seseorang terdapat makna ideologi makan, artinya ada batasan pada diri seseorang mengenai apa yang boleh ia makan dan apa yang tidak boleh ia makan.
2.1.5. Hubungan Sikap terhadap Perilaku
Menurut Sarwono dalam Sianturi 2007, pada sikap yang positif cenderung tindakannya adalah mendekati, menyenangi, dan mengharapkan pada
objek tertentu, sedangkan pada sikap negatif, terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, dan tidak menyukai objek tertentu. Namun
tidak selalu sikap berakhir dengan perilaku yang sesuai dengan sikap tersebut, hal ini terjadi jika terdapat tekanan yang besar pada individu untuk melakukan
tindakan yang tidak sesuai Sarwono 2002. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Leon Frestinger dalam Baron dan Byrne 2003
, teori ketidaksesuaian yang
difokuskan pada suatu sumber pokok ketidakkonsistenan sikap-perilaku yaitu akibat pengambilan keputusan dan akibat perilaku yang saling bertentangan
dengan sikap counterattitudinal behavior. Sikap mempengaruhi tingkah laku tergantung pada aspek situasi dan aspek
dari sikap itu sendiri Baron dan Byrne 2003. Konteks aspek situasi adalah situasi tersebut yang mencegah sikap diekspresikan dalam tingkah laku yang tampak,
namun juga bisa individu cenderung memilih situasi dimana mereka dapat bertingkah laku sesuai dengan sikapnya. Aspek sikap itu sendiri yaitu sumber
suatu sikap, kekuatan sikap, dan kekhususan sikap juga mempengaruhi hubungan antara sikap dan tingkah laku.
Terdapat tiga postulat guna mengidentifikasi tiga pandangan umum mengenai hubungan sikap dan perilaku, yaitu postulate of consistency, postulate
of independent variation, dan postulate of contingent consistency Warner dan DeFleur dalam Azwar 2003.
1 Postulat konsistensi menyatakan bahwa sikap verbal merupakan petunjuk yang cukup akurat untuk memprediksi apa yang akan dilakukan seseorang bila
ia dihadapkan pada suatu objek sikap. Jadi, postulat ini mengasumsikan adanya hubungan langsung antara sikap dan perilaku
2 Postulat variasi independen menyatakan bahwa tidak ada alasan untuk menyimpulkan bahwa sikap dan perilaku berhubungan secara konsisten. Sikap
dan perilaku merupakan dua dimensi dalam diri individu yang berdiri sendiri, terpisah, dan berbeda. Mengetahui sikap tidak berarti dapat memprediksi
perilaku. 3 Postulat konsistensi tergantung menyatakan bahwa hubungan sikap dan
perilaku sangat ditentukan oleh faktor-faktor situasional. Norma-norma, peranan, keanggotaan kelompok, kebudayaan, dsb. merupakan kondisi
ketergantungan yang dapat mengubah hubungan sikap dan perilaku. Oleh karena itu, sejauhmana prediksi perilaku dapat disandarkan pada sikap,
postulat terakhir inilah yang paling masuk akal dan paling berguna dalam menjelaskan hubungan sikap dengan perilaku Allen, Guy, dan Adgley dalam
Azwar 2003
2.2. Kerangka Pemikiran