Frekuensi Relatif Analisis Vegetasi

Berdasarkan data nekromasa dominan yang dilihat dari nilai kerapatan relatif yang ditemukan di setiap kondisi hutan maka akan diperoleh jenis-jenis dominan dari semua kondisi hutan tersebut, dimana jenis Meranti yang paling mendominasi yaitu sebesar 77.78. Banyaknya jenis nekromasa yang ditemukan di setiap kondisi hutan menunjukan bahwa keanekaragamannya tinggibanyak, sehingga dicari jenis-jenis nekromasa yang dominan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Ludwiq dan Reynolds 1988 dalam Mukono et al 2010 dimana suatu daerah yang didominasi oleh hanya jenis-jenis tertentu saja, maka daerah tersebut dikatakan memiliki keanekaragaman jenis yang rendah. Keanekaragaman jenis terdiri dari 2 komponen yaitu jumlah jenis dalam komunitas yang sering disebut kekayaan jenis dan kesamaan jenis. Kesamaan menunjukkan bagaimana kelimpahan spesies itu jumlah individu, biomassa, penutup tanah, dan sebagainya tersebar banyak diantara spesies tersebut.

5.1.2 Frekuensi Relatif

Jenis-jenis nekromasa yang ditemukan di setiap kondisi hutan rawa gambut diwakili oleh 3 jenis yang memiliki nilai FR tertinggi disajikan pada Tabel 12. Tabel 12 Nilai frekuensi relatif nekromasa tertinggi di setiap kondisi hutan No Kondisi Hutan Jenis ∑sub petak ditemukan FR 1 Primary forest Meranti 10 18.87 Milas 8 15.09 Medang 6 11.32 2 LOA Meranti 13 12.04 Milas 12 11.11 Pasir-pasir 9 8.33 3 Secondary forest Meranti 14 13.08 Medang 13 12.15 Geronggang 9 8.41 4 Degraded forest Balam 22 13.92 Meranti 21 13.29 Medang 18 11.39 Total Meranti 57.28 Medang 37.64 Milas 34.71 Perhitungan frekuensi nekromasa pada Tabel 12 dilakukan untuk menyatakan kehadiran dan ketidakhadiran suatu jenis dalam suatu daerah. Selain itu frekuensi berkaitan dengan keseragaman atau keteraturan sebaran dari suatu jenis tumbuhan. Besarnya nilai frekuensi dapat melukiskan persentase kehadiran suatu jenis dalam petak contoh. Jenis pohon mati yang sering ditemukan adalah Meranti sehingga memilki nilai FR tertinggi dari setiap kondisi hutan kecuali pada degraded forest yaitu jenis Balam yang memilki tingkat persentase kehadiran yang tinggi dibandingkan jenis Meranti. Nilai frekuensi relatif jenis Meranti dari kondisi hutan primer, hutan bekas tebangan, dan hutan sekunder berturut-turut adalah sebesar 18.87, 12.04, dan 13.08. Sedangkan pada kondisi hutan terdegradasi jenis Balam memiliki nilai frekuensi relatif tertinggi yaitu sebesar 13.92 yang sebagian besar ditemukan pada pohon mati tumbangroboh. Besarnya nilai FR ini memperlihatkan bahwa jenis tersebut mempunyai sebaran yang tinggi dalam plot penelitian. Jenis-jenis nekromasa dominan tersebut ditentukan berdasarkan nilai frekuensi relatif yang tinggi Berdasarkan nilai frekuensi relatif dari setiap kondisi hutan, maka dapat ditentukan jenis nekromasa dominan dari semua kondisi hutan gambut, dimana jenis Meranti yang paling banyak ditemukan sehingga memiliki nilai FR paling tinggi. Tingginya nilai frekuensi relatif menunjukkan banyaknya jumlah jenis tersebut pada masing-masing lokasi. Menurut Loveless 1989 dalam Asril 2009 menyatakan bahwa sebagian tumbuhan dapat berhasil tumbuh dalam kondisi lingkungan yang beranekaragam sehingga tumbuhan tersebut cenderung berkembang serta memiliki penyebaran yang luas. Oleh karena itu, tingkat penyebaran pohon yang besar menyebabkan besar pula pada nekromasa yang ditemukan. Untuk mengetahui tingkat penyebaran pohon, maka dapat dilihat dari data olahan analisis vegetasi pohon penelitian Febrina 2011 yang