17 pada musim kemarau penyakit ini tidak menyebabkan kerugian yang besar
Wiyatiningsih, 2007. Tanaman cabai lebih tahan panas daripada tomat dan terung. Temperatur
yang cocok untuk pertumbuhannya antara 16-23
o
C. Kegagalan pembentukan buah tanaman cabai seperti pada tomat tergantung pada perubahan iklim menjelang
pembuangan. Perubahan ini mungkin dapat menghalangi produksi tepung sari, penyerbukanpembuahan. Beberapa penyakit yang sering menyerang tanaman
cabai adalah bercak daun yang disebabkan oleh cendawan patogen Alternaria solani, busuk daun oleh cendawan patogen Phytophtora infestans, mati bujang
oleh cendawan patogen Pythium dan cendawan Rizhoctonia sp. Sedangkan hama yang sering menyerang cabai adalah ulat penggerek daun Epilachna
dodecastigma, ulat penggerek buah Heliotis sp, ulat penggerek leher batang Agrotis ypsilon, dan kutu daun Aphis gossipii. Beberapa penyakit dan hama
tersebut muncul saat musim hujan dengan curah hujan yang tinggi Ashari, 1995.
2.1.5 Dampak Perubahan Iklim Terhadap Pola Tanam
Pola tanam adalah suatu usaha penanaman pada suatu bidang lahan dengan mengatur pola pertanaman. Pola pertanaman adalah suatu susunan tata letak dan
dan tata urutan tanaman pada sebidang lahan selama periode tertentu, termasuk di dalamnya masa pengolahan tanah dan bera Setjana, 1983. Selanjutnya Tahir
1974 menyatakan bahwa pola tanam adalah suatu pola bercocok tanam selama setahun atau lebih dan atau kurang yang terdiri dari beberapa kali bertanam dari
satu atau beberapa jenis tanaman secara bergilir, bersisipan, atau secara bertumpangsari dengan maksud untuk meningkatkan produksi usahatani atau
meningkatkan pendapatan petani tiap satuan luas per satuan waktu. Pada dasarnya
18 yang perlu diperhatikan dalam perencanaan prediksi atau pengaturan pola tanam
adalah bahwa semua kombinasi tanaman harus dapat memenuhi persyaratan teknis, lingkungan, ekonomi dan sosial seperti pemilihan jenis tanaman yang
sesuai dengan sifat-sifat lahan, iklim dan memiliki komoditas yang ekonomis. Penentuan pola tanam merupakan salah satu prinsip yang digunakan petani
sebagai manajer dalam mengelola usahataninya Hernanto, 1989. Perubahan iklim yang terjadi telah mengubah pola pengusahaan tanaman
pola tanam yang dilakukan oleh petani. Secara umum, dua provinsi di Jawa Jawa Barat dan Jawa Timur yang pasokan airnya lebih tersedia memiliki
intensitas tanaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan empat provinsi lainnya di luar Jawa. Namun, di Jawa Barat dan Jawa Timur telah terjadi perubahan pola
tanam, yang sebelumnya padi-padi-padi menjadi padi-padi-palawija. Hal ini mengindikasikan bahwa petnai sudah responsif terhadap adanya gejala-gejala
perubahan iklim dengan menyesuaikan jenis tanaman yang mereka usahakan Handoko et al, 2008.
2.1.6 Dampak Perubahan Iklim terhadap Produktivitas
Dampak perubahan iklim terhadap produktivitas hasil panen tanaman ternyata sangat bervariasi antar daerah. Hal ini terjadi karena produktivitas tidak
saja dipengaruhi oleh perubahan iklim tersebut, tetapi juga oleh faktor lain seperti ketersediaan pupuk dan pestisida tepat waktu, atau sarana irigasi yang mengalami
kerusakan sehingga tidak dapat berfungsi secara optimal Handoko et al, 2008. Produktivitas padi mengalami penurunan di Jawa Barat, Sulawesi Utara
dan Gorontalo serta Sumatra Utara dengan variasi antara 1,8 hingga 20,5; sementara di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan mengalami peningkatan antara
19 6,2 hingga 14,3. Produktivitas palawija juga sebagian besar mengalami
penurunan, kecuali di Jawa Timur yang mengalami peningkatan. Perubahan produktivitas yang mencolok justru terjadi pada komoditas tebu. Di Jawa Barat,
produktivitas tebu mengalami penurunan sebesar 25,0, sementara di Jawa Timur mengalami peningkatan sebesar 93,9.
2.2 Persepsi Petani Terhadap Perubahan Iklim