diperkirakan berkaitan erat karena etnis yang dominan di kelurahan ini adalah Etnis Melayu. Hanya sebagian kecil penduduk yang berasal dari etnis bukan
Melayu, dan penduduk yang berasal dari etnis lain tersebut telah menyesuaikan diri dengan kebiasaan masyarakat setempat. Bahasa yang mereka pergunakan
adalah Bahasa Melayu, walaupun sebagian kecil penduduk masih terdengar logat daerah asal mereka. Perbauran antar etnis tersebut terjadi karena adanya hubungan
yang saling menguntungkan, baik dalam bidang kehidupan ekonomi kerjasama, sosial terjadi amalgasi, kehidupan agama dan kehidupan budaya akultrasi.
4.2. Keadaan Umum DPL Pulau sekate
Pulau Sekate merupakan pulau tidak berpenghuni yang berada di kawasan MMA berdasarkan SK Walikota Batam Nomor 114 tentang Marine Management
Area tahun 2007, yang terletak pada kawasan antara 103
57’27” - 104 25’53”
BT, 0 50’4,99” – 0
25’41,99”, di Kecamatan Galang Baru, Kota batam Provinsi Kepulauan Riau Gambar 6.
Secara administratif pada kawasan ini terdapat tiga kelurahan yaitu Kelurahan Pulau Abang, Kelurahan Galang Baru dan Kelurahan Karas. Pada
setiap kelurahan tersebut terdapat pula lokasi dampingan program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang Tahap II Coral Reef Rehabilitation and
Management Program Phase II dimana program ini telah dilaksanakan sejak
tahun 2004 di kelurahan Pulau Abang. Dari hasil perhitungan data spasial yang berasal dari peta dasar terumbu
karang COREMAP tahun 2000, luas MMA Kota Batam adalah 110.000 hektar. Pada kawasan ini terdapat sebaran ekosistem mangrove seluas 2.108 hektar dan
sebaran ekosistem terumbu karang 5.212 hektar, seperti yang terlihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Kawasan Marine Management Area Kota Batam Zonasi MMA merupakan suatu bentuk rekayasa teknik pemanfaatan ruang
melalui penetapan batas-batas fungsional sesuai dengan potensi sumberdaya dan daya dukung serta proses-proses ekologis yang berlangsung sebagai satu kesatuan
ekosistem. Kawasan MMA Kota Batam, terdiri dari beberapa tipe zona diantaranya: i zona inti, ii zona rimba terumbu, iii zona pemanfaatan tradisional
dan iv zona pelagis. Zona ini dibangun oleh masyarakat dampingan program rehabilitasi dan
pengelolaan terumbu karang Kota Batam. Setiap kawasan dampingan memiliki kawasan pemanfaatan yang biasa disebut dengan daerah perlindungan laut, dalam
kegiatan ini kawasan-kawasan tersebut dimasukkan ke dalam kategori pemanfaatan tradisional. Menurut kesepakatan masyarakat, zona pemanfaatan
tradisional ini dibagi menjadi 3 zona penting, dengan rincian sebagai berikut: 1. Zona inti pemanfaatan tradisional, merupakan daerah yang diduga memiliki
terumbu karang dan sumberdaya ikan yang baik menurut persepsi masyarakat
2. Zona Penyangga, daerah yang terletak 50 meter dari zona inti pemanfaatan tradisional
3. Zona Pemanfaatan, daerah yang terletak 50 meter dari zona Penyangga Pada prinsipnya, baik zona inti pada marine management area dengan
zona inti pada pemanfaatan tradisional mempunyai fungsi yang sama namun dalam penerapan aturan berbeda-beda. Penentuan masing- masing zona inti ini
juga berbeda. Pada zona inti marine management area didasarkan pada hasil kajian bio-fisik ekologis dan sosial-ekonomi. Sementara penetapan peruntukan
kawasan pada zona pemanfaatan tradisional berdasarkan persepsi dan pengalaman masyarakat setempat.
Berdasarkan musyawarah dan pengkajian oleh masyarakat yang Kelurahan Pulau Abang menyepakati Terumbu Laut Sekate menjadi DPL yang di sahkan
dengan surat keputusan Lurah Pulau Abang tahun 2006, yang berada pada posisi 104
9’59,224“ BT 0 34’45,565“ LU hingga 104
10’19,73“ BT 0 34’29,172“ LU,
dengan luas kawasan sebesar 24,935 ha, luasan masing- masing kawasan pada zona pemanfaatan tradisional DPL Terumbu Sekate Kelurahan Pulau Abang pada
Tabel 16. Tabel 16. Luasan Zona Pemanfaatan Tradisional Terumbu Sekate Kelurahan
Pulau Abang Zona
Luas Ha Inti
9.785 Penyangga
6.529 Pemanfaatan
8.081 Total
24.936 Sumber : Dinas KP2K, Kota Batam
Selain memiliki daerah perlindungan laut, masyarakat Kelurahan Pulau Abang juga memiliki kawasan lindung bakau yang terletak di Pulau Petong
dengan luasan 34,778 hektar dan di Pulau Abang Kecil seluas 117,468 hektar. Luas keseluruhan kawasan lindung bakau ini adalah 152,246 hektar
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Kondisi Parameter Kualitas Perairan Pulau Sekate
Lokasi stasiun penelitian yang berada di Pulau Sekate merupakan pulau kecil sebelah barat Pulau Abang Besar, dimana bagian pantai ditumbuhi oleh
tumbuhan pantai dan sedikit mangrove. Panjang tegak lurus rataan terumbu kurang lebih 200 m dari garis pantai, selanjutnya dasar perairan landai dengan
tingakat kemiringan ± 30
o
. Pengukuran parameter kualitas perairan merupakan faktor penting bagi
pertumbuhan atau perkembangan serta distibusi organisme di peraiaran tersebut. Adanya perubahan kualitas perairan yang ekstrim dapat mempengaruhi
penyebaran organisme pertumbuhan dan kepadatannya berkurang. Pengukuran dilakukan pada lokasi penelitian Pulau Sekate yang terdiri
dari 4 stasiun pengamatan, beberapa parameter kualitas peraiaran penting yang di ukur di Pulau Sekate adalah : suhu permukaan, salinitas permukaa, kecerahan dan
kecepatan arus Tabel 17. Tabel 17. Parameter Kualitas Peraiaran setiap stasiun pengamatan
No Parameter
Satuan Stasiun Pengamatan
I II
III IV
1. Suhu Permukaan
o
C 31.5
30.6 30
30 2.
Salinitas Permukaan
‰
32 33
32 32
3. Kecerahan
m 6
4 5
3 4.
Kecepatan arus mdet
0,133 0,074
0,043 0,035
Sumber : Data penelitian Mei 2009 Penelitian dilakukan pada bulan Mei, dimana di kelurahan Pulau Abang
masuk kondisi Musim Timur yang merupakan musim kemarau yang panas dan kondisi angin tenang dan laut tidak bergelombang. Dari Parameter suhu yang
terukur pada seluruh stasiun pengamatan berkisar anatar 30-31 C. Stasiun I, II, III
dan IV dilakukan pada siang hari dengan pengaruh arus yang tidak begitu kuat sehingga distribusi suhu permukaan rendah.
Karang hermatypic sebagai pembentuk utama terumbu karang dikenal sebagai organism dan ekosistem yang berhubungan dengan perairan yang hangat,
yang hanya ditemukan di daerah tropis sampai daerah sub-tropis. Pertumbuhan