Indeks Nilai Penting Analisis Vegetasi

2004 dimana jenis kayu Meranti yang diuji memiliki tingkat persen kerusakan sebesar 100 yang disebabkan oleh serangan rayap dengan kelas awet termasuk kedalam kelas IV tidak awet dengan umur rata-rata 1.5–3 tahun hingga kelas V sangat tidak awet dengan umur rata-rata 1.5 tahun. Pada Tabel 12 untuk kondisi degraded forest, jenis Balam yang paling banyak ditemukan. Hal ini dikarenakan penyebaran pohon Balam pada hutan rawa gambut relatif banyak dan menyebar di setiap kondisi hutan. Banyaknya pohon Balam yang mati pada hutan terdegradasi diakibatkan oleh kegiatan pembukaan lahan hutan oleh masyarakat sekitar hutan. Pembukaan lahan tersebut menyebabkan pohon Balam dan jenis-jenis pohon lainnya harus ditebang habis, sehingga banyak terdapat pohon mati akibat pembukaan lahan tersebut dibandingkan dengan kondisi hutan lainnya. Balam merupakan jenis pohon komersil yang banyak ditemukan namun tidak diambil atau dimanfaatkan dikarenakan memiliki kelas diameter yang relatif kecil 10 cm–40 cm sehingga dibiarkan begitu saja menjadi nekromasa dalam jumlah yang besar.

