Komponen Kognitif terhadap Beras Padi

5.1. Sikap terhadap Beras Padi

5.1.1. Komponen Kognitif terhadap Beras Padi

Komponen kognitif terhadap beras padi ini merupakan aspek sikap yang menyangkut pengetahuan dan keyakinan masyarakat terhadap beras padi sebagai bahan pangan pokok. Komponen kognitif dilihat adalah dari dimensi manfaat, budaya, keunggulan serta harga beras padi. Keempat dimensi tersebut diterjemahkan ke dalam 13 pernyataan yang disusun dari hasil wawancara dengan beberapa masyarakat sekitar peneliti sebelum dilakukan penelitian. Pertanyaan yang diajukan memiliki empat pilihan jawaban yaitu sangat tidak setuju skor 1, tidak setuju skor 2, setuju skor 3, dan sangat setuju skor 4 yang dijawab oleh 30 responden. Secara keseluruhan, sebagian besar responden 96,67 persen memiliki pengetahuan yang sedang tentang beras padi. Hanya 3,33 persen yang tingkat pengetahuan tentang beras padi tergolong tinggi. Selain itu juga tidak ada responden yang memiliki tingkat pengetahuan rendah tentang beras padi. Pada Tabel 7 dapat dilihat persebaran tingkat pengetahuan disetiap kelompok responden. Tabel 7. Jumlah dan Persentase Responden pada Setiap Kelompok berdasarkan Komponen Kognitif tentang Beras Padi Tingkat Pengetahuan dan Keyakinan tentang Beras Padi Jumlah Total Persen tase K.BP n=10 K.BC n=10 K. BS n=10 Jml Jml Jml Tinggi 1 10 1 3,33 Sedang 9 90 10 100 10 100 29 96,67 Rendah Total 10 100 10 100 10 100 30 100 Berdasarkan Tabel 7, dapat diketahui bahwa kelompok K.BP memiliki tingkat pengetahuan tentang beras padi lebih tinggi 10 persen dibandingkan kelompok K.BC dan K.BS yang 100 persen tergolong pengetahuan sedang. Tingkat pengetahuan yang tinggi pada kelompok K.BP ini memperjelas bahwa beras padi dianggap sebagai bahan pangan pokok terbaik. Meskipun pada kelompok K.BC dan K.BS tidak ada yang memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi tentang beras padi, namun kecenderungan kedua kelompok ini sama dengan kelompok K.BP. Hal ini juga dapat dikatakan bahwa kelompok K.BC dan K.BS berarti juga menganggap beras padi sebagai bahan pangan pokok yang baik. Tingkat pengetahuan yang tergolong sedang terhadap beras padi ini menunjukkan bahwa masyarakat memiliki tingkat pengetahuan dan keyakinan yang cukup terhadap beras padi, baik itu tentang manfaat, budaya, keunggulan, dan harga. Berikut adalah pembahasan mengenai masing-masing dimensi persentase hasil masing-masing dimensi dapat dilihat pada Lampiran 4. Dimensi pada Komponen Kognitif terhadap Beras Padi Dimensi manfaat yaitu pengetahuan dan keyakinan bahwa beras padi membuat tubuh bertenaga, menyehatkan, dan dapat mencegah penyakit terutama diabetes. Seluruh responden tahu bahwa tubuh akan menjadi bertenaga setelah mengkonsumsi beras padi. Selain itu, hampir seluruh responden memiliki pandangan bahwa beras padi juga dapat membuat tubuh sehat, hanya sebagian kecil responden yang tidak memiliki pandangan demikian. Responden yang tidak memiliki pandangan bahwa beras padi dapat membuat tubuh sehat ini berasal dari kelompok responden K.BC. Ia berpendapat bahwa tubuh menjadi sehat bukan hanya karena makan beras padi tetapi juga karena mengkonsumsi pangan lainnya. Sebagian besar responden 43 persen tidak setuju dengan pernyataan beras padi dapat mencegah penyakit diabetes. Menurut mereka beras padi tidak dapat mencegah penyakit diabetes tetapi sebaliknya yaitu dapat menyebabkan penyakit diabetes jika dimakan berlebihan dan beras singkonglah yang dapat mencegah penyakit diabetes. Ini menunjukkan bahwa walaupun keyakinan mereka cukup positif tentang beras padi, namun mereka tetap menyadari bahayanya makan beras padi secara berlebihan. Sebaliknya dalam hal ini mereka menyadari bahwa beras singkonglah yang bermanfaat dalam