Potensi Karbon .1 Potensi Karbon Nekromasa 81.81 51.59 11.15 38.93 24.42 3.73 2.85

Gambar 14 Histogram perbandingan total biomassa bahan organik mati pada setiap kondisi hutan gambut. Berdasarkan Tabel 29 dan Gambar 14 dapat dilihat bahwa sebagian besar biomassa bahan organik mati tertinggi pada setiap kondisi hutan terdapat pada nekromasa. Nilai total biomassa bahan organik mati tertinggi terdapat pada LOA sebesar 92.96 tonha dan total biomassa bahan organik mati terendah terdapat pada primary forest sebesar 32.72 tonha. Perbedaan total biomassa dari setiap kondisi hutan dapat dilihat dari total biomasa yang terdapat pada nekromasa dan serasah, dimana nekromasa LOA mempunyai nilai biomassa paling tinggi dibandingkan kondisi hutan lainnya. Secara keseluruhan, total rata-rata biomassa dari semua kondisi hutan adalah 60.6 tonha yang terdiri dari rata-rata biomassa nekromasa sebesar 51.12 tonha dan serasah sebesar 9.48 tonha. 5.10 Potensi Karbon 5.10.1 Potensi Karbon Nekromasa Potensi karbon nekromasa berdasarkan data biomassa dan data kadar karbon hasil pengujian di laboratorium dari ketujuh jenis dominan berdasarkan tingkat dekomposisi pada setiap kondisi hutan gambut disajikan pada Tabel 30.

19.96 81.81

51.12 51.59

12.76 11.15

5.95 8.06

10 20 30 40 50 60 70 80 90 Primary Forest LOA Secondary Forest Degradded Forest Biomassa tonha Kondisi Hutan Nekromasa Serasah Tabel 30 Potensi karbon nekromasa berdasarkan tingkat dekomposisi dari setiap kondisi hutan gambut No Kondisi Hutan Rata-rata Karbon tonCha Total tonCha Tidak Lapuk Setengah Lapuk Lapuk 1 Primary forest 0.95 7.61 0.66 9.22 2 LOA 27.83 10.73 0.37 38.93 3 Secondary forest 16.95 5.78 1.59 24.32 4 Degradded forest 15.02 9.24 0.17 24.42 Total tonCha 60.75 33.35 2.79 96.89 Total Rata-rata tonCha 24.30 8.34 0.70 24.22 Dari Tabel 30 menunjukan bahwa nilai potensi karbon nekromasa tertinggi untuk kelas dekomposisi tidak lapuk dan setengah lapuk terdapat pada logged over area , sedangkan terendah terdapat pada primary forest untuk dekomposisi tidak lapuk dan pada dekomposisi setengah lapuk terdapat pada secondary forest. Hutan sekunder memiliki potensi karbon tertinggi untuk dekomposisi lapuk, sedangkan terendah terdapat pada degraded forest sebesar 0.17 tonCha. Secara keseluruhan berdasarkan hasil total potensi karbon nekromasa di setiap kondisi hutan, nekromasa tertinggi terdapat pada kondisi hutan bekas tebanganLOA sebesar 38.93 tonCha, sedangkan hutan primer memiliki total potensi karbon terendah yaitu sebesar 9.22 tonCha. Secara keseluruhan, nekromasa dengan dekomposisi tidak lapuk memiliki rata-rata potensi karbon tertinggi kemudian dekomposisi setengah lapuk dan terendah terdapat pada dekomposisi lapuk. Sehingga total rata-rata potensi karbon nekromasa dari semua kondisi hutan gambut adalah 24.22 tonCha. Tingginya potensi karbon pada logged over area disebabkan oleh kegiatan pemanenan hutan yang banyak merusak vegetasi tegakan tinggal sehingga pohon yang mati banyak ditemukan dari dimensi kecil hingga dimensi besar. Jumlah karbon yang dilepaskan nekromasa ke udara adalah sebesar kandungan biomassanya. Potensi karbon tersimpan akan berbanding lurus dengan kandungan biomassanya, dimana semakin besar potensi biomassa maka semakin besar pula potensi karbonnya seperti pada kondisi hutan bekas tebangan yang memiliki kandungan biomassa tertinggi 81.81 tonha dibandingkan dengan kondisi hutan lainnya. Hal tersebut disebabkan karena potensi biomassa dapat mempengaruhi besarnya potensi selulosa, lignin, zat ekstraktif dan hemiselulosa yang nantinya dapat mempengaruhi potensi karbon terikat. Besarnya jumlah biomasa dan penyimpanan karbon pada nekromasa tergantung pada umur tumbuhan, suhu, kelembaban dan kerapatan vegetasi.

