Dampak Perubahan Iklim Terhadap Tanaman Pangan Dampak Perubahan Iklim Terhadap Tanaman Hortikultura

16 kering dan hujan dan berkurangnya kelembaban tanah akan menganggu sektor pertanian. Curah hujan di beberapa wilayah di Indonesia diprediksikan akan meningkat sekitar 2 persen sampai 3 persen per tahun. Di Jawa, Bali, NTB, NTT, sebagian Sulawesi, Maluku dan Papua curah hujan akan berkurang. Kecenderungan yang akan terjadi adalah musim kemarau lebih panjang. Khusus di Pulau Jawa, perubahan musim akan sangat ekstrem dimana musim hujan akan menjadi sangat basah dan musim kering akan menjadi sangat kering dan lebih panjang. Hal ini menyebabkan Jawa menjadi rawan banjir dan kekeringan BMKG, 2011. Tanaman bawang merah pada dasarnya tidak membutuhkan banyak air dalam pertumbuhannya. Adanya peningkatan curah hujan jelas akan sangat berpengaruh terhadap kualitas dan kondisi fisik bawang merah. Tanaman bawang merah yang tergenang banyak air, tidak akan tumbuh secara optimal. Umbi bawang merah akan berbentuk kecil sehingga kualitasnya tidak memuaskan. Selain itu, curah hujan yang meningkat menyebabkan penularan penyakit pada bawang merah lebih cepat. Salah satu penyakit penting pada bawang merah yang menimbulkan banyak kerugian di beberapa sentra produksi. Penyakit penting yang menyerang tanaman bawang merah yaitu penyakit Moler, yang biasa disebut oleh masyarakat Brebes sebagai penyakit Inul, dan Bahasa Latinnya adalah Twisting Disease. Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Fusarium oxysporum. Gejala yang ditimbulkan oleh cendawan ini yaitu busuk pada pangkal batang, sehingga tanaman menjadi layu dan busuk kemudian tanaman mati. Penyakit MolerInul menyerang tanaman bawang merah pada musim hujan, sedangkan 17 pada musim kemarau penyakit ini tidak menyebabkan kerugian yang besar Wiyatiningsih, 2007. Tanaman cabai lebih tahan panas daripada tomat dan terung. Temperatur yang cocok untuk pertumbuhannya antara 16-23 o C. Kegagalan pembentukan buah tanaman cabai seperti pada tomat tergantung pada perubahan iklim menjelang pembuangan. Perubahan ini mungkin dapat menghalangi produksi tepung sari, penyerbukanpembuahan. Beberapa penyakit yang sering menyerang tanaman cabai adalah bercak daun yang disebabkan oleh cendawan patogen Alternaria solani, busuk daun oleh cendawan patogen Phytophtora infestans, mati bujang oleh cendawan patogen Pythium dan cendawan Rizhoctonia sp. Sedangkan hama yang sering menyerang cabai adalah ulat penggerek daun Epilachna dodecastigma, ulat penggerek buah Heliotis sp, ulat penggerek leher batang Agrotis ypsilon, dan kutu daun Aphis gossipii. Beberapa penyakit dan hama tersebut muncul saat musim hujan dengan curah hujan yang tinggi Ashari, 1995.

2.1.5 Dampak Perubahan Iklim Terhadap Pola Tanam

Pola tanam adalah suatu usaha penanaman pada suatu bidang lahan dengan mengatur pola pertanaman. Pola pertanaman adalah suatu susunan tata letak dan dan tata urutan tanaman pada sebidang lahan selama periode tertentu, termasuk di dalamnya masa pengolahan tanah dan bera Setjana, 1983. Selanjutnya Tahir 1974 menyatakan bahwa pola tanam adalah suatu pola bercocok tanam selama setahun atau lebih dan atau kurang yang terdiri dari beberapa kali bertanam dari satu atau beberapa jenis tanaman secara bergilir, bersisipan, atau secara bertumpangsari dengan maksud untuk meningkatkan produksi usahatani atau meningkatkan pendapatan petani tiap satuan luas per satuan waktu. Pada dasarnya 18 yang perlu diperhatikan dalam perencanaan prediksi atau pengaturan pola tanam adalah bahwa semua kombinasi tanaman harus dapat memenuhi persyaratan teknis, lingkungan, ekonomi dan sosial seperti pemilihan jenis tanaman yang sesuai dengan sifat-sifat lahan, iklim dan memiliki komoditas yang ekonomis. Penentuan pola tanam merupakan salah satu prinsip yang digunakan petani sebagai manajer dalam mengelola usahataninya Hernanto, 1989. Perubahan iklim yang terjadi telah mengubah pola pengusahaan tanaman pola tanam yang dilakukan oleh petani. Secara umum, dua provinsi di Jawa Jawa Barat dan Jawa Timur yang pasokan airnya lebih tersedia memiliki intensitas tanaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan empat provinsi lainnya di luar Jawa. Namun, di Jawa Barat dan Jawa Timur telah terjadi perubahan pola tanam, yang sebelumnya padi-padi-padi menjadi padi-padi-palawija. Hal ini mengindikasikan bahwa petnai sudah responsif terhadap adanya gejala-gejala perubahan iklim dengan menyesuaikan jenis tanaman yang mereka usahakan Handoko et al, 2008.

2.1.6 Dampak Perubahan Iklim terhadap Produktivitas

Dampak perubahan iklim terhadap produktivitas hasil panen tanaman ternyata sangat bervariasi antar daerah. Hal ini terjadi karena produktivitas tidak saja dipengaruhi oleh perubahan iklim tersebut, tetapi juga oleh faktor lain seperti ketersediaan pupuk dan pestisida tepat waktu, atau sarana irigasi yang mengalami kerusakan sehingga tidak dapat berfungsi secara optimal Handoko et al, 2008. Produktivitas padi mengalami penurunan di Jawa Barat, Sulawesi Utara dan Gorontalo serta Sumatra Utara dengan variasi antara 1,8 hingga 20,5; sementara di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan mengalami peningkatan antara