mencegah penyakit diabetes. Keyakinan ini ternyata merupakan hasil belajar dari lingkungan yaitu dari tetangga-tetangga mereka yang dianjurkan dokter untuk mengurangi makan beras padi karena mengidap penyakit diabetes. Dalam dimensi budaya, mayoritas masyarakat Kampung Cireundeu memandang bahwa makan beras padi sudah menjadi kebiasaan mereka sejak kecil. Namun bagi kelompok responden yang terbiasa mengkonsumsi beras singkong sejak kecil tidak setuju dengan pernyataan bahwa beras padi sudah terbiasa dimakan sejak kecil 26,7 persen dari K.BS dan 6,67 persen dari K.BC . Selanjutnya, sebagian besar responden meyakini bahwa beras padi merupakan simbol kesejahteraan keluarga. Hanya 10 persen responden yang tidak berkeyakinan demikian 6,67 persen dari kelompok K.BC dan 3,33 dari kelompok K.BP. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat responden yang memakan beras padi bukanlah karena alasan gengsi bahwa beras padi sebagai simbol kesejahteraan. Mereka tidak begitu peduli dengan hal tersebut. Bagi mereka, yang paling terpenting dari makan adalah mengenyangkan dan juga masalah kebiasaan, bukan karena gengsi. Dalam dimensi keunggulan, sebagian besar responden berpendapat bahwa beras padi kurang memiliki keunggulan dalam hal masa penyimpanan. Masa simpan beras padi dinilai hanya sebentar dibandingkan dengan beras singkong yang cenderung bisa bertahan lebih lama. Terdapat 56,7 persen responden yang menganggap bahwa beras padi tidak dapat disimpan dalam waktu yang lama. Dibandingkan dengan beras singkong, dalam hal pengolahan terdapat 63,33 persen responden menganggap beras padi lebih mudah diolah. Selanjutnya, sebagian besar responden juga mengakui bahwa padi mudah untuk ditanam yaitu sebanyak 76,67 persen responden. Hanya terdapat 23,33 persen responden yang berpendapat bahwa menanam padi itu sulit dan penuh dengan resiko serta hambatan. Mereka menganggap menanam padi mudah rupanya karena menanam padi merupakan kebiasaan atau budaya sehingga dianggap mudah ditanam walaupun sesungguhnya menanam padi membutuhkan tenaga, waktu, dan biaya yang lebih besar daripada menanam singkong. Sebagian besar respoden yaitu 66,67 persen responden menganggap bahwa masa tanam padi pendek yaitu 3 bulan, sedangkan 33,33 persen responden lainnya beranggapan bahwa masa tanam padi lama. Masa tanam yang dianggap sebentar ini ternyata berhubungan dengan anggapan bahwa padi mudah ditanam. Jika dibandingkan dengan masa tanam singkong yang satu tahun, wajar jika masyarakat menganggap bahwa masa tanam padi pendek sehingga juga dianggap mudah ditanam. Selain itu, sebagian besar responden setuju bahwa beras padi dapat membuat kenyang, namun mereka juga menambahkan pendapat bahwa lebih kenyang mengkonsumsi beras singkong daripada beras padi. Hanya ada 10 persen responden yang berpendapat bahwa beras padi tidak mengenyangkan yaitu responden yang mengkonsumsi beras singkong. Pada dimensi harga, responden menganggap bahwa harga beras padi murah yaitu sebanyak 66,67 pesen responden. Mereka menganggap murah karena masih bisa terjangkau oleh mereka, terutama yang sering mereka konsumsi adalah beras Raskin. Harga beras Raskin dari Pemerintah hanya Rp.1600. Responden yang menganggap beras padi mahal yaitu sebanyak 33,33 persen 16,67 persen dari K.BP, 10 persen dari K.BC, dan 6,66 persen dari K.BS, namun sebagian dari mereka juga berpendapat meskipun mahal tetapi masih tetap terjangkau. Oleh karena itu, mereka masih banyak yang memilih beras padi sebagai bahan pangan pokoknya. Terlebih lagi mereka juga banyak yang mendapatkan Raskin beras miskin sehingga masih sanggup untuk membeli beras. Meskipun demikian, terdapat 3,33 persen dari kelompok K.BP responden yang akan mengkonsumsi beras singkong jika sedang tidak punya