5.10.2 Potensi Karbon Serasah

Berdasarkan nilai kadar karbon serasah kasar dan halus dapat dilakukan perhitungan untuk menentukan potensi karbon yang terdapat pada serasah berdasarkan nilai biomassanya. Perbandingan hasil potensi karbon serasah berdasarkan biomassanya dari setiap kondisi hutan dapat dilihat pada Tabel 31. Tabel 31 Hasil potensi karbon serasah berdasarkan tingkat dekomposisi No Kondisi Hutan Potensi Karbon tonCha Rata-rata tonCha Serasah Kasar Serasah Halus 1 Primary forest 3.96 4.04 4.00 2 LOA 4.63 2.82 3.73 3 Secondary forest 2.85 1.43 2.14 4 Degradded forest 4.22 1.49 2.85 Total tonCha 15.66 9.78 12.72 Total Rata-rata tonCha 3.92 2.44 3.18 Berdasarkan Tabel 31, potensi karbon serasah kasar tertinggi terdapat pada logged over area , sedangkan potensi karbon terendah terdapat pada secondary Forest . Potensi karbon tertinggi untuk serasah halus terdapat pada primary forest dan terendah pada secondary forest. Secara keseluruhan rata-rata potensi karbon serasah dari setiap kondisi hutan berturut-turut dari nilai tertinggi yaitu pada primary forest sebesar 4 tonCha, LOA sebesar 3.73 tonCha, degraded forest sebesar 2.85 tonCha, dan terendah terdapat pada secondary forest sebesar 2.14 tonCha. Potensi karbon serasah kasar lebih tinggi dibandingkan dengan serasah halus, sehingga total rata-rata potensi karbon serasah dari semua kondisi hutan gambut sebesar 3.18 tonCha. Perbedaan potensi karbon serasah pada setiap kondisi hutan dipengaruhi oleh tingkat produksi serasah yang berbeda-beda dari setiap kondisi hutan dan sangat dipengaruhi oleh proses dekomposisi bahan organik. Selain itu, adanya variasi produksi serasah dipengaruhi pula oleh kerapatan tajuk dan persaingan dalam mendapatkan cahaya. Peningkatan suhu tanah dapat merangsang kegiatan metabolisme dekomposer untuk mempercepat laju proses mineralisasi perombakan bahan organik menjadi CO 2 seperti pada kondisi hutan bekas tebangan, hutan sekunder, dan hutan terdegradasi. Sedangkan pada kondisi hutan primer, cahaya yang dapat masuk ke lantai hutan lebih sedikit sehingga suhunya akan lebih dingin dan lembab bahkan sampai tergenang air yang dapat menyebabkan aktivitas dekomposer di dalam proses perombakan serasah tersebut lebih lambat sehingga produksi serasah hutan primer terutama serasah halus akan lebih banyak, karena keberadaanya di permukaan tanah relatif lebih lama. Jumlah karbon serasah akan tercuci oleh adanya proses aliran permukaan. Dekomposisi serasah oleh mikroorganisme akan mengubah jumlah karbon di dalam tanah karena adanya dekomposisi. Proses respirasi pada serasah juga akan melepas karbon terikat menjadi karbon bebas CO 2 ke atmosfer.

