarkan Komponen Kognitif tentang Beras Singkong Tingkat Pengetahuan dan Keyakinan tentang Beras Singkong Jumlah Total Presentase K.BP n=10 K.BC n=10 K. BS n=10 Jml Jml Jml Tinggi Sedang 10 100 10 100 10 100 30 100 Rendah Total 10 100 10 100 10 100 30 100 Pembahasan mengenai komponen kognitif ini lebih rinci akan dijabarkan dengan masing-masing dimensinya persentase hasil masing-masing dimensi dapat dilihat pada Lampiran 4. Dimensi pada Komponen Kognitif terhadap Beras Singkong Pengetahuan dan keyakinan mengenai manfaat yaitu pengetahuan dan keyakinan bahwa beras singkong menyehatkan, membuat tubuh bertenaga, dapat menyembuhkan penyakit diabetetes. Mayoritas responden tahu bahwa tubuh akan menjadi bertenaga setelah mengkonsumsi beras singkong. Hanya ada 6,67 persen responden yang termasuk K.BP yang berpendapat bahwa tubuh tidak bertenaga jika mengkonsumsi beras singkong. Hal ini menunjukkan bahwa ternyata bukan hanya beras padi yang dianggap dapat membuat tubuh bertenaga, tatapi beras singkong juga, bahkan sebagian besar K.BP pun mengakui bahwa beras singkong dapat membuat tubuh bertenaga meskipun jarang atau tidak pernah mengkonsumsinya. Demikian juga dengan manfaaat beras singkong dapat membuat tubuh menjadi sehat, mayoritas responden setuju akan hal tersebut. Hanya terdapat 13,33 persen responden dari K.BP yang tidak setuju bahwa beras singkong dapat menyehatkan tubuh karena mereka sudah terbiasa mengkonsumsi beras padi dan tidak mengetahui manfaat beras singkong. Selanjutnya, pengetahuan mengenai beras singkong dapat mencegah penyakit diabetes merupakan kebanggaan bagi masyarakat yang mengkonsumsi beras singkong setiap hari. Demikian pula dengan masyarakat yang tidak mengkomsumsinya setiap hari juga mengetahui bahwa beras singkong dapat mencegah penyakit diabetes. Mengkonsumsi beras singkong akan menjadi alternatif mereka jika terkena penyakit diabetes. Dapat dikatakan bahwa pengetahuan mengenai beras singkong dapat mencegah penyakit diabetes sudah menjadi pengetahuan bersama dalam Kampung ini. Hanya terdapat 13,33 persen responden yang tidak setuju mengenai manfaat beras singkong yang dapat menyembuhkan penyakit diabetes. Komponen kognitif terhadap beras singkong terkait dengan budaya makan yaitu beras singkong sudah terbiasa dikonsumsi sejak kecil, beras singkong yang dianggap sebagai cemilan, dan juga dianggap sebagai simbol kesejahteraan. Terdapat 46,67 persen responden yang termasuk ke dalam K.BP dan K.BC yang tidak setuju bahwa mengkonsumsi beras singkong adalah kebiasaannya sejak kecil, hal tersebut karena yang biasa mereka konsumsi sejak kecil adalah beras padi. Responden lainnya 53,33 persen yang termasuk ke dalam K.BS serta K.BC setuju dan sesuai dengan kebiasaan mereka mengkonsumsi beras singkong yaitu sejak kecil. Selain itu, karena mayoritas masyarakat Kampung Cireundeu mengkonsumsi beras padi sehingga mayoritas responden yang diteliti masih ada yang menganggap bahwa beras singkong sebagai cemilan. Tetapi mayoritas responden 56,67 persen tidak menganggap beras singkong sebagai cemilan karena mereka mengkonsumsi beras singkong setiap hari bersama dengan lauk- pauk. Dapat dikatakan pula bahwa keberadaan beras singkong sebagai bahan pangan pokok sebagai masyarakat Kampung Cireundeu sudah diakui dan tidak lagi dianggap aneh di wilayah tersebut. Oleh karena itu, di Kampung Cireundeu ini, bahan pangan yang dianggap menjadi simbol kesejahteraan keluarga bukan saja hanya beras padi tetapi juga beras singkong. Hal ini terlihat dari sebagian besar responden 66,67 persen yang berpendapat bahwa beras singkong adalah simbol kesejahteraan keluarga. Jumlah responden yang tidak setuju beras singkong menjadi simbol kesejahteraan keluarga sebanyak 33,33 persen. Menurut pengamatan dan hasil wawancara dengan masyarakat menunjukkan bahwa pada realitasnya di Kampung Cireundeu ini, masyarakat yang mengkonsumsi beras singkong memiliki rumah dan fasilitas rumah yang lebih bagus dari pada masyarakat yang mengkonsumsi beras padi. Hal ini mungkin ada kaitannya dengan stategi ekonomi yaitu “irit” dalam pengeluaran makan sehingga dapat membeli kebutuhan sekunder lainnya. Strategi ekonomi seperti ini merupakan gambaran yang telah melekat pada sebagian Suku Sunda. Keunggulan beras singkong yang sudah diketahui dan diyakini oleh mayoritas responden yaitu terkait masa penyimpanan beras singkong yang cenderung bisa bertahan lebih lama dari pada beras padi, cara mengolah beras singkong yang mudah, begitu juga dengan cara menanam singkong yang mudah. Terdapat 70 persen responden yang berpendapat bahwa beras singkong dapat disimpan dalam waktu yang lama. Ukuran mereka berpendapat bahwa beras singkong dapat disimpan dalam waktu lama yaitu jika dibandingkan dengan masa simpan beras padi. Di sisi lain, 70 persen responden berpendapat bahwa beras singkong mudah untuk diolah. Responden tersebut merupakan berasal dari kelompok responden K.BP 23,33 persen dan K.BC 6,67 persen yang yang setiap harinya mengkonsumsi beras padi sehingga tidak begitu mengetahui tentang pengetahuan masa simpan dan pengolahan beras singkong. Semua responden baik yang mengkonsumsi