Persepsi Petani Terhadap Perubahan Iklim Penelitian Terdahulu

19 6,2 hingga 14,3. Produktivitas palawija juga sebagian besar mengalami penurunan, kecuali di Jawa Timur yang mengalami peningkatan. Perubahan produktivitas yang mencolok justru terjadi pada komoditas tebu. Di Jawa Barat, produktivitas tebu mengalami penurunan sebesar 25,0, sementara di Jawa Timur mengalami peningkatan sebesar 93,9.

2.2 Persepsi Petani Terhadap Perubahan Iklim

Persepsi dalam arti sempit merupakan suatu penglihatan bagaimana seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas yaitu pandangan atau pengertian bagaimana seseorang memandang atau mengerti sesuatu Leavitt, 1978. Menurut Muchtar 1998 dalam Yuwono 2006, persepsi adalah proses penginderaan dan penafsiran rangsangan suatu obyek atau peristiwa yang diinformasikan sehingga seseorang dapat memandang, mengartikan dan menginterpretasikan rangsangan yang diterimanya sesuai dengan keadaan dirinya dan lingkungan dimana ia berada dan dapat menentukan tindakannya. Menurut Schiffman and Kanuk 1987, setiap individu mempunyai pandangan yang spesifik dalam melihat suatu realita. Empat orang yang secara bersama-sama melihat suatu kejadian yang sama, dapat menuliskan empat macam laporan yang ditulis secara jujur tetapi isinya berbeda-beda satu sama lain. Hal ini terjadi karena bagi setiap orang realita adalah suatu fenomena yang bersifat individual tergantung dari kebutuhan, keinginan, nilai yang dipegang dan pengalaman dari individu tersebut. Jadi, bagi individu, realita bukanlah merupakan realita objektif. Cara memandang suatu kenyataan yang berbeda-beda antara individu yang satu dengan lainnya disebut persepsi. 20 Salah satu pihak yang paling terkena dampak akibat perubahan iklim adalah petani. Keterbatasan informasi yang dimiliki petani diduga menyebabkan petani memiliki persepsi tersendiri mengenai perubahan iklim.

2.3 Prinsip Ekonomi

Proses produksi merupakan hubungan antara tingkat penggunaan faktor- faktor produksi dengan produksi atau hasil yang akan diperoleh. Hal ini disebut hubungan antara input dengan output. Selain itu, dalam menghasilkan suatu produk dapat pula dipengaruhi oleh produk yang lain, bahkan untuk menghasilkan produk tertentu dapat digunakan input yang satu maupun input yang lainnya. Prinsip-prinsip ekonomi tersebut dapat diterapkan secara luas sebab dapat menjelaskan hubungan-hubungan yang dapat menyelesaikan masalah mengenai berbagai upaya perbaikan usahatani Suratiyah, 2006. Pengetahuan tentang ilmu ekonomi dapat memberikan dasar untuk perencanaan usahatani dan pemilihan alternatif usaha. Usahatani merupakan kegiatan untuk menghasilkan produk dengan menggunakan faktor-faktor produksi secara efisien pada sektor pertanian, perikanan atau peternakan.

2.3.1 Konsep Usahatani

Menurut Vink 1984, ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari norma-norma yang digunakan untuk mengatur usahatani agar memperoleh pendapatan yang setinggi-tingginya. Ilmu usahatani merupakan ilmu terapan yag membahas atau mempelajari bagaimana membuat atau menggunakan sumberdaya secara efisien pada suatu usaha pertanian, peternakan atau perikanan. Selain itu, usahatani juga dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana membuat dan melaksanakan keputusan pada usaha pertanian, peternakan, atau 21 perikanan untuk mencapai tujuan yang telah disepakati oleh petanipeternak tersebut Prawirokusumo, 1990. Melalui produksi pertanian yang berlebih dapat diharapkan memperoleh pendapatan yang tinggi, maka usahatani harus dimulai dengan perencanaan untuk menentukan dan mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi pada waktu yang akan datang secara efisien sehingga dapat memperoleh pendapatan yang maksimal. Definisi tersebut juga memperlihatkan adanya pertimbangan ekonomis disamping pertimbangan teknis Suratiyah, 2006.

