BAB III METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di hutan primer primary forest blok RKT 2018, hutan bekas tebangan logged over area blok RKT bulan Januari 2011,
hutan sekunder secondary forest tahun 1984, dan hutan terdegradasi degraded forest
tahun 2010 pada areal IUPHHK-HA PT. Diamond Raya Timber, Provinsi Riau. Pengujian sampel dilakukan di Laboratorium Kimia Hasil Hutan dan
Peningkatan Mutu Kayu, Departemen Hasil Hutan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-September 2011.
Gambar 1 Peta lokasi penelitian di hutan gambut PT.Diamond Raya Timber.
3.2 Batasan Penelitian
1 Definisi primary forest, logged over area, secondary forest, dan degraded
forest. a
Primary forest hutan primer yang menjadi plot penelitian ini merupakan suatu kondisi hutan gambut yang memiliki tingkat kerapatan tajuk pohon
tinggi, pohon-pohon berdiameter besar, pohon mati dalam jumlah sedikit,
Plot Penelitian
lantai hutan dalam kondisi lembab sampai tergenang air, serta belum dilakukannya kegiatan penebangan belum dieksploitasi.
Gambar 2 Kondisi hutan primer primary forest.
b Logged over area hutan bekas tebangan merupakan suatu kondisi hutan
yang telahbaru mengalami kegiatan pemanenan kayu yang menyebabkan keterbukaan areal yang besar. Terdapat bekas jalan ongkak, tunggak pohon
bekas penebangan, kerusakan tegakan tinggal, serta pohon-pohon mati berdiameter besar
≤65 cm yang ditinggalkan karena terdapat gerowong pada kayunya.
a b c
Gambar 3 Kondisi hutan bekas tebanganLOA : a bekas jalan ongkak, b pohon tebangan, dan c tunggak bekas penebangan
c Secondary forest hutan sekunder merupakan suatu kondisi hutan yang
telah menampakan bekas penebangan sudah dieksploitasi belasan tahun lalu sehingga keterbukaan arealnya relative lebih kecil dibandingkan hutan
bekas tebangan. Terdapat alur pembalakan kayu yaitu dengan adanya balok- balok dan papan kayu untuk dijadikan bantalan rel dan pondok pekerja, serta
terdapat bekas jalan kecil yang dibuat pekerja untuk masuk dan keluar hutan.
a b c
Gambar 4 Hutan sekunder : a Kondisi hutan sekunder, b papan-papan kayu, dan b balok-balok kayu.
d Degraded forest hutan terdegradasi merupakan suatu kondisi hutan yang
mengalami penurunan kapasitas produksi kayu, dimana telah terjadi penebangan secara besar-besaran yang menyebabkan keterbukaan areal
tinggi. Banyak terdapat pohon-pohon mati dengan diameter yang relatif kecil 40 cm, serta ditumbuhi semak belukar yang rapat.
Gambar 5 Kondisi hutan terdegradasi degraded forest.
Berdasarkan definisi keempat kondisi hutan diatas yaitu primary forest
PF, logged over areaLOA, secondary forestSF, dan degraded forest
DF terdapat beberapa perbedaan yang dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 5 Perbedaan kondisi hutan pada pimary forest, logged over area, secondary forest
, dan degraded forest
Kondisi Hutan
Potensi hutan pohonha
Tunggak Pohon Pionir
Pohon Komersil
Kebakaran hutan
Intensitas Tebang
PF Tinggi -
- Banyak -
LOA Sedang Ada - Banyak -
10 SF Jarang Ada
Ada Sedikit
Adatidak ada
10 DF Tidak
ada -
Ada -
Ada -
Sumber : Lisan Suwarna 2010
Kondisi primary forest akan mengalami kegiatan penebangan secara terencana sesuai dengan rencana kerja tahunan yang telah ditentukan. Hutan
primer yang telah mengalami kegiatan penebanganpemanenan kayu akan menjadi kondisi hutan bekas tebangan logged over area, dimana telah terjadi
pengurangan tegakan yang menyebabkan besarnya keterbukaan areal. Hutan bekas tebangan yang kemudian dibiarkan tanpa gangguan-gangguan tanpa
adanya penebanganpembalakan dapat berkembang menjadi hutan sekunder secondary forest. Hutan sekunder umumnya secara perlahan-lahan dapat
pulih kembali menjadi hutan primer, tergantung pada kondisi lingkungannya, dan akan memakan waktu beberapa ratus hingga beberapa ribu tahun lamanya.