diambil 10 jenis dominan dari semua kondisi hutan, dimana pada perhitungan INP jenis Meranti yang terdiri dari Meranti Batu, Meranti Bunga, dan Meranti Anak dikelompokan kedalam satu jenis Meranti saja. Sama halnya dengan perhitungan jenis Medang yang terdiri dari Medang Lendir dan Medang Telur hanya dikelompokan menjadi satu jenis Medang saja. Hasil analisis vegetasi pohon dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 Hasil analisis vegetasi pohon pada semua kondisi hutan gambut No Jenis Total KR Total FR Total DR INP 1 Medang 38.94 34.34 31.86 105.14 2 Mendarahan 31.77 24.74 24.79 81.31 3 Milas 23.70 18.74 29.21 71.65 4 Meranti 19.90 20.15 28.94 68.98 5 Jambu-jambu 22.99 23.64 17.73 64.35 6 Terentang 17.71 15.89 17.08 50.67 7 Kelat 15.87 18.35 15.68 49.90 8 Mangga-mangga 18.31 18.62 12.50 49.43 9 Balam 15.56 13.03 19.42 48.01 10 pisang-pisang 13.10 16.52 14.02 43.64 Tabel 13 menunjukan bahwa tingkat sebaran pohon yang paling tinggi adalah jenis Medang, namun pada tingkat penyebaran nekromasa yang paling banyak ditemukan adalah pada jenis Meranti. Oleh karena itu, banyaknya nekromasa yang ditemukan pada suatu kondisi hutan bukan saja disebabkan oleh tingkat penyebarannya yang tinggi tetapi juga karena faktor yang terdapat pada kayu itu sendiri seperti kandungan zat ekstraktif kayu, serat kayu, pori-pori kayu serta kekuatan kayunya. Nekromasa jenis Meranti paling banyak ditemukan pada primary forest, logged over area dan secondary forest dikarenakan kayu meranti tidak begitu tahan terhadap pengaruh cuaca Mulya 2010 sehingga sebagian besar cepat mati yang diakibatkan oleh gerowong yang terdapat pada bagian dalamempulur yaitu heartwood kayu teras sehingga lama-kelamaan pohon tidak dapat mempertahankan pertumbuhannya dan pada akhirnya mudah tumbangroboh serta patah batang. Meranti yang memiliki gerowong sebagian besar terdapat pada diameter-diameter yang relatif besar, sehingga semakin besar diameter pohon meranti maka gerowong kayunya akan semakin besar pula. Pada kayu teras terdapat hati kayu yang merupakan bagian kayu yang terletak pada pusat lingkaran tahun tidak mutlak pada pusat bontos. Hati berasal dari kayu awal, yaitu bagian kayu yang pertama kali dibentuk oleh kambium. Oleh karena itu umumnya mempunyai sifat rapuh atau sifat lunak. Gerowong pada kayu Meranti disebabkan oleh serangan rayap pada bagian heartwood . Hal tersebut sesuai dengan penelitian Sumarni G. dan Muslich M 2004 dimana jenis kayu Meranti yang diuji memiliki tingkat persen kerusakan sebesar 100 yang disebabkan oleh serangan rayap dengan kelas awet termasuk kedalam kelas IV tidak awet dengan umur rata-rata 1.5–3 tahun hingga kelas V sangat tidak awet dengan umur rata-rata 1.5 tahun. Pada Tabel 12 untuk kondisi degraded forest, jenis Balam yang paling banyak ditemukan. Hal ini dikarenakan penyebaran pohon Balam pada hutan rawa gambut relatif banyak dan menyebar di setiap kondisi hutan. Banyaknya pohon Balam yang mati pada hutan terdegradasi diakibatkan oleh kegiatan pembukaan lahan hutan oleh masyarakat sekitar hutan. Pembukaan lahan tersebut menyebabkan pohon Balam dan jenis-jenis pohon lainnya harus ditebang habis, sehingga banyak terdapat pohon mati akibat pembukaan lahan tersebut dibandingkan dengan kondisi hutan lainnya. Balam merupakan jenis pohon komersil yang banyak ditemukan namun tidak diambil atau dimanfaatkan dikarenakan memiliki kelas diameter yang relatif kecil 10 cm–40 cm sehingga dibiarkan begitu saja menjadi nekromasa dalam jumlah yang besar.

5.1.3 Indeks Nilai Penting