Kadar Air Nekromasa Kadar Air

lantai hutan bekas tebangan, hutan sekunder, dan hutan terdegradasi lebih besar dibanding hutan primer. Kondisi tersebut mengakibatkan suhu tanah lantai hutan meningkat. sehingga hal ini mempercepat aktivitas dekomposer di dalam proses perombakan serasah tersebut. Adanya kandungan serasah yang tinggi memberikan implikasi bahwa akumulasi serasah juga mampu menyemat CO 2 dari udara akibat aktifitas mikrobia dan fauna tanah, sekaligus turut membantu peningkatan bahan organik tanah sehingga C dari ekosistem dapat dipendam dalam tanah.

5.4 Kadar Air

Kadar air kayu menunjukan banyaknya air yang terdapat pada kayu yang biasanya dinyatakan dalam persen terhadap berat kayu kering tanur atau berat kayu yang sudah bebas air. Perhitungan kadar air pada bahan organik mati dilakukan pada nekromassa dan serasah. Kadar air untuk kayu nekromassapohon diambil dari 7 jenis nekromassa dominan yang mewakili pada semua kondisi hutan gambut primary forest, LOA, secondary forest, dan degraded forest berdasarkan tingkat dekomposisi. Sedangkan perhitungan kadar air untuk serasah dilakukan berdasarkan tingkat dekomposisi yang mewakili 4 Ha 4 plot dengan ukuran 100 m x 100 m dari semua kondisi hutan gambut. Perhitungan kadar air ini digunakan untuk mengetahui besarnya kandungan kadar air per komponen dari bahan organik mati nekromassa dan serasah berdasarkan pada tingkat dekomposisinya.

5.4.1 Kadar Air Nekromasa

Hasil perhitungan kadar air untuk 7 jenis nekromasapohon mati dominan dari semua kondisi hutan berdasarkan tingkat dekomposisi tidak lapuk, setengah lapuk, dan lapuk disajikan pada Tabel 18. Tabel 18 Rata-rata kadar air dari 7 nekromassa dominan hutan gambut No Nama Jenis Rata-rata Kadar Air Tidak Lapuk Setengah Lapuk Lapuk Rata-rata 1 Meranti Shorea sp. 94.90 104.56 248.27 149.24 2 Medang Cinnamomum sp. 77.35 233.16 160.80 157.10 3 Milas Parastemon urophyllum 26.96 128.12 236.00 130.36 4 Balam Palaquium spp. 81.47 134.15 250.51 155.38 5 Kelat Cryptocarya sp. 66.87 90.58 155.83 104.43 6 Timah-timah Llex cymosa 49.66 28.43 139.90 72.66 7 Suntai Palaquium walsurifolium 95.46 129.29 86.93 103.90 Rata-rata KA nekromasa 70.38 121.18 182.61 124.72 Berdasarkan Tabel 18 terdapat keragaman kadar air yang bervariasi antara setiap tingkat dekomposisi kayu nekromasa. Keragaman kadar air dipengaruhi oleh berbagai faktor terutama jenis pohon, kondisi hutan atau kondisi di lapangan tempat ditemukannya nekromassa, iklim dan cuaca. Pada jenis Medang dan Suntai nilai rata-rata kadar air untuk dekomposisi setengah lapuk lebih besar dibandingkan dengan rata-rata kadar air pada dekomposisi lapuk. Hal tersebut dikarenakan dari setiap pengulangan sampel berdasarkan tingkat dekomposisi tidak lapuk, setengah lapuk, dan lapuk, kondisi lapangan pada saat ditemukan nekromassa jenis Suntai dalam kondisi tergenang air sehingga sampel yang diambil dalam keadaan basah karena banyak mengandung air. Sama halnya dengan jenis Timah-timah yang memiliki nilai rata-rata kadar air setengah lapuk lebih rendah dibanding dengan rata-rata kadar air pada dekomposisi tidak lapuk. Dilihat dari nilai rata-rata kadar air setiap jenis nekromasa dominan, sebagian besar tingkat dekomposisi lapuk memiliki nilai rata-rata kadar air paling tinggi dibanding dengan dekomposisi setengah lapuk dan tidak lapuk. Hal tersebut dikarenakan tingkat dekomposisi kayu lapuk mengalami proses pelapukan yang paling lama dan telah mengalami perubahan iklim dan cuaca selama proses pelapukan tersebut sehingga banyak terdapat mikroba pelapuk kayu yang membuat kayu semakin lapuk, hancur, dan cenderung jenuh air. Rata-rata kadar air untuk setiap jenis nekromasa yaitu jenis Medang memiliki nilai tertinggi sebesar 157.10 sedangkan terendah terdapat pada jenis Timah-timah sebesar 72.66. Perbedaan tersebut dikarenakan pada saat pengambilan sampel di lapangan, kayu Medang lebih banyak mengandung air dikarenakan kayunya yang ringan dan pori-pori kayu yang lebih besar dibandingkan dengan Timah-timah.

5.4.2 Kadar Air Serasah