hanya dilakukan dalam bentuk ikan kering, itupun terutama terhadap ikan yang mati yang seharus dijual dalam bentuk hidup dan jenis ikan lainnya yang
kualitasnya yang tidak layak untuk dijual dalam bentuk segar.
5.4. Pendugaan Nilai Ekonomi Perikanan
Kawasan Daearah perlindungan Laut Pulau Sekate yang di tetapkan berdasarkan Surat Keputusan Lurah Kepuluan Abang memiliki luasan kawasan
inti terumbu karang sebesar 9.785 ha RPTK Kelurahan P. Abang 2007. Kelurahan P. Abang yang terdiri dari sembilan RT dan empat RW mempunyai
536 kepala keluarga KK dengan penduduk berjumlah 2.236 jiwa dimana mayoritas penduduk mempunyai pekerjaan sebagai nelayan dengan persentase
jumlah nelayan sebesar 89,7, baik yang bekerja sendiri maupun bekerja dengan orang lain sebagai anak buah kapal. Sebagian nelayan sendiri sekitar 80
mempunyai perahu motor antara 12-20 PK. Secara umum dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan penduduk
tergolong rendah, mudahnya mendapat uang dengan ikut melaut menyebabkan anak-anak lebih memilih untuk bekarja sebagai nelayan. Kenyataan mudahnya
memperoleh uang dari hasil menangkap dan menjual ikan tampaknyaa menjadi salah satu penyebab anak usia sekolah kurang berminat untuk melanjutkan
pendidikan ketingkat yang lebih tinggi. Faktor lain adalah keterbatasan fasilitas pendidikan di kelurahaan ini, yaitu hanya sampai tingkat SLTA. Tidak ada
pelatihan ketrampilan yang khusus diberikan berkaitan dengan kegiatan kenelayanan, baik penangkapan ikan di laut maupun upaya budidaya perikanan.
Kemanpuan melaut diperoleh secara otodidak dengan langsung terjun ke laut. Adakalanya anak-anak yang baru belajar ikut dengan keluarga dan terkadang ikut
kapal orang lain. Kemanpuan ini bertambah sejalan dengan semakin seringnya mereka turun kelaut.
Kegiatan melaut yang dilakukan oleh kebanyakan penduduk kelurahan Pulau Abang telah memberikan penghasilan relative besar dibandingkan dengan
pekerjaan-pekerjaan lain. Hal ini karena volume produksi, terutama pada musim Timur yang dikenal sebagai musim panen ikan, dan juga karena beberapa jenis
ikan mempunyai nilai ekonomis tinggi seperti kerapu, udang lobster dan ikan dingkis yang hanya muncul setahun sekali pada musim utara.
Karena pendapatan nelayan terumbu karang sangat tergantung pada keberdaan ikan karang dan jumlah trip yang dilakukan, sedangkan keberadaan
ikan sangat dipengaruhi oleh presentase tutupan karang maka perlu dilakukannya pendugaan nilai sumberdaya terumbu karang untuk mengetahui keberlanjutan
kebijakan pengelolaan terumbu karang. Tingkat pemanfaatan sumberdaya terumbu karang dalam penelitian ini
dilakukan pendekatan Effect on Production EOP yaitu merupakan pendekatan yang relatif sederhana dan merupakan aplikasi langsung dari teknik analisa biaya
manfaat serta merupakan metode yang paling sering digunakan. EOP pada dasarnya melihat bagaimana pengaruh terhadap produksi dari sumberdaya alam
yang diakibatkan adanya intervensi manusia terhadap sumberdaya alam itu sendiri dan secara filosofis, pendekatan ini melihat bahwa kualitas lingkungan
sumberdaya alam dan lingkungan sebagai faktor produksi atau asset kapital produksi. Dengan demikian, perubaha n atas kualitas lingkungan akan
mempengaruhi produktivitas dan biaya produksi, sehingga pada gilirannya akan mempengaruhi harga dan produksi yang menghasilkan output.