uang untuk membeli beras karena harga beras singkong jauh lebih murah daripada beras padi. Perbandingan Dimensi pada Komponen Kognitif terhadap Beras Padi Pada Tabel 8 dapat dilihat hasil intensitas pengetahuan dan keyakinan responden pada masing-masing dimensi kognisi terhadap beras padi. Secara keseluruhan, pandangan yang paling menonjol dalam menyatakan beras padi sebagai bahan pangan pokok yaitu beras padi dapat membuat tubuh bertenaga, terlihat dari rata-rata seluruh kelompok pada pernyataan ini sama yaitu dengan skor rata-rata di atas 3. Hal tersebut berarti beras padi dianggap sebagai sumber penghasil tenaga yang cukup untuk tubuh, sehingga ada sebutan bahwa “belum terasa makan jika belum makan nasi”. Oleh karena itulah beras padi menjadi sumber pangan pokok dan tidak mengherankan bila tidak ada responden yang menganggapnya sebagai cemilan. Terbukti dengan skor rata-rata pernyataan beras padi merupakan makanan cemilan mendapat skor rata-rata keseluruhan yang terendah. Tabel 8. Jumlah dan Persentase Skor Rata-Rata Pada Setiap Pernyataan Komponen Kognitif terhadap Beras Padi No. Pengetahuan dan Keyakinan tentang Beras Padi Skor Rata-Rata Kelompok Skor Rata-Rata Keseluruhan K. BP K.BC K.BS Jml Manfaat 1 Membuat tubuh bertenaga 3,8 3,2 3,0 3,33 2 Membuat tubuh sehat 3,1 2,9 3,0 3,00 3 Mencegah penyakit diabetes 2,4 2,3 3,0 2,57 Budaya 4 Sudah terbiasa dimakan sejak kecil 3,6 2,9 2,2 2,90 5 Makanan cemilan 2,1 2,1 2,3 2,17 6 Simbol kesejahteraan masyarakat 3,0 2,8 3,0 2,93 Keunggulan 7 Dapat disimpan dalam waktu yang lama 2,2 2,3 2,8 2,43 8 Mudah diolah 2,7 2,3 3,0 2,67 9 Mengenyangkan 3,1 2,8 3,0 2,97 10 Mudah ditanam 2,4 2,9 3.0 2,77 11 Masa tanam pendek 2,4 2,6 2,0 2,33 12 Dapat dikombinasikan dengan berbagai macam lauk 3,5 2,6 3,0 3,03 Harga 13 Harga murah 2,4 2,6 2,8 2,60 Rata-Rata Skor Kognitif 2,8 2,6 2,8 2,73 Pandangan yang relatif berbeda pada ketiga kelompok tersebut yaitu pada pernyataan beras padi membuat tubuh sehat, mengenyangkan, simbol kesejahteraan, dan dapat dikombinasikan dengan berbagai macam lauk skor rata- rata K.BC dibawah 3, sedangkan K.BP dan K.BS di atas 3. Hal yang wajar jika Kelompok K.BP memiliki pengetahuan dan keyakinan yang cukup tinggi pada terhadap keempat penyataan tersebut, namun menarik jika ternyata kelompok K.BS juga memiliki keyakinan yang sama, padahal tidak pernah mengkonsumsi beras padi. Hal tersebut karena sumber pengetahuan kelompok K.BS bukanlah dari pengalaman pribadi, namun berasal dari lingkungan sekitar mereka, yaitu tetangga-tetangga yang mengkonsumsi beras padi. Jadi K.BS memiliki pengetahuan yang sama dengan K.BP. Merupakan hal yang wajar jika K.BC memiliki keyakinan yang lebih rendah pada keempat pernyataan tersebut karena K.BC setiap harinya dihadapkan pada kedua bahan pangan tersebut. Bagi K.BC yang dapat membuat tubuh sehat, mengenyangkan, simbol kesejahteraan, dan dapat dikombinasikan dengan berbagai macam lauk bukan hanya beras padi, namun demikian juga dengan beras singkong. Kelompok K.BP dan K.BC memiliki pengetahuan dan keyakinan yang relatif sama dan lebih rendah daripada K.BS yaitu pada pernyataan beras padi dapat mencegah penyakit diabetes, mudah diolah dan mudah ditanam. Hal tersebut karena K.BS tidak mengetahui pengetahuan yang sebenarnya tentang beras padi. Kelompok K.BS tidak pernah merasakan langsung, tetapi mendapatkan pengetahuan tersebut dari luar. Kelompok K.BS dan K.BC tidak sepakat pada pernyataan beras padi sudah terbiasa dimakan sejak kecil. Hal ini karena K.BS tidak pernah mengkonsumsi beras padi dan K.BC juga bukan hanya mengkonsumsi beras padi saja setiap harinya. Sementara K.BP memiliki pandangan bahwa beras padi sudah terbiasa dikonsumsi sejak kecil karena kenyataannya demikian bagi mereka.

