BAB VII PERILAKU KONSUMSI
7.1. Frekuensi Konsumsi
Frekuensi konsumsi dilihat dari seberapa sering responden mengkonsumsi beras padi dan beras singkong. Pada Tabel 18 disajikan frekuensi konsumsi beras
padi dan beras singkong pada setiap kelompok responden.
Tabel 18. Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Frekuensi Konsumsi Beras Padi dan Beras Singkong di Kampung Cireundeu
Frekuensi Konsumsi Jumlah n=30
K. BP K.BC
K.BS Jml
Jml Jml
Beras Padi Tidak Pernah
3 30
10 100
Kadang-kadang Sering
Setiap Hari 10
100 7
70 Total
10 100
10 100
10 100
Beras Singkong Tidak Pernah
1 10
1 10
Kadang-kadang 9
90 5
50 Sering
1 10
Setiap Hari 3
30 10
100 Total
10 100
10 100
10 100
Pada Tabel 18 dapat dilihat perbandingan frekuensi konsumsi ketiga kelompok responden terhadap beras padi dan beras singkong. Seluruh responden
pada kelompok K.BP mengkonsumsi beras padi setiap hari, sedangkan mengkonsumsi beras singkong hanya kadang-kadang saja 90 persen bahkan ada
yang tidak pernah mengkonsumsi beras singkong 10 persen. Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya kelompok K.BP memiliki kecenderungan yang
tinggi untuk mengkonsumsi beras singkong. Artinya, sebenarnya ada potensi orang yang makan beras padi untuk bisa beralih makan beras singkong. Persentase
90 persen frekuensi konsumsi beras singkong yang kadang-kadang ini juga menunjukkan bahwa kelompok K.BP meskipun mengkonsumsi beras padi setiap
hari namun ternyata cukup mengenal beras singkong. Pada kelompok responden K.BC frekuensi konsumsinya beragam baik
konsumsi beras padi maupun beras singkong . Terdapat 30 persen responden pada K.BC yang tidak pernah mengkonsumsi beras padi, dan mayoritasnya 70 persen
mengkonsumsi beras singkong setiap hari. Kelompok responden K.BC mayoritas mengkonsusmsi beras singkong dengan frekuensi kadang-kadang, yaitu sebanyak
50 persen. Hanya 10 persen yang mengkonsumsinya dengan frekuensi sering. Selain itu terdapat responden pada kelompok ini yang makan beras singkong
setiap hari 30 persen dan juga ada 10 persen responden yang tidak pernah mengkonsumsi beras singkong. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok responden
K.BC masih memiliki kecenderungan mengkonsumsi beras padi. Namun dengan pola konsumsi beras singkong pada K.BC ini juga dapat menggambarkan bahwa
ada peluang untuk menggeser pola konsumsi beras padi menjadi beras singkong. Kelompok responden K.BS tidak pernah mengkonsumsi beras padi dan
semuanya mengkonsumsi beras singkong setiap hari. Kelompok ini tidak mengkonsumsi beras padi bukan karena tidak menyukai beras padi, namun lebih
karena taat pada nilai-nilai yang mereka anut. Nilai-nilai tersebut menganjurkan mereka tidak mengkonsumsi beras padi jika ingin makmur dan tidak ingin celaka.
Jadi dapat dikatakan bahwa kelompok responden K.BS dalam mengkonsumsi bahan pangan pokok dilandasi oleh dorongan sosiogenik Susanto 1993, yaitu
seseorang yang telah mempunyai kebiasaan makan beras singkong ini umumnya terpanggil untuk memenuhi aturan atau tatanan yang didasari pada kepercayaan.
Responden yang mengkonsumsi beras padi maupun beras singkong setiap hari dapat dikatakan memiliki perilaku konsumsi yang tinggi terhadap bahan
pangan tersebut. Bahan pangan yang dikonsumsi setiap hari adalah bahan pangan yang mereka anggap sebagai bahan pangan pokok bagi mereka, sedangkan yang
frekuensi konsumsinya kadang-kadang atau sering belum dapat dikatakan sebagai bahan pagan pokok. Frekuensi makan beras singkong setiap hari memiliki
perbedaan dengan yang mengkonsumsi beras padi setiap hari. Biasanya orang yang mengkonsumsi beras padi, makannya sehari tiga kali, yaitu pagi, siang, dan
soremalam, sedangkan yang mengkonsumsi beras singkong biasanya hanya makan sehari dua kali, yaitu pada pagi menjelang siang jam 11 dan malam hari.
Pada penelitian ini, masyarakat yang mengkonsumsi beras singkong identik dengan penganut aliran kepercayaan terhadap Tuhan YME. Makanan yang
tidak boleh dimakan oleh penganut aliran ini adalah beras padi. Jadi, masyarakat yang mengkonsumsi beras singkong ini belum pernah mengkonsumsi beras padi.
Dengan kata lain, mesyarakat yang tidak mengkonsumsi beras singkong pada Kampung Cireundeu ini bukanlah dari kesadaran mereka sendiri memilih
mengkonsumsi beras singkong untuk melakukan diversifikasi pangan. Baik beras padi sebagai bahan pangan pokok masyarakat yang mengkonsumsi beras padi
setiap hari maupun beras singkong sebagai bahan pangan pokok masyarakat yang mengkonsumsi beras singkong setiap hari, hal ini karena dorongan sosiogenik.
Namun terdapat masyarakat yang memang memilih antara mengkonsumsi beras padi atau beras singkong yaitu pada kelompok K.BC. Pada kelompok K.BC ini,
meskipun ada yang sudah terbiasa mengkonsumsi beras padi dan juga ada yang sudah terbiasa mengkonsumsi beras singkong, namun setiap harinya semua
anggota keluarga dihadapkan pada pilihan dua bahan pangan pokok tersebut, karena kedua bahan pangan pokok tersebut tersaji setiap harinya di rumah mereka.
7.2. Cara Konsumsi Bahan Pangan Pokok