aroma, perasaan tidak bosan, dan perasaan bangga, sedangkan K.BP cenderung negatif terhadap keempat dimensi tersebut. Dapat dikatakan kelompok K.BC dan
K.BS sepakat bahwa beras singkong rasanya enak, aromanya wangi, tidak membosankan, serta bangga mengkonsumsi beras singkong, namun K.BP tidak
sepakat dengan hal tersebut. Responden kelompok K.BP jarang mengkonsumsi bahkan ada yang tidak pernah mengkonsumsi beras singkong, sehingga wajar jika
memiliki perasaan tersebut jika dibandingkan dengan beras padi. Terdapat perasaan yang sama antara K.BP dan K.BC yaitu kedua
kelompok ini sepakat bahwa bentuk beras singkong kurang menarik, sedangkan bagi K.BS sudah terbiasa mengkonsumsi beras singkong setiap hari sehingga
mengganggap bentuk beras singkong tentu saja menarik. Tidak adanya dimensi afektif pada K.BP yang positif menggambarkan bahwa memang belum ada yang
bisa menggantikan beras padi dibenak mayoritas masyarakat Indonesia, baik dalam hal rasa,aroma, maupun bentuk. Bahkan saat masa Suharto, beras padi
dijadikan indikator kesejahteraan masyarakat sehingga mengkonsumsi beras padi dapat juga dikatakan sebagai salah satu cara mempertahankan prestise.
5.2.3. Iktisar
Meskipun kecenderungan tingkat pengetahuan dan keyakinan terhadap beras singkong pada setiap kelompok sama, yaitu sedang, namun masih terlihat
perbedaan keyakinan tersebut, terutama K.BS dan K.BC dibandingkan dengan K.BP. Demikian juga dalam afektif, kelompok K.BP memiliki kecenderungan
yang negatif disemua dimensi afektif, sedangkan kelompok K.BC dan K.BS sangat positif terhadap beras singkong. Penelitian ini membuktikan hipotesis
bahwa kelompok K.BC cenderung memiliki sikap yang netral terhadap beras singkong. Namun hipotesis bahwa kelompok K.BP cenderung memiliki sikap
yang negatif terhadap beras singkong dan K.BS cenderung memiliki sikap yang positif terhadap beras singkong tidaklah terbukti. Kelompok K.BP dan K.BS
ternyata juga memiliki sikap yang netral terhadap beras singkong.
BAB VI SIKAP BERDASARKAN KARAKTERISTIK
Karakteristik individu yang diteliti pada penelitian ini adalah keadaan seseorang yang berkaitan dengan dirinya yang terdiri atas status sosial ekonomi
keluarga, usia dan pendidikan.
6.1. Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga
Status sosial ekonomi keluarga adalah taraf hidup rumahtangga yang dilihat dari dua belas variabel yaitu : pengeluaran, pendapatan, kondisi bangunan rumah,
luas lahan pekarangan, status rumah dan pekarangan, sumber air bersih, penggunaan bahan bakar untuk memasak, penggunaan listrik, kepemilikan kamar
mandi, kepemilikan sepeda motor, tempat berobat, dan penilaian perkembagan kesejahteraan keluarga. Status sosial ekonomi keluarga dibagi menjadi tiga
katagori berdasarkan persentase sebaran normal, yaitu status sosial ekonomi tinggi, sedang, dan rendah. Pada Tabel 15 disajikan sikap responden terhadap
beras padi dan beras singkong berdasarkan karakteristik sosial ekonomi keluarga.
Tabel 15. Jumlah dan Persentase Responden menurut Sikap dan Tingkat Sosial Ekonomi Keluarga di Kampung Cireundeu
Sikap Tingkat Sosial Ekonomi Keluarga
Tinggi Sedang
Rendah Jml
Jml Jml
Beras Padi Positif
0 0 4
20 2
100 Netral
8 100 16
80 0 0
Negatif 0 0
0 0 Jumlah
8 100 20
100 2
100 Beras Singkong
Positif 3
37,5 3
15 0 0
Netral 5
62,5 17
85 2 100
Negatif 0 0
0 0 0 0
Jumlah 8 100
20 100
2 100