5.10.3 Potensi Karbon Bahan Organik Mati

Berdasarkan hasil potensi karbon nekromasa dan serasah dari setiap kondisi hutan gambut, maka dapat diperoleh total potensi karbon bahan organik mati. Perbandingan potensi karbon pada bahan organik mati dari setiap kondisi hutan gambut dapat dilihat pada Gambar 15 dan Tabel 32. Gambar 15 Histogram perbandingan potensi karbon pada bahan organik mati di setiap kondisi hutan gambut. 5 10 15 20 25 30 35 40 Primary Forest LOA Secondary Forest Degraded Forest

9.22 38.93

24.25 24.42

4.00 3.73

2.14 2.85

Potensi Karbon tonCha Kondisi Hutan Nekromasa Serasah Tabel 32 Potensi karbon bahan organik mati di setiap kondisi hutan gambut No Kondisi Hutan Potensi Karbon tonCha Total tonCha Nekromasa Serasah 1 Primary forest 9.22 4.00 13.22 2 LOA 38.93 3.73 42.66 3 Secondary forest 24.32 2.14 26.46 4 Degradded forest 24.42 2.85 27.28 Rata-rata tonCha 24.22 3.18 27.40 Berdasarkan Gambar 15 dan Tabel 32 menunjukan bahwa potensi karbon yang tersimpan pada bahan organik mati yang tertinggi terdapat pada logged over area sebesar 42.66 tonCha, sedangkan potensi karbon terendah terdapat pada primary forest sebesar 13.22 tonCha. Nilai potensi karbon berbanding lurus dengan nilai biomassanya, dimana pada logged over areaLOA memiliki nilai biomasa tertinggi sehingga potensi karbon tersimpannya pun paling tinggi dibandingkan dengan kondisi hutan lainnya. Potensi karbon bahan organik mati yang terdapat pada nekromasa dan serasah di setiap kondisi hutan gambut yang paling tinggi terdapat pada nekromasa. Hal ini dikarenakan produksi nekromasa lebih besar dibandingkan serasah terutama pada kondisi hutan bekas tebangan. Kegiatan pemanenan hutan pada hutan bekas tebangan menyebabkan banyaknya tegakan tinggal yang rusak dan mati. Selain itu lantai hutan menjadi terbuka sehingga cahaya matahari yang masuk lebih besar dibandingkan hutan primer yang akan mempercepat proses perombakan pada serasah. Total potensi karbon tersimpan pada bahan organik mati nekromasa dan serasah pada setiap kondisi hutan gambut yang berarti bahwa jumlah karbon yang tersimpan pada tegakan di setiap kondisi hutan tersebut berkurang sebesar total potensi karbonnya dari masing-masing kondisi hutan meski tanpa pembakaran dan hal itu berarti bahwa secara tidak langsung telah melepaskan CO 2 ke udara tanpa pembakaran. Hasil potensi karbon yang tersimpan pada bahan organik mati nekromasa dan serasah di berbagai kondisi hutan gambut dapat dilihat perbandingannya dengan penelitian yang sama tentang potensi karbon tersimpan pada bahan organik mati dengan beberapa tipe kondisi hutan gambut dan lokasi penelitian yang berbeda yaitu pada hutan kerangas lahan gambut di Kalimantan Barat Onrizal 2004, hutan gambut di Papua Maulana 2009, hutan gambut merang bekas terbakar di Sumatera Selatan Widyasari 2010, dan hutan tanaman kayu serat lahan gambut di Riau Yuniawati 2011. Pada penelitian Onrizal 2004, pengukuran potensi karbon bahan organik mati tidak dilakukan pada tingkat nekromasa hanya pada tingkat serasah saja. Pengambilan contoh serasah dilakukan pada petak contoh ukuran 2 m x 2 m secara destruktif, kemudian diambil dan ditimbang contoh serasah berdasarkan bagian-bagiannya yaitu batang busuk, cabang busuk dan daun untuk mendapatkan berat basah total di lapangan. Perhitungan potensi karbonnya