5.1.3 Indeks Nilai Penting

Jenis-jenis nekromasa yang ditemukan di setiap kondisi hutan rawa gambut diwakili oleh 3 jenis yang memiliki nilai INP tertinggi dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 Indeks nilai penting nekromasa tertinggi di setiap kondisi hutan gambut No Kondisi Hutan Jenis KR FR INP 1 Primary forest Meranti 22.86 18.87 41.73 Milas 15.71 15.09 30.81 Medang 10.00 11.32 21.32 2 LOA Meranti 17.34 12.04 29.38 Milas 9.25 11.11 20.36 Suntai 11.56 8.33 19.89 3 Secondary forest Meranti 18.22 13.08 31.31 Medang 14.22 12.15 26.37 Geronggang 10.67 8.41 19.08 4 Degraded forest Balam 19.35 13.92 33.28 Meranti 19.35 13.29 32.65 Medang 11.73 11.39 23.12 Total Meranti 77.78 57.28 135.06 Medang 38.84 37.64 76.48 Milas 33.94 34.71 68.64 Indeks Nilai Penting untuk nekromasa diperoleh dari hasil keseluruhan nilai kerapatan relatif KR dan frekuensi relatif FR dari setiap kondisi hutan. Untuk tingkat pertumbuhan pancang dan semai merupakan penjumlahan kerapatan relatif dan frekuensi relatif sama halnya dengan nekromasa, sedangkan dominansi relatif DR hanya digunakan untuk tingkat tiang dan pohon Mukono et al 2010. Berdasarkan Tabel 13 dapat dilihat bahwa jenis Meranti mempunyai nilai penting tertinggi yaitu sebesar 41.73 pada primary forest, 29.38 pada logged over area , dan pada secondary forest sebesar 31.31. Sedangkan pada degraded forest jenis Balam mempunyai nilai penting tertinggi yaitu sebesar 33.28. INP nekromasa dari setiap kondisi hutan akan menghasilkan jenis-jenis dominan dari semua kondisi hutan berdasarkan INP-nya, dimana jenis-jenis nekromasa yang diwakili oleh 3 jenis dominan secara berturut-turut dari nilai INP paling tinggi yaitu Meranti, Medang, dan Milas. Besar kecilnya nilai penting dapat memberikan gambaran tentang tingkat penguasaan jenis tersebut di dalam komunitas, dan dapat mencerminkan kemampuan jenis tersebut untuk dapat menyesuaikan diri dengan faktor lingkungan yang ada. Sama halnya dengan pernyataan Suin 2003, bahwa jenis tumbuhan yang memiliki Nilai INP tinggi di antara vegetasi lainnya disebut jenis yang dominan. Jenis-jenis pohon mati nekromassa yang dijumpai pada setiap kondisi hutan tersebut primary forest, logged over area, secondary forest, dan degraded forest dapat menentukan jenis-jenis nekromassa dominan dari keempat kondisi hutan rawa gambut. Penentuan jenis nekromassa dominan ini berdasarkan pada intensitas banyak sedikitnya pohon mati yang sering dijumpai pada setiap plot penelitian yang dapat dilihat dari indek nilai penting INP setiap jenis. Jenis-jenis nekromassa dominan memiliki INP yang relatif lebih tinggi dbandingkan dengan jenis-jenis lainnya yang ditemukan di lapangan. Berdasarkan hasil perhitungan INP dari total KR dan total FR dari keempat kondisi hutan diperoleh 7 jenis nekromassa dominan untuk pengambilan sampel berdasarkan metode purposive sampling , dimana pemilihan sampel melalui pilihan-pilihan berdasarkan kesesuaian karakteristik yang dimiliki calon sampel kayu dengan kriteria tertentu yang ditetapkandikehendaki, sesuai dengan tujuan penelitian. Banyaknya jenis nekromassa yang dijadikan sebagai jenis dominan diambil dari 14 bagian 25 dari jumlah spesies pohon mati dari 4 kondisi hutan yang berjumlah 29 spesies. Menurut Artasari 2010 jumlah sampel yang diambil harus memenuhi persyaratan minimal yaitu 5-20. Semakin homogen suatu bahan, presentase jumlah sampel yang diambil dapat semakin kecil. Ketujuh jenis nekromassa dominan dari empat kondisi hutan rawa gambut dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15 Jenis-jenis nekromassa dominan berdasarkan jumlah total INP dari 4 kondisi hutan gambut No Nama Jenis Total KR Total FR INP 1 Meranti Shorea sp. 77.78 57.28 135.06 2 Medang Cinnamomum sp. 38.84 37.64 76.48 3 Milas Parastemon urophyllum 33.94 34.71 68.64 4 Balam Palaquium spp. 30.82 24.17 54.99 5 Kelat Cryptocarya sp. 22.27 27.30 49.56 6 Timah-timah Llex cymosa 20.83 26.35 47.18 7 Suntai Palaquium walsurifolium 24.62 20.23 44.86 Hasil penjumlahan nilai total KR dan nilai total FR dari 4 kondisi hutan rawa gambut akan diperoleh total INP dari semua jenis nekromassa seperti pada Tabel 14 di atas. Tabel tersebut menunjukan bahwa terdapat 7 jenis dominan dari 29 jenis nekromassa yang ditemukan pada 4 kondisi hutan tersebut. Jenis Meranti Shorea sp. merupakan jenis yang paling dominan karena memiliki nilai INP yang paling tinggi yaitu sebesar 135.06. Jenis-jenis Meranti yang sering ditemukan di plot penelitian antara lain Meranti Batu dan Meranti Bunga. Namun, jenis-jenis Meranti yang memiliki diameter besar mudah mengalami gerowong di bagian dalam kayunyaempulur kayu teras sehingga mudah tumbangroboh. Selain itu, jenis lain yang mudah mengalami gerowong pada kayunya yaitu Suntai. Ketujuh jenis pohon dominan tersebut memiliki pola penyebaran pertumbuhan yang merata di setiap kondisi hutan rawa gambut, sehingga nekromasanya pun paling banyak dijumpai pada plot penelitian. Heddy Kurniati 1996, berpendapat bahwa derajat berkelompok yang dijumpai pada populasi jenis tertentu tergantung kepada sifat khusus habitat, cuaca, faktor fisik dan pola reproduksi. Seomarwoto et al 1985 dalam Arsil 2009, menambahkan bahwa setiap tumbuhan dalam suatu komunitas akan mempunyai pola penyebaran yang tersendiri. Pola ini dapat memiliki persamaan dengan jenis lainnya tetapi ada juga yang tidak sama. Oleh karena itu, komunitas tumbuhan merupakan suatu gabungan dari beberapa pola penyebaran berbagai jenis tumbuhan yang satu sama lainnya saling tumpang tindih dan beriteraksi satu sama lain. Kerapatan individu pohon primary forest lebih besar dibandingkan dengan logged over area , secondary forest, dan degraded forest. Hal ini dikarenakan pohon-pohon di hutan primer belum mengalami gangguan yaitu kegiatan pemanenan hutan sehingga nekromassa yang ditemukan di hutan primer pun akibat kematian alami angin, busuk batang, patah cabang, dan hama penyakit. Selain itu jumlahnya relatif lebih sedikit dibandingkan dengan kondisi hutan lainnya yang telah mengalami kegiatan pemanenan hutan. Sedangkan jenis-jenis nekromassa dominan yang ditemukan pada keempat kondisi hutan rawa gambut adalah jenis Meranti Shorea sp., Medang Cinnamomum sp., Milas Parastemon urophyllum, Balam Palaquium spp., Kelat Cryptocarya sp., Timah-timah Llex cymosa, dan Suntai Palaquium walsurifolium

5.2 Potensi Nekromassa Pada Setiap Kondisi Hutan berdasarkan Tingkat Dekomposisi