a. Sisa contoh uji dari penentuan kadar zat terbang dimasukkan ke dalam tanur
listrik bersuhu 900 °C selama 6 jam b.
Selanjutnya didinginkan didalam desikator dan kemudian ditimbang untuk mencari berat akhirnya
c. Berat akhir abu yang dinyatakan dalam persen terhadap berat kering tanur
contoh uji merupakan kadar abu contoh uji. Kadar abu dinyatakan dalam persen dengan rumus sebagai berikut :
………ASTM 1990b
3.5.4.6 Kadar Karbon C Nekromasa dan Serasah
Penentuan kadar karbon yang dilakukan adalah penentuan kadar karbon tetap yang telah diarangkan. Prosedur penentuan karbon tetap berdasarkan Standar
Nasional Indonesia SNI 06-3730-1995 adalah sebagai berikut :
3.5.4.7 Potensi Karbon Nekromasa dan Serasah
Estimasi potensi karbon pada bahan organik mati nekromasa dan serasah berdasarkan tingkat dekomposisi dapat dihitung dengan mengalikan total berat
masanya biomassa dengan konsentrasikadar karbon, sebagai berikut :
3.5.5 Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan adalah : 1.
Analisis deskriptif dan penyajian data kadar karbon nekromasa dominan, biomassa dan potensi karbon nekromasa dari setiap kondisi hutan gambut
dalam bentuk gambar Histogram, diagram batang, dan lain-lain. 2.
Analisis perbedaan kadar karbon pada nekromasa untuk mengetahui perbedaan kadar karbon tetap fixed carbon antar nekromasa berdasarkan tingkat
dekomposisinya dilakukan analisis statistik yaitu uji beda nilai tengah menggunakan uji-t. Adapun parameter yang diuji adalah :
a. Perbedaan kadar karbon rata-rata pada nekromasa dominan berdasarkan
tingkat dekomposisi tidak lapuk, setengah lapuk, dan lapuk dari setiap kondisi hutan gambut
b. Perbedaan biomasa dan potensi karbon nekromasa berdasarkan tingkat
dekomposisinya dari setiap kondisi hutan gambut. Prosedur uji statistiknya adalah sebagai berikut :
1. Menentukan formulasi hipotesis.
H : Tidak ada pengaruh X terhadap Y
H
1
: Ada pengaruh X terhadap Y 2.
Menentukan taraf nyata α dan t table. a. Taraf nyata yang digunakan 1 dan 5
b. Nilai t table memiliki derajat bebas db = n-2 ; t
α;n-2
= 2.015 3. Menentukan kriteria pengujian
H diterima H
1
ditolak apabila t-hit ≤ t tabel
H ditolak H
1
diterima apabila t-hit ≥ t table
4. Menentukan nilai uji statistic nilai t-hit. 5. Membuat kesimpulan
Menyimpulkan H diterima atau ditolak.
BAB IV KONDISI UMUM
4.1 Kondisi Fisik dan Administrasi
Berdasarkan hasil pengukuran batas IUPHHK-HA sampai bertemunya titik awal dan akhir yang dilakukan oleh INTAG, yang di-overlay dengan peta
interpretasi potret udara, peta tata guna hutan TGHK dan peta rencana tata ruang propinsi RTRWP serta peta interpretasi citra Landsat TM 542 PathRow 12759
liputan Januari 1997, luas areal yang dinyatakan sebagai areal IUPHHK-HA PT. Diamond Raya Timber adalah 90.956 ha. Batas-batas geografi dan administrasi
PT. Diamond Raya Timber disajikan dalam Tabel 7 serta peta areal kerja PT. Diamond Raya Timber dapat dilihat pada Gambar 10.
Tabel 7 Batas-batas areal kerja IUPHHK-HA PT. Diamond Raya Timber
No. Batas-batas Uraian
1. Letak geografis
100º50’ - 101º13’ BT 001º45’ - 002º18’ LU
2. Batas-batas a. Sebelah Utara
Selat Malaka dan lahan milik masyarakat b. Sebelah Timur
Selat Malaka, HTI PT. Ruas Utama Jaya dan PT. Suntara Gajapati
c. Sebelah Selatan Perkebunan kelapa sawit PT. Gunung Mas Raya dan
PT. Sindora Seraya serta HTI PT. Ruas Utama Jaya dan PT. Suntara Gajapati
d. Sebelah Barat Lahan milik masyarakat dan perkebunan kelapa sawit
PT. Gunung Mas Raya, PT. Sindora Seraya 3.
Kelompok Hutan Sei Senepis dan Sei Rokan
4. Letak Administrasif Pemerintahan
a. Provinsi Riau
b. Kabupaten Kota Rokan Hilir dan Kota Dumai
c. Kecamatan Sinaboi, Bangko, Batu Hampar, Rimba Melintang,
dan Sungai Sembilan. 5. Administrasi
Kehutanan a.
Provinsi Riau
b. KabupatenKota Rokan Hilir dan Kota Dumai