Pendekatan EOP memerlukan sebuah pendekatan yang integratif antara flow ekologi dan flow ekonomi karena pendekatan ini lebih memfokuskan pada
perubahan aliran fungsi ekologis yang memberikan dampak pada nilai ekonomi sumberdaya alam yang dinilai. Menurut Hufschmidt, et al. 1983 memberikan
beberapa langkah analisis integrasi ekologi-ekonomi dalam konteks metode EOP sebagai berikut :
1. mengidentifikasi input sumberdaya, output produksi sumberdaya dan residual sumberdaya dari sebuah proyek;
2. melakukan kuantifikasi aliran fisik dari sumberdaya; 3. melakukan kuantifikasi keterkatan antar sumberdaya alam;
4. melakukan kuantifikasi aliran dan perubahan fisik ke dalam terminologi kerugian dan manfaat ekonomi.
Nilai Ekonomi Total NET bermanfaat untuk mengilustrasikan hubungan timbal balik antara ekonomi dan lingkungan yang diperlukan untuk melakukan
pengelolaan sumberdaya yang baik, dan menggambarkan keuntungan atau kerugian yang berkaitan dengan pilihan kebijakan dan program pengelolaan
sumber daya alam, sekaligus bermanfaat dalam menciptakan keadilan dalam distribusi manfaat sumberdaya alam tersebut. Berdasarkan hasil identifikasi dan
kuantifikasi seluruh manfaat terumbu karang yang diperoleh di Kelurahan P.Abang, maka nilai keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 32.
Adrianto 2005 menyebutkan bahwa untuk menduga nilai ekonomi suatu sumberdaya diperlukan langkah-langkah pendugaan sebagai berikut : 1 menduga
fungsi permintaan, 2 menstransformasi intersep baru fungsi permintaan, 3 menstraformasi kembali fungsi permintaan baru ke fungsi permintaan asal, 4
menduga total kesediaan membayar, 5 menduga consumer surplus, 6 menduga nilai ekonomi, harga yang dibayarkan dan consumer surplus per unit sumberdaya,
dan 7 menduga total nilai ekonomi.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode literature survey
terhadap beberapa data statistik yang relevan dengan studi, beberapa laporan hasil studi lain yang berkaitan dengan tujuan dan isi dari studi
ini, termasuk di dalamnya hasil analisis terhadap area dan ekosistem pesisir dan laut di daerah penelitian.
Selanjutnya, beberapa site survey dilakukan untuk mengestimasi segenap nilai pakai langsung. Dalam konteks ini, metode penelitian site survey tersebut
adalah metode rapid rural appraisal yang difokuskan antara lain pada informasi dan data dari nelayan dan pelaku ekonomi lainnya yang memanfaatkan ekosistem
pesisir dan laut. Selain itu, untuk menjaring informasi yang lebih akurat dilakukan teknik wawancara yang mendalam in-depth interview dengan panduan
kuesioner. Dalam hal ini, teknik pengambilan responden seoptimal mungkin menggunakan teknik survei yang digabungkan dengan teknik snow-bowling.
Dimana, responden ditentukan berdasarkan responden sebelumnya. Hal ini dimaksudkan agar terjadi keterkaitan yang lebih mendalam mengenai status dan
karakteristik responden yang satu dengan yang lainnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan responden yang berjumlah
30 orang diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 32. Jawaban responden untuk nilai keberadaan ekosistem terumbu karang Kelurahaan P.Abang.
