Karbon merupakan suatu unsur yang diserap dari atmosfer melalui proses fotosintesis dan disimpan dalam bentuk biomassa. Tingkat penyerapan karbon di
hutan dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain iklim, topografi, karakteristik lahan, umur dan kerapatan vegetasi, komposisi jenis serta kualitas tempat tumbuh.
Tempat penyimpanan utama karbon adalah terdapat dalam biomassanya termasuk bagian atas yang meliputi batang, cabang, ranting, daun, bunga, dan buah serta bagian
bawah yang meliputi akar, bahan organik mati, tanah dan yang tersimpan dalam produk kayu yang nantinya dapat diemisikan untuk produk jangka panjang.
2.3 Sifat Fisik dan Kimia Kayu
Sifat fisika kayu adalah sifat-sifat asli dari kayu wood inheren factors yang dapat berubah-ubah karena adanya pengaruh lingkungan suhu dan
kelembaban udara. Sifat fisika kayu ini antara lain kadar air, berat jeniskerapatan, perubahan dimensi kayu, sifat termis kayu, sifat elektris, sifat
resonansi dan sifat akustik Istikowati 2010 Kadar air didefinisikan sebagai berat air yang terdapat di dalam kayu yang
dinyatakan dalam persen terhadap berat kering tanur. Perhitungan kadar air dapat digunakan untuk menduga biomassa pohon. Dalam penentuan uji kadar air
digunakan 2 metode oven yaitu metode temperature rendah 103±2
o
C dan metode temperature tinggi 130–133
o
C. Kedua metode tersebut dapat digunakan dalam penentuan kadar air Bonner 1995.
Tumbuhan hidup mengandung 70-80 air. Setelah mati, kandungan airnya akan dipengaruhi temperatur, kelembaban dan angin. Yang sangat besar
mempengaruhi kadar air bahan bakar adalah hujan. Kadar air bahan bakar dibedakan sebagai berikut : sangat kering 20, kering 10-20, agak kering
20-30, basah 30-50, dan sangat basah 50. Kandungan air atau tingkat kebasahan menentukan mudah tidaknya terjadi ignasi atau penyalaan bahan bakar
hutan Balai Teknologi Reboisasi Banjar Baru 1992 dalam Baskara 2011 Besarnya perubahan kadar air sangat terkait erat dengan perubahan suhu
harian dibanding fluktuasi kelembaban udara maupun kadar air tanah. Bahan bakar mati seperti serasah bersifat dapat menyerap air dari atmosfer sekitarnya
higroskopis atau sebaliknya melepaskan kelengasan sampai terjadi kesetimbangan. Kadar air pada kondisi kesetimbangan ini disebut kadar air
setimbang equilibrium moisture content, EMC yang ditentukan oleh suhu dan kelembaban relatif udara, serta oleh sifat-difat internal bahan bakar Asril 2002.
Berat Jenis adalah rasio antara kerapatan suatu bahan dengan kerapatan air. Berat jenis disebut juga kerapatan relatif Tsoumis 1991 dalam Iswanto 2008.
Besarnya berat jenis pada tiap-tiap kayu berbeda-beda dan tergantung dari kandungan zat-zat dalam kayu, kandungan ekstraktif serta kandungan air kayu.
Berdasarkan volume basahnya, berat jenis kayu akan mencerminkan berat kayunya. Klasifikasi yang ada terdiri dari :
a. Kayu dengan berat ringan, bila BJ kayu 0.3
b. Kayu dengan berat sedang, bila BJ kayu 0.36–0.56
c. Kayu dengan berat berat, bila BJ kayu 0.56
Menurut Brown et al 1952 dalam Adipedia 2011, berat jenis kayu adalah perbandingan antara kerapatan kayu tersebut terhadap benda standart.
Kerapatan adalah perbandingan antara massa atau berat benda terhadap volumenya. Air pada temperatur 40 C atau 32,5
F mempunyai kerapatan sebesar 1 gcm3 dalam kondisi anomali air 4.4
o
C. Berat kayu meliputi berat zat kayu sendiri, berat zat ekstraktif dan berat air
yang dikandungnya. Jumlah zat kayu dan zat ekstraktif biasanya konstan, sedangkan jumlah air berubah-ubah. Oleh karna itu berat jenis dari sepotong kayu
bervariasi tergantung dari kadar air yang dikandungnya. Untuk mendapat keseragaman, maka pada umumnya dalam penentuan berat jenis kayu, berat
ditentukan dalam keadaan kering tanur. Dalam keadaan kering tanur, volume kayu akan mencapai minimum sedangakan air yang dikandungnya sangat kecil, kurang
lebih 1 dari berat kayu. Brown et al 1952 menyatakan bahwa berat jenis kayu bervariasi
diantara berbagai jenis pohon dan diantara pohon dari satu jenis yang sama. Variasi ini juga terjadi pada posisi yang berbeda dari satu pohon. Adanya variasi
jenis kayu tersebut disebabkan oleh perbedaan dalam jumlah zat penyusun dinding sel dan kandungan zat ekstraktif per unit volume.
Kayu sering mengandung banyak bahan-bahan ekstraktif dan infiltrasi meliputi terpen, resin, polifenol seperti tannin, gula, minyak, senyawa anorganik,
silikat, karbonat, dan fosfat. Bahan ekstraktif yang dikandung mempengaruhi
kerapatan dan berat jenis. Selain itu kerapatan kayu dipengaruhi factor spesies, laju pertumbuhan, umur pohon setelah menghasilkan kayu, dan letak kayu
Haygreen dan Bowyer 1989 Kadar zat terbang adalah persen kandungan zat-zat yang mudah menguap
yang hilang pada pemanasan 950
o
C yang terkandung pada arang terhadap berat kering dan bebas air. Secara kimia zat terbang terbagi menjadi tiga sub golongan,
yaitu senyawa alifatik, terpena dan senyawa fenolik. Zat-zat yang menguap ini akan menutupi pori-pori kayu dari arang Haygreen dan Bowyer 1982.
Kadar abu didefinisikan sebagai berat sisa yang tertinggal, dinyatakan sebagai persen terhadap berat bahan air setelah pembakaran pada suhu tinggi
dengan tersedianya oksigen yang melimpah. Abu tersusun dari mineral-mineral terikat kuat pada arang seperti kalsium, kalium dan magnesium. Komponen utama
abu dalam beberapa kayu tropis ialah kalsium, kalium, magnesium, dan silica. Dalam abu persen kandungan mineral terhadap berat kayu kering oven masing-
masing dapat lebih rendah dari 0.2 atau bahkan lebih dari 1. Galat dalam penetapan kadar abu dapat disebabkan oleh hilangnya klorida logam alkali dan
garam-garam amonia serta oksidasi tidak sempurna pada karbonat dari logam alkali tanah Achmadi 1990.
Besarnya kandungan karbon terikat ditentukan oleh besarnya nilai kadar abu dan kadar zat terbang dimana semakin besar kandungan kadar zat terbang dan
kadar abu maka makin rendah kandungan karbon terikat yang ada dalam kayu tersebut. Kadar abu merupakan kadar oksida logam yang tersisa pada pemanasan
yang tinggi yang terdiri dari mineral-mineral terikat kuat pada arang seperti kalsium, kalium dan magnesium. Sedangkan kadar zat terbang merupakan
kandungan zat-zat yang mudah menguap atau hilang pada suhu pemanasan 950ºC yang tersusun dari senyawa alifatik, terfana dan fenolik.
2.4 Bahan Organik Mati