beras singkong maupun beras padi berpendapat bahwa singkong mudah ditanam. Meskipun cara menanam singkong sangat mudah, namun mereka juga mengakui bahwa masa tanam singkong lama. Hanya terdapat 13,33 persen responden yang berpendapat bahwa masa tanam singkong pendek, yaitu responden dari kelompok K.BP 10 persen dan K.BC 3,33 persen. Beras singkong sama dengan beras padi dalam hal pengkonsumsiannya yaitu seluruh responden mengetahui bahwa beras singkong dapat dikombinasikan dengan berbagai macam lauk. Bagi masyarakat Kampung Cireundeu, beras singkong sudah sangat familiar dengan keseharian mereka, bahkan yang tidak mengkonsumsi beras singkong setiap hari pun sebagian besar mengetahui bahwa beras singkong mengenyangkan bahkan lebih mengenyangkan dari pada beras padi. Hanya terdapat 20 persen responden dari K.BP 3,33 persen dan K.BC 16,67 persen yang tidak berpendapat bahwa beras singkong mengenyangkan. Hal ini karena responden tersebut setiap harinya mengkonsumsi beras padi dan mereka jarang mengkonsumsi beras singkong. Seluruh responden mengetahui bahwa harga beras singkong murah, bahkan lebih murah dari pada beras padi. Harga beras singkong yang lebih murah dari beras padi ini karena sumber singkong yang merupakan bahan baku beras singkong mudah didapatkan dan banyak ditanam di kebun dekat kampung mereka. Mereka pun banyak yang bisa mengolah langsung dari awal bentuk singkong menjadi beras singkong sehingga harga beras singkong menjadi lebih murah dari pada beras padi Perbadingan Dimensi pada Komponen Kognitif terhadap Beras Singkong Pada Tabel 12 dapat dilihat intensitas pengetahuan dan keyakinan responden pada masing-masing dimensi kognisi terhadapa beras singkong. Pendangan yang relatif sama pada ketiga kelompok tersebut adalah singkong yang mudah ditaman dan harga singkong yang mudrah. Dengan kata lain, beras singkong dapat diterima dan dijadikan sebagai bahan pangan pokok adalah karena harganya yang murah dan kemudahannya untuk ditanam. Harga yang murah ini dapat menjadi alternatif pembelian bahan pangan pokok ketika beras padi sedang mahal. Mudahnya menanam singkong juga menjadi salah satu pertimbangan menjadikan beras singkong sebagai bahan pangan pokok. Selain karena banyak warga yang memiliki kebun singkong, juga resiko gagal panen yang mereka tanggung juga lebih sedikit. Akses mendapatkannya pun juga mudah karena sudah terlembaga dari mulai penanaman hingga pendistribusian beras singkong. Kelompok K.BP memiliki banyak perbedaan pandangan dengan K.BC dan K.BS mengenai beras singkong ini. Hal tersebut terlihat dari rata-rata skor K.BP yang berbeda yaitu pada pernyataan beras singkong dapat membuat tubuh bertenaga, mencegah penyakit diabetes, mengenyangkan, dan beras singkong sebagai makanan cemilan. Bagi kelompok K.BP, beras singkong tidak membuat tubuh bertenaga dan juga tidak mengenyangkan karena memang masih dianggap sebagai cemilan. Anggapan sebagai cemilan ini juga karena kelompok K.BP jarang bahkan ada yang tidak pernah mengkonsumsi beras singkong, sehingga tidak begitu tahu dan yakin bahwa beras dapat membuat tubuh bertenaga dan mengenyangkan, terlebih pengetahuan tentang manfaat beras singkong yang dapat mencegah penyakit diabetes. Tabel 12. Jumlah Skor Rata-Rata Pada Setiap Pernyataan Komponen Kognitif terhadap Beras Singkong No. Pengetahuan dan Keyakinan terhadap Beras Singkong Skor Rata-Rata Kelompok Skor Rata-Rata Keseluruhan K. BP K.BC K.BS Jml Manfaat 1 Membuat tubuh bertenaga 2,8 3,1 3 2,97 2 Membuat tubuh sehat 2,7 2,9 3 2,87 3 Mencegah penyait diabetes 2,7 3,1 3 2,93 Budaya 4 Sudah terbiasa dimakan sejak kecil 2 2.6 3 2,67 5 Makanan cemilan 3 2,5 2,3 2,67 6 Simbol kesejahteraan masyarakat 2,5 2,6 3 2,7 Keunggulan 7 Dapat disimpan dalam waktu yang lama 2,6 2.7 2,8 2,7 8 Mudah diolah 2,3 2,9 3 2,73 9 Mengenyangkan 2,3 3 3 2,77 10 Mudah ditanam 3,1 3 3 3,03 11 Masa tanam pendek 2.3 2,1 2 2,13 12 Dapat dikombinasikan dengan berbagai macam lauk 2,7 2,9 3 2,87 Harga 13 Harga murah 2,9 3,2 3,1 3,07 Rata-Rata Skor Kognitif 2,6 2,81 2,8 2,77 Terdapat pula pandangan yang berbeda antara K.BS dengan K.BP dan K.BC yaitu pada pernyataan beras padi dapat membuat tubuh sehat, sudah terbiasa dimakan sejak kecil, simbol kesejahteraan masyarakat, mudah diolah, dan dapat dikombinasikan dengan berbagai macam lauk. Pada pernyataan-pernyataan ini, K.BS memiliki skor rata-rata di atas 3, sedangkan K.BP dan K.BC di bawah 3. Dapat dipahami bahwa keyakinan yang tinggi K.BS pada pernyataan-pernyataan tersebut adalah karena semuanya memang telah melekat bagi K.BS sebagai masyarakat yang mengkonsumsi beras singkong. Beras singkong dianggap mudah diolah karena memang sudah menjadi kebiasaan mereka setiap harinya mengolah beras singkong, meskipun orang luar yang melihatnya dan tidak terbiasa akan beranggapan bahwa mengolah beras singkong sulit. Begitu juga dengan simbol kesejahteraan, mereka merasa diri mereka selama ini sejahtera dengan mengkonsumsi beras singkong, maka wajar mereka menganggap bahwa beras singkonglah simbol kesejahteraan bagi mereka. Demikian juga dengan mengkombinasikan beras singkong dengan berbagai macam lauk.