5.1.2. Komponen Afektif terhadap Beras Padi

Dokumen yang terkait

Tingkat dan Pola Konsumsi Beras Masyarakat Kota Medan Serta Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Studi Kasus : Perumahan Taman Setia Budi Indah (TASBI) Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang; Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru; Kelurahan

4 73 95

Analisis Diversifikasi Konsumsi Pangan Beras Dan Pangan Non Beras (Studi Kasus: Desa Bagan Serdang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang)

11 80 108

Analisis Pola Konsumsi Pangan Dan Tingkat Konsumsi Beras Di Desa Sentra Produksi Padi

14 112 70

Pola Konsumsi Masyarakat dan Perilaku Hemat Energi (Studi Pada Kelurahan Babura, Kecamatan Medan Baru, Kota Medan).

1 61 98

Implementasi Program Beras Untuk Masyarakat Miskin (Raskin) Dalam Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat di Kelurahan Kota Bangun, Kecamatan Medan Deli

41 306 114

A. Ketersediaan Beras Tahun Ketersediaan Beras (Kg) - Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketersediaan dan Konsumsi Pangan Strategis di Sumatera Utara

0 0 20

Tingkat dan Pola Konsumsi Beras Masyarakat Kota Medan Serta Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Studi Kasus : Perumahan Taman Setia Budi Indah (TASBI) Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang; Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru; Kelurahan

0 0 12

Analisis Pola Konsumsi Pangan Dan Tingkat Konsumsi Beras Di Desa Sentra Produksi Padi

0 0 7

BAB I PENDAHULUAN - Analisis Pola Konsumsi Pangan Dan Tingkat Konsumsi Beras Di Desa Sentra Produksi Padi

0 0 7

Analisis Pola Konsumsi Pangan Dan Tingkat Konsumsi Beras Di Desa Sentra Produksi Padi

0 0 11