dengan mengalikan total biomassa dengan konsentrasikadar karbon hasil pengujian di laboratorium, sehingga nilai potensi karbon serasahnya sebesar 2.77 tonCha. Pengukuran potensi karbon pada penelitian Maulana 2009 dilakukan dengan metode citra penginderaan jauh Landsat ETM+, ALOS-PALSAR, DEM- ASTER dengan metode penarikan contoh “Systematic Random Sampling” pada plot pengukuran hutan rawa rapat dan sedang. Pada pengukuran serasah tidak memisahkan berdasarkan dekomposisi serasah kasar dan halus, sedangkan pada nekromasa berdasarkan pada pohon bercabang dan tidak bercabang. Perhitungan potensi karbonnya dengan mengalikan berat massanya biomassa dengan konsentrasi karbon 46 menurut Hairiah dan Rahayu 2007. Hasil potensi karbon nekromasa dan serasah pada hutan rawa rapat adalah sebesar 17.45 tonCha dan 1.86 tonCha. Sedangkan potensi karbon pada hutan rawa sedang adalah 14.52 tonCha untuk nekromasa dan serasah sebesar 1.41 tonCha. Pada penelitian yang dilakukan oleh Widyasari 2010, dimana pengukuran sampel bahan organik mati nekromasa dan serasah di lapangan dilakukan dengan metode destruktif pada plot 2 m x 2 m, dimana tidak dilakukan pengukuran dimensi nekromasa panjang dan diameter melainkan melakukan penimbangan total berat basah nekromasa. Selain itu, nekromasa tidak berdasarkan dekomposisi melainkan berdasarkan nekromasa batang, cabang, dan ranting. Sama halnya dengan pengukuran serasah yang tidak berdasarkan dekomposisi kasar dan halus. Perhitungan potensi karbonnya dengan mengalikan total biomassa dengan konsentrasikadar karbon hasil pengujian di laboratorium. Sehingga nilai potensi karbon untuk nekromasa sebesar 12.90 tonCha dan serasah sebesar 1.80 tonCha. Penelitian potensi karbon bahan organik mati yang dilakukan oleh Yuniawati 2011 terdiri dari nekromasa dan serasah Pengukuran nekromasa dikelompokan berdasarkan limbah hasil kegiatan pemanenan yaitu dalam bentuk batang, tunggak, cabang, dan sortimen pada petak ukur 100 m x 100 m di LOA 0 tahun KU 0 serta dilakukan pengukuran dimensinya untuk menghitung volume. Hasil potensi karbon nekromasa sebesar 14.68 tonCha. Pada pengukuran serasah pada sub plot contoh 0.5 m x 0.5 m dari setiap kelas umur tegakan 0–5 tahun dan tanpa adanya pengelompokan berdasarkan dekomposisi kasar dan halus. Rata-rata karbon serasah terendah pada KU 0 sebesar 0.32 tonCha dan KU 5 sebesar 2.72 tonCha. Hal tersebut dikarenakan pada KU 0 telah dilakukan pemanenan kayu sehingga banyak serasah yang rusak serta adanya laju traktor penyarad. Perhitungan potensi karbonnya dengan mengalikan total biomassa dengan kadar konsentrasikadar karbon dari hasil pengujian di laboratorium. Berdasarkan penelitian-penelitian diatas terdapat perbedaan nilai potensi karbon bahan organik mati dengan penelitian ini, dimana potensi karbon yang tersimpan pada nekromasa di setiap kondisi hutan gambut berkisar antara 9.22 tonCha–38.93 tonCha dan pada serasah berkisar antara 2.14 tonCha–4 tonCha. Hasil ini menunjukan bahwa potensi karbon yang tersimpan pada bahan organik mati dalam penelitian ini memiliki nilai tertinggi dibandingkan dengan penelitian pada Onrizal 2004, Maulana 2009, Widyasari 2010, dan Yuniawati 2011. Perbedaan potensi karbon ini dikarenakan banyaknya terdapat perbedaan di dalam metode penelitiannya. 5.11 Analisis Data 5.11.1 Analisis Data Nekromasa