5.2.2. Komponen Afektif terhadap Beras Singkong

Dokumen yang terkait

Tingkat dan Pola Konsumsi Beras Masyarakat Kota Medan Serta Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Studi Kasus : Perumahan Taman Setia Budi Indah (TASBI) Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang; Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru; Kelurahan

4 73 95

Analisis Diversifikasi Konsumsi Pangan Beras Dan Pangan Non Beras (Studi Kasus: Desa Bagan Serdang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang)

11 80 108

Analisis Pola Konsumsi Pangan Dan Tingkat Konsumsi Beras Di Desa Sentra Produksi Padi

14 112 70

Pola Konsumsi Masyarakat dan Perilaku Hemat Energi (Studi Pada Kelurahan Babura, Kecamatan Medan Baru, Kota Medan).

1 61 98

Implementasi Program Beras Untuk Masyarakat Miskin (Raskin) Dalam Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat di Kelurahan Kota Bangun, Kecamatan Medan Deli

41 306 114

A. Ketersediaan Beras Tahun Ketersediaan Beras (Kg) - Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketersediaan dan Konsumsi Pangan Strategis di Sumatera Utara

0 0 20

Tingkat dan Pola Konsumsi Beras Masyarakat Kota Medan Serta Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Studi Kasus : Perumahan Taman Setia Budi Indah (TASBI) Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang; Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru; Kelurahan

0 0 12

Analisis Pola Konsumsi Pangan Dan Tingkat Konsumsi Beras Di Desa Sentra Produksi Padi

0 0 7

BAB I PENDAHULUAN - Analisis Pola Konsumsi Pangan Dan Tingkat Konsumsi Beras Di Desa Sentra Produksi Padi

0 0 7

Analisis Pola Konsumsi Pangan Dan Tingkat Konsumsi Beras Di Desa Sentra Produksi Padi

0 0 11