2.3.2 Pendapatan Usahatani

Berusahatani merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh produksi di lapangan pertanian, yang pada akhirnya akan dinilai dari biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh. Karena dalam kegiatan itu bertindak seorang petani yang berperan sebagai pengelola, sebagai pekerja dan sebagai seorang penanam modal pada usahanya, maka pendapatan itu dapat digambarkan sebagai balas jasa dari kerjasama faktor-faktor produksi Soeharjo, 1972. Bagi seorang petani, analisa pendapatan memberikan bantuan untuk mengukur apakah kegiatan usahanya pada saat ini berhasil atau tidak. Analisa pendapatan usahatani memerlukan dua keterangan pokok yaitu keadaan penerimaan dan keadaan pengeluaran selama jangka waktu yang ditetapkan. Penerimaan usahatani berwujud tiga hal yaitu a hasil penjualan tanaman, ternak, ikan atau produk yang akan dijual, b produk yang dikonsumsi pengusaha dan keluarganya selama melakukan kegiatan, c kenaikan nilai inventaris. Nilai benda-benda inventaris yang dimiliki petani berubah-ubah setiap tahun, sehingga ada perbedaan nilai pada awal tahun dengan akhir tahun perhitungan. Jika ada 22 kenaikan nilai benda-benda inventaris yang dimiliki petani itu, maka selisih nilai akhir tahun dengan nilai awal tahun perhitungan merupakan penerimaan usahatani Soeharjo, 1972. Pengeluaran usahatani secara umum meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang sifatnya tidak dipengaruhi oleh besarnya produksi. Biaya tetap ini terdiri dari pajak, penyusutan alat-alat produksi, bunga pinjaman, sewa tanah dan lain-lain. Biaya variabel sifatnya berubah sesuai dengan besarnya produksi. Biaya variabel terdiri dari bibit, makanan ternak, biaya menggembala, pembelian sarana produksi, dan lain-lain Soeharjo, 1972. 2.4 Strategi Petani Dalam Menanggulangi Perubahan Iklim 2.4.1 Strategi Antisipasi Strategi antisipasi ditujukan untuk menyiapkan strategi mitigasi dan adaptasi berdasarkan kajian dampak perubahan iklim terhadap a sumberdaya pertanian seperti pola curah hujan dan musim aspek klimatologis, sistem hidrologi dan sumberdaya air aspek hidrologis, keragaan dan penciutan luas lahan pertanian di sekitar pantai, b infrastruktursarana dan prasarana pertanian, terutama sistem irigasi, dan waduk, c sistem usahatani dan agribisnis, pola tanam, produktivitas, pergeseran jenis dan varietas dominan, produksi, dan d aspek sosial-ekonomi dan budaya. Berdasarkan kajian tersebut ditetapkan strategi yang harus ditempuh dalam upaya mengurangi laju perubahan iklim mitigasi melalui penyesuaian dan perbaikan aktivitaspraktek dan teknologi pertanian dan mengurangi dampak perubahan iklim terhadap sistem dan produksi pertanian melalui penyesuaian dan perbaikan infrastruktur sarana dan prasarana pertanian dan penyesuaian dan teknologi pertanian adaptasi Las, 2007. 23

2.4.2 Strategi Mitigasi

Indonesia selain sebagai emitor terbesar oksigen O2 dari hutan dan areal pertaniannya, Indonesia juga dituding sebagai negara terbesar ketiga dalam mengemisi Gas Rumah Kaca GRK, terutama dari sistem pertanian lahan sawah dan rawa, kebakaran hutanlahan, emisi dari lahan gambut. Oleh sebab itu, Indonesia dituntut sesuai dengan Kiyoto Protocol untuk senantiasa berupaya mengurangi mitigasi GRK, antara lain melalui; a CDM Clean Development Mechanism, b perdagangan karbon carbon trading melalui pengembangan teknologi budidaya yang mampu menekan emisi GRK, dan c penerapan teknologi budidaya seperti penanaman varietas dan pengelolaan lahan dan air dengan tingkat emisi GRK yang lebih rendah Sinar Tani, 2010.