Hutan sekunder yang mengalami pembalakan penebangan kayu secara besar- besaran akan menjadi hutan terdegradasi degraded forest karena
berkurangnya tegakan pohon dalam jumlah besar.
2 Nekromasa dan tingkat dekomposisi.
Nekromasa merupakan batang pohon yang sudah mati baik yang masih tegakpohon mati berdiri, pohon tumbang, maupun tunggak pohon.
a Pohon mati berdiri yaitu memiliki kriteria kelas diameter ≥10 cm dan tinggi
≥5 m baik yang masih memiliki cabang dan ranting maupun pohon mati yang hanya batang utama.
b Pohon mati tumbangroboh yaitu memiliki kriteria kelas diameter •10 cm
dengan panjang minimal •50 cm. c
Tunggak pohon yaitu memiliki kriteria kelas diameter •10 cm dengan tinggi tunggak maksimal yaitu 5 m dari permukaan tanah.
a b
c Gambar 6 Nekromasapohon mati : a pohon mati berdiri, b pohon tumbang,
dan c tunggak pohon. Tingkat dekomposisi nekromasa dibedakan menjadi tiga kelas dekomposisi
yang dimodifikasi dari Woodall Monleon 2008 dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Kelas dekomposisi nekromasa dan ciri-ciri pengenalnya di lapangan
Kelas Struktur Tekstur
Bagian yang Membusuk
Warna kayu
Akar yang
menginva si
Cabang dan ranting
1 Tidak lapuk
Utuh atau nyaris utuh,tidak membusuk
atau hampir membusuk
Warna asli
Tidak ada Cabang ada,
ranting masih menyatu atau
beberapa ada yang terlepas,
mempunyai kulit yang
kencang dan terlepas
2 Setengah lapuk
Keras hingga lunak, potongan kecil hingga
besar,bagian luar kayu dapat dilepas dengan
tangan, paku logam dapat di tekan dengan
tangan hingga bagian tengah kayu
Coklat kemerahan,
coklat muda atau
warna asli Pada kayu
bagian luar
maupun pada ke-
seluruhan kayu
Cabang yang ada tidak bisa
bisa dilepas dengan tangan
3 Lapuk
Lunak, berupa serbuk ketika kering
Merah coklat
sampai coklat tua
Hampir keseluruh
an Cabang yang
masih ada umumnya
sudah membusuk
t 5
Dbh ≥ 10 cm
p ≥ 50 cm
Ø ≥ 10 cm
t 5 m Ø
≥ 10 cm
3 Kematian alami dan buatan
Kematian pada pohon-pohon di hutan disebabkan oleh kematian alami dan kematian buatan.
a Kematian alami terjadi akibat factor-faktor alami dari lingkungan seperti
angin besar, dan serangan hama. serta faktor dari dalam pohon itu sendiri seperti pohon yang sudah berumur tua, dan terdapatnya kelainan pada kayu
penyakit pohon. b
Kematian buatan disebabkan oleh kegiatan pemanenanpenebangan pohon yang dilakukan oleh manusia.
4 Serasah dan tingkat dekomposisi
Serasah merupakan sisa-sisa tanaman yang telah mati berupa daun, cabang dan ranting yang berada pada lantai hutan. Kayu mati yang memiliki
diameter 2 mm dan 10 cm dengan panjang 50 cm termasuk kedalam serasah. Serasah dibagi menjadi dua dekomposisi yaitu serasah kasar dan halus.
a Serasah kasar merupakan sisa-sisa tanaman yang belum melapuk sempurna
dalam kondisi segar yang masih dapat mempertahankan bentuk aslinya yang terdapat di lapisan lantai hutan paling atas.
b Serasah halus merupakan sisa-sisa tanaman serta akar-akar tanaman yang
sudah melapuk sempurna sehingga tidak dapat lagi mempertahankan bentuknya mudah hancur. Serasah halus umumnya berwarna kehitaman
yang terdapat di bawah lapisan serasah kasar.
a b
Serasah halus Serasah kasar
Gambar 7 Serasah berdasarkan dekomposisi : a serasah kasar dan halus di lantai hutan, dan b serasah kasar dan halus di dalam plastik.
3.3 Alat dan Bahan