Dampak Perubahan Iklim di Bidang Pertanian

15 Sebab perekonomian petani bergantung pada keberhasilan panen, jika terjadi kegagalan maka petani akan rugi.

2.1.3 Dampak Perubahan Iklim Terhadap Tanaman Pangan

Peng et al. 2004 menemukan interaksi antara variabel iklim seperti peningkatan konsentrasi CO 2 , peningkatan suhu, peningkatan curah hujan, kondisi cuaca yang ekstrem dengan pertumbuhan tanaman, biomasa dan hasil panen tanaman pangan. Dampak yang ditimbulkan perubahan iklim yaitu i peningkatan CO 2 di udara meningkatkan pertumbuhan tanaman dan hasil panen tanaman pangan. Hubungan ini terjadi karena CO 2 dan udara diperlukan untuk tumbuhan dalam proses fotosintesis untuk menghasilkan karbohidrat. Semakin bertambah CO 2 maka semakin banyak karbohidrat yang diproduksi; ii peningkatan suhu akan menurunkan hasil panen tanaman pangan. Hal ini terjadi karena proses fotosintesis yang berlangsung memiliki batasan temperatur. Jika temperatur berada di atas batas, maka fotosintesis berhenti; iii peningkatan curah hujan akan meningkatkan hasil panen. Hubungan ini terjadi karena dalam proses fotosintesis tanaman membutuhkan air, curah hujan yang tinggi akan menambah persediaan air bagi tanaman pangan; iv peningkatan variasi cuaca dan kondisi cuaca yang ekstrem akan menurunkan hasil panen tanaman pangan. Hubungan ini terjadi karena tanaman pangan yang ditanam akan rusak jika terjadi variasi cuaca dan kondisi cuaca yang ekstrem.

2.1.4 Dampak Perubahan Iklim Terhadap Tanaman Hortikultura

Perpaduan antara meningkatnya suhu rata-rata, siklus hidrologi yang terganggu sehingga menyebabkan musim kemarau lebih panjang dan musim hujan yang lebih intensif namun lebih pendek. Meningkatnya siklus anomali musim 16 kering dan hujan dan berkurangnya kelembaban tanah akan menganggu sektor pertanian. Curah hujan di beberapa wilayah di Indonesia diprediksikan akan meningkat sekitar 2 persen sampai 3 persen per tahun. Di Jawa, Bali, NTB, NTT, sebagian Sulawesi, Maluku dan Papua curah hujan akan berkurang. Kecenderungan yang akan terjadi adalah musim kemarau lebih panjang. Khusus di Pulau Jawa, perubahan musim akan sangat ekstrem dimana musim hujan akan menjadi sangat basah dan musim kering akan menjadi sangat kering dan lebih panjang. Hal ini menyebabkan Jawa menjadi rawan banjir dan kekeringan BMKG, 2011. Tanaman bawang merah pada dasarnya tidak membutuhkan banyak air dalam pertumbuhannya. Adanya peningkatan curah hujan jelas akan sangat berpengaruh terhadap kualitas dan kondisi fisik bawang merah. Tanaman bawang merah yang tergenang banyak air, tidak akan tumbuh secara optimal. Umbi bawang merah akan berbentuk kecil sehingga kualitasnya tidak memuaskan. Selain itu, curah hujan yang meningkat menyebabkan penularan penyakit pada bawang merah lebih cepat. Salah satu penyakit penting pada bawang merah yang menimbulkan banyak kerugian di beberapa sentra produksi. Penyakit penting yang menyerang tanaman bawang merah yaitu penyakit Moler, yang biasa disebut oleh masyarakat Brebes sebagai penyakit Inul, dan Bahasa Latinnya adalah Twisting Disease. Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Fusarium oxysporum. Gejala yang ditimbulkan oleh cendawan ini yaitu busuk pada pangkal batang, sehingga tanaman menjadi layu dan busuk kemudian tanaman mati. Penyakit MolerInul menyerang tanaman bawang merah pada musim hujan, sedangkan