2.4.3 Strategi Adaptasi

Strategi adaptasi adalah pengembangan berbagai upaya yang adaptif dengan situasi yang terjadi akibat dampak perubahan iklim terhadap sumberdaya infrastruktur dan lain lain melalui a reinventarisasi dan redelineasi potensi dan karakterisasi sumberdaya lahan dan air, b penyesuaian dan pengembangan infrastruktur pertanian, terutama irigasi sesuai dengan perubahan sistem hidrologi dan potensi sumberdaya air, c penyesuaian sistem usahatani dan agribisnis, terutama pola tanam, jenis tanaman dan varietas, dan sistem pengolahan tanah Las, 2007. Proses adaptasi merupakan suatu bagian dari proses evolusi kebudayaan yakni proses yang mencakup rangkaian usaha-usaha manusia untuk menyesuaiakan diri atau memberi respon terhadap perubahan lingkungan fisik maupun sosial yang terjadi secara temporal. Perubahan lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap sistem adaptasi manusia adalah perubahan lingkungan yang 24 berupa bencana, yaitu kejadian yang mengancam kelangsungan hidup organisme termasuk manusia, sehingga dalam menghadapi perubahan-perubahan lingkungan akibat bencana tersebut, manusia mengembangkan pola adaptasi yang berbentuk pola-pola tingkah laku yang salah satunya adalah perubahan strategi Mulyadi, 2005.

2.5 Penelitian Terdahulu

Asikin 2010 melakukan peneltian mengenai analisis dampak perubahan iklim terhadap pendapatan petani padi di Kabupaten Cianjur. Perubahan iklim mempengaruhi kondisi lingkungan di Kabupaten Cianjur yang merupakan salah satu sentra produksi padi di Jawa Barat. Terbatasnya informasi yang diperoleh petani padi mengenai perubahan iklim menyebabkan persepsi antar petani mengenai perubahan iklim menjadi berbeda. Oleh karena itu, kajian mengenai sejauh mana persepsi petani padi terhadap perubahan iklim tersebut penting untuk dilakukan. Adaptasi petani padi terhadap perubahan iklim juga penting untuk dilakukan. Hal ini untuk mengetahui sejauh mana petani padi mampu bertahan dan merespon kondisi iklim yang tidak menentu. Penelitian ini juga memberikan informasi mengenai dampak perubahan iklim terhadap tingkat pendapatan petani padi di Kabupaten Cianjur. Mayangsari 2010 melakukan penelitian terhadap tingkat kesejahteraan nelayan perahu motor tempel di Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi akibat perubahan iklim. Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhanratu PPN Pelabuhanratu merupakan salah satu pelabuhan perikanan yang dibangun oleh pemerintah pusat guna menunjang aktivitas perikanan yang memanfaatkan sumberdaya ikan yang ada di wilayah pengelolaan perikanan. PPN Pelabuhanratu 25 memiliki peranan strategis karena letaknya berada pada posisi dekat dengan daerah penangkapan fishing ground perairan Samudra Hindia dan akses pemasaran domestik mapun ekspor. Dengan adanya perubahan iklim, peneliti melakukan analisis dampak perubahan iklim terhadap sektor peikanan, mengestimasi besarnya perubahan tingkat kesejahteraan nelayan perahu motor tempel yang ada di Pelabuhanratu dan strategi adaptasi yang dilakukan nelayan perahu motor tempel akibat adanya perubahan iklim. Handayani 2007 melakukan penelitian terhadap budidaya tanaman bawang merah organik terhadap tingkat permintaan konsumen. Budidaya organik mendorong terbentuknya tanah dan tanaman sehat dengan melakukan praktek- praktek budidaya tanaman seperti daur ulang unsur hara, rotasi tanaman, pengolahan tanah yang tepat, serta menghindari penggunaan pupuk dan pestisida sintetik. Peralihan sistem budidaya ini disebabkan oleh tingginya penggunaan pupuk dan pestisida sintetik sehingga mengakibatkan produktivitas tanah di Indonesia menjadi makin menurun dan konsumen bawang merah sudah mulai peduli akan bahaya dari penggunaan pestisida sintetik yang berlebihan, sehingga konsumen mulai menggunakan produk organik. Penelitian tersebut menganalisis keunggulan komparatif dan kompetitif dari kedua teknik budidaya konvenssional dan organik, untuk membandingkan teknik budidaya yang lebih efisien atau menguntungkan, serta untuk mengetahui apakah Indonesia lebih diuntungkan memproduksi bawang merah dalam negeri atau lebih diuntungkan apabila mengimpor dari luar negeri. Sunarno 2004 melakukan penelitian mengenai analisis pendapatan dan optimalisasi pola tanam komoditas sayuran di Desa Sukatani, Kecamatan Pecet, 26 Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Pendapatan usahatani sayuran petani responden pada kondisi aktual menunjukkan bahwa pendapatan per hektar petani luas lebih rendah dibandingkan petani sempit. Nilai RC rasio petani sempit lebih besar dibandingkan petani luas, hal ini menunjukkan bahwa usahatani yang dilakukan petani sempit lebih efisien dibandingkan petani luas. Tingkat produktivitas lahan petani sempit yang lebih besar dibandingkan petani luas disebabkan karena pemeliharaan yang dilakukan lebih intensif. Sedangkan hasil analisis optimalisasi untuk pertanian menunjukkan bahwa pola tanam yang dapat memberikan pendapatan yang optimal adalah tanaman horinso, brokoli dan wortel + bawang daun, sedangkan petani sempit adalah tanaman horinso, brokoli dan horinso. Hasil optimal petani luas lebih kecil dibanding petani sempit. Nilai RC ratio optimal untuk petani luas juga lebih kecil dibandingkan petani petani sempit, tetapi tambahan pendapatan per hektar yang diperoleh petani luas lebih besar dibanding petani sempit. Petani luas lebih berdiversivikasi dibanding petani sempit. 27

