3.5.2.2 Frekuensi
a. Frekuensi suatu jenis F Frekuensi adalah perbandingan banyaknya petak contoh yang ditemui
suatu jenis terhadap petak contoh yang dibuat, dirumuskan :
F Jumlah sub petak ditemukan suatu jenis
Jumlah seluruh sub petak contoh
b. Frekuensi Relatif suatu jenis FR
Frekuensi relatif adalah persentase frekuensi suatu jenis terhadap jumlah frekuensi seluruh jenis, dirumuskan :
FR F suatu jenis
F seluruh jenis x
3.5.2.3 Indeks Nilai Penting INP
Nilai ini menunjukkan dominansi suatu jenis dalam suatu areal tertentu. Untuk mengetahui jenis yang dominan maka dihitung Indeks Nilai Penting INP
dengan rumus :
INP = KR + FR
3.5.3 Pengambilan Contoh Bahan Organik Mati
3.5.3.1 Pengambilan Contoh Nekromasa
Pengambilan contoh nekromasa dilakukan sebanyak 3 kali ulangan dari setiap dekomposisi yaitu tidak lapuk, setengah lapuk, dan lapuk dari semua
kondisi hutan gambut dengan berat contoh berkisar antara 100-300 gram untuk diuji di laboratorium. Sampel yang diambil berdasarkan jenis-jenis dominan dari
semua kondisi hutan yang ditentukan secara purposive sampling. Tingkat dekomposisi dari nekromasa berkayu yaitu pohon mati berdiritegak, pohon mati
tumbang, dan tunggak pohon adalah sebagai berikut : a.
Pohon Mati Berdiri Pohon mati berdiritegak bisa dilihat dari cabang dan ranting yang masih
tersisa. Terdapat tiga kondisi pada pohon mati berdiri antara lain : 1.
Pohon mati berdiritegak dengan cabang dan ranting. 2.
Pohon mati dengan cabang besar dan kecil tetapi tanpa ranting. 3.
Pohon mati hanya batang utama.
b. Pohon mati tumbang atau rebah
Pohon mati tumbang diindentifikasi jenis dan tingkat dekomposisinya. Tingkat dekomposisi akan mempengaruhi kepadatan kayu, sehingga untuk
kayu dengan volume sama akan memiliki berat yang berbeda apabila tingkat dekomposisinya berbeda.
c. Tunggak atau tunggul pohon
Plot untuk tunggaktunggul pohon umumnya disamakan dengan plot untuk pohon. Artinya, dalam plot yang digunakan untuk mengukur biomassa
tegakan sekaligus dipakai untuk mengukur biomassa tunggak pohon. Untuk tunggak yang bertunas kembali dianggap sama dengan tunggak yang benar-
benar mati, hanya dibedakan tingkat pembusukannya. Tunggak yang bertunas lagi tidak otomatis dianggap sama dengan tunggak yang masih segar karena
terdapat kemungkinan ada sebagian yang mengalami pembusukan.
3.5.3.2 Pengambilan Contoh Serasah
Pengumpulan serasah dilakukan pada lapisan di bawah serasah humus yang terdiri dari serasah yang sudah terdekomposisi dengan baik dan pada daun-
daun serta ranting yang baru berguguran sehingga kondisinya masih bagus atau belum hancurrusak. Pengambilan serasah dilakukan secara destruktif dan
ditimbang berat basahnya. Sebelum dilakukan penimbangan berat basah di lapangan terlebih dahulu dibedakan antara serasah kasar dan serasah halus.
a. Serasah kasar merupakan material tanaman yang tidak terdekomposisi atau sisa
tumbuhan, semua daun dan cabang yang tidak terbakar. Pengumpulan serasah
kasar dilakukan setelah pengukuran dan pengumpulan tumbuhan bawah.
b. Serasah halus diperoleh dengan cara mengumpulkan akar kering dan bagian
yang terdekomposisi, termasuk serasah hitam di bawah lapisan serasah kasar.
c. Diambil contoh serasah kasar dan serasah halus dari empat kondisi hutan
gambut sekitar 100-300 gram sebanyak 3 kali ulangan. Bila contoh serasah yang didapat hanya sedikit 100 gr maka timbang semuanya dan dijadikan
sebagai sampel.
3.5.4 Metode Pengolahan Data 3.5.4.1 Kadar Air Nekromasa dan Serasah