karena kebakaran. Kondisi tanah hutan rawa gambut yang sangat sensitif ini menyebabkan perlindungan terhadap kandungan air tanah menjadi sangat penting
untuk menghindarkan terjadinya bahaya kebakaran dan dampak ikutannya. 4.6
Iklim dan Intensitas Hujan Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson 1951 areal kerja
IUPHHK-HA PT. DRT termasuk ke dalam tipe A dengan nilai Q = 10.1 . Curah hujan per tahun 2358 mm, sedangkan curah hujan bulanan rata-rata
berkisar 51.32–301.66 mmbln, curah hujan tertinggi jatuh pada bulan November 301.66 mm dan Desember 253.40 mm. Curah hujan terendah jatuh pada bulan
Maret 51.33 mm dan Juli 73.80 mm. Rata-rata hari hujan adalah 12 haribulan, hari hujan tertinggi jatuh pada bulan November 14 haribulan dan terendah pada
bulan Februari 3.3 haribulan.
Suhu udara rata-rata di areal kerja IUPHHK-HA PT. DRT hampir merata sepanjang tahun yaitu berkisar antara 25
o
–27
o
C. Demikian juga kelembaban nisbi bulannya yaitu antara 79–90 . Rata-rata kecepatan angin berkisar antara 8–21
kmjam. Belum pernah dilaporkan adanya angin puting beliung. Arah angin yang umum adalah :
a. Timur Laut
: Desember – Maret b.
Tenggara : April, Mei, Juli, September
c. Selatan
: Juni, Agustus d.
Barat Laut : November
e. Barat Daya
: Oktober Pada umumnya, presipitasi mencukupi dan tersebar dengan baik guna
mengurangi resiko kebakaran hutan. Namun demikian, iklim yang luar biasa dapat terjadi berkaitan dengan el nino yang menyebabkan musim kemarau panjang
sehingga meningkatkan resiko kebakaran hutan dari aktifitas kerja masyarakat lokal sekitar batas hutan. PT. DRT telah memiliki prosedur pencegahan kebakaran
dan pemadamannya yang terdapat dalam SOP-4PH-09.
4.7 Hidrologi
Areal kerja IUPHHK-HA PT. DRT terletak di bagian timur DAS Sungai Rokan dengan beberapa sungai yang mengalir ke bagian barat dan selatan, utara
dan timur Selat Malaka. Sungai-sungai yang mengalir ke bagian barat-selatan yang bermuara ke Sungai Rokan adalah : Pasir Besar, Agar, Labuhan Tangga
Besar, Labuhan Tangga Kecil, dan Bantayan. Sungai-sungai yang utara dan timur yang bermuara di Selat Malaka adalah Serusa, Pematang Nibung, Nyamuk,
Sinaboi, Teluk Dalam, Sinepis Besar, dan Sinepis Kecil. Sedangkan sungai yang mengalir dari bagian Selatan ke arah Utara adalah sungai Sekusut.
Air pada genangan rawa berwarna coklat tua yang keluar dari tanah gambut. Pelumpuran yang terjadi sangat sedikit, kecuali yang dekat aliran ke
Sungai Rokan dimana lumpur terbentuk pada saat pasang sangat tinggi dan masa- masa banjir sungai Rokan. Hal ini disebabkan karena sebelumnya telah terjadi
konversi wilayah hutan dalam jumlah besar pada bagian hulu dan praktek pembuatan jalan yang tidak baik. Dengan demikian strategi untuk
mempertahankan hutan alam di bagian hulu sungai Rokan menjadi sangat penting. Kondisi sungai Rokan memungkinkan untuk membuat log pond pada
bagian yang cukup dalam sepanjang sisi timur. Kedalaman sungai Rokan dipengaruhi oleh pasang surut air laut.
4.8 Tipe Hutan dan Penutupan Vegetasi
Terdapat dua tipe utama ekosistem hutan di dalam areal kerja IUPHHK- HA PT. DRT, yaitu 1 Hutan Rawa Gambut dan 2 Hutan Mangrove. Diantara
kedua tipe tersebut terdapat daerah peralihan yang disebut daerah ekoton. Tipe ekosistem hutan rawa gambut di areal IUPHHK-HA PT. DRT
termasuk tipe gambut pantai yang terletak di daerah depresi antara sungai Rokan dan Selat Malaka. Berdasarkan asosiasi vegetasi terdapat tiga asosiasi vegetasi
hutan rawa gambut dari mulai gambut dangkal sampai gambut dalam. Masing- masing asosiasi vegetasi diberi nama menurut jenis pohon komersil yang
dominan, yaitu : 1 Asosiasi Terentang Campnosperma auriculata – Pulai Alstonia
pneumathophra pada ketebalan gambut 3 m-2 m 2 Asosiasi Balam Palaquium obovatum – Meranti Batu Shorea uliginosa
pada ketebalan gambut 3–6 m, dan 3 Asosiasi Ramin Gonystylus bancanus – Suntai Palaquium dasyphillum
pada ketebalan gambut 6 m.
Tipe ekosistem hutan mangrove di dalam areal kerja IUPHHK-HA PT. DRT terletak di pantai Utara–Timur yang berbatasan dengan Selat Malaka. Pada
lokasi tersebut Semenanjung Bagan Siapiapi yang landai dengan banyak muara sungai-sungai terbentuk habitat berlumpur yang dipengaruhi pasang surut air laut
yang sesuai dengan pertumbuhan hutan mangrove. Lebar jalur hutan mangrove di lokasi tersebut bervariasi antara 200–800 m. Zonasi hutan mangrove dari arah
laut, meliputi asosiasi Sonneratia–Rhizophora spp. yang disusul oleh asosiasi Xylocarpus-Bruguiera spp., sedangkan arah tepi sungai dimulai dengan Nipah
Nypa fruticans, Xylocarpus granatum sampai Bruguiera cylindrica di bagian tengah. Jenis Tumu Bruguiera cylindrica termasuk jenis yang komersial dan
dominan, denan diameter mencapai 30-40 cm yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan arang. Terdapat juga beberapa areal tak berhutan dan belukar.
Ramin diatur secara khusus berdasarkan daftar spesies yang termasuk dalam CITES Appendix II Annotation 1. Peraturan di Indonesia tentang
Pemanfaatan dan Peredaran Kayu Ramin SK No. 1613Kpts-II2001 mensyaratkan bahwa hutan harus dikelola berdasarkan kelestarian hasil dengan
kuota pemanenan tahunan diatur oleh Tim Terpadu Ramin LIPI dan Departemen Kehutanan.
a. Keanekaragaman Flora