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Perubahan iklim dengan segala penyebabnya sudah terjadi di tingkat lokal, regional maupun global. Peningkatan emisi Gas Rumah Kaca GRK menyebabkan terjadi pemanasan global diikuti dengan meningkatnya permukaan air laut akibat pencairan es di wilayah kutub. Naiknya permukaan air laut akan menyebabkan meningkatnya energi yang terjadi dalam atmosfer, sehingga mendorong terjadinya perubahan iklim. Perubahan iklim yang terjadi hampir 10 tahun terakhir telah memberikan dampak yang signifikan di berbagai sektor, terutama di sektor pertanian. Salah satu dampak akibat terjadinya perubahan iklim adalah curah hujan yang tinggi. Para petani bawang di Kabupaten Brebes merupakan salah satu pihak yang merasakan pengaruh dari perubahan iklim tersebut. Kesalahan strategi dari petani menjadi tidak tepat karena cuaca yang ekstrim tidak dapat diantisipasi. Tanaman bawang merah tidak membutuhkan banyak air dan cukup mendapatkan sinar matahari dalam pertumbuhannya, sehingga pada saat terjadi perubahan iklim yang menyebabkan curah hujan meningkat akan berakibat berubahnya struktur proporsi bawang merah. Bawang merah yang ditanam dalam kondisi tempat yang teduh mengakibatkan pembentukan umbi yang tidak sempurna sehingga ukuran bawangnya menjadi kecil dan kualitas bawang merah menjadi buruk. Hal ini akan berdampak negatif terhadap produktivitas bawang merah dan menyebabkan menurunnya tingkat persaingan bawang merah lokal terhadap bawang merah impor sehingga akan berimplikasi terhadap menurunnya pendapatan petani bawang merah di Kabupaten Brebes, maka kesejahteraan