No Nama
Responden Berat
Tangkapan Ikan Kg
Harga rata- rata
Timbangan RpKg
Pendidikan tahun
Jumlah Tanggugan
orang Pengalaman
Tahun
Q P
Ed F
Ex
1 Ali
176.8 19602.78846
6 4
24 2
Andi 154.4
19040.16192 6
6 26
3 Ani
158.3 19310.4043
6 2
27 4
Anwar 127.6
20381.75157 12
5 33
5 Apek
107.7 23708.83008
6 4
23 6
Arman 112.6
23419.75133 12
2 9
7 Arnan
104.7 25271.06017
12 3
10 8
Awid 116.6
20895.4331 12
6 28
9 Dani
125.4 21765.76954
12 8
25 10
Enci 126.2
20794.10856 6
3 36
11 Indra
123.9 21505.51655
12 5
26 12
Juari 109.5
22929.72146 6
5 35
13 Mansur
108.8 23314.26011
12 2
23 14
Mita 108.3
23587.16528 12
4 16
15 Muharam
111.4 22988.15978
12 4
16 16
Muhtar 104.9
26373.43661 12
3 12
17 Nasrun
105.1 23442.20742
6 5
36 18
Rico 107.8
23714.4898 6
5 30
19 Sardi
105.5 23389.42654
6 3
27 20
Saru 105.5
24551.14692 6
10 30
21 Setar
109.4 28042.73309
6 5
30 22
Supiani 102.1
26835.87169 12
3 18
23 Udin
114.1 23047.8177
12 3
17 24
Udin tato 121.84
21631.20076 12
4 18
25 Umar
98.5 24514.09137
12 4
19 26
Usuf 131.6
23264.74924 12
6 28
27 Wahid
141.7 22013.23218
6 2
40 28
Zailani 108.3
24875.41551 12
3 20
29 Zam
107.4 25229.30633
6 4
31 30
Zan 150.5
19730.3289 12
4 25
119.55
Sumber : Data primer diolah 2009 Data hasil wawancara tersebut ditransformasikan dalam bentuk logaritma
natural, hasil transformasi diproses dengan software Microsoft Excell Lampiran 8 untuk membent uk persamaan regressi berganda.
Analisis permintaan digunakan untuk menghitung atau mengestimasi perubahan surplus konsumen dan produsen yang terkait dengan perubahan
sumberdaya yang diminta. Dari fungsi permintaan dalam penelitian ini, jumlah tangkapan ikan Q merupakan variabel dependent variabel terikat atau variabel
yang dipengaruhi oleh variabel independent variabel bebas seperti dipengaruhi oleh harga rata-rata timbangan P, tingkat pendidikan Ed, jumlah tanggungan
keluarga F dan pengalaman menjadi nelayan Ex. Dengan menggunakan regresi berganda diperoleh koefisien sebagai berikut :
Tabel 33. Koefisien regresi manfaat sumberdaya terumbu karang pada kegiatan perikanan tangkap
Coefficients Standard
Error t Stat
P-value Lower
95 Upper
95 Intercept B
17.4809 1.8475
9.4619 0.0000
13.6759 21.2858
Harga Rata-rata timbangan b
1
-1.2445 0.1741
-7.1471 0.0000
-1.6032 -0.8859
Pendidikan b
2
-0.0612 0.0597
-1.0242 0.3156
-0.1841 0.0618
Tanggugan b
3
-0.0263 0.0439
-0.5995 0.5542
-0.1167 0.0641
Pengalaman b
4
-0.0149 0.0628
-0.2376 0.8142
-0.1443 0.1145
Sumber : Data primer diolah 2009 Surplus konsumen merupakan selisih antara tingkat harga yang dibayarkan
willingness to pay dari rata-rata jumlah sumbedaya yang di konsumsidiminta
dikalikan dengan harga per unit sumberdaya yang dikonsumsidiminta diturunkan dari fungsi permintaan.
Hasil analisis regressi kemudian dilanjutkan dengan perhitungan surplus konsumen menggunakan software Maple 9.5 Lampiran 9, maka :
Q
i
= 17,48 - 0,0612Ed
65,53
– 0,0263F
40,96
– 0,0149Ex
94,28
Kemudian persamaan
tersebut disederhanakan lagi, dengan
mentraspormasikan variable b sampai dengan b
4
yang dirata-ratakan kepersamaan 2, karena sesuai nilai ekonomi ini merupakan nilai manfaat
langsung yang bersifat tidak ekstraktif dari sumberdaya terumbu karang yang diperoleh melalui besaran hasil tangkapan ikan. Dari fungsi tersebut sehingga
dapat di peroleh pendugaan fungsi permintaan Q sebesar : f Q
:= 6811.133576
Q
0.8035196985
Dengan nilai :
Qrata := 120
Jumlah sumberdaya terumbu karang yaitu hasil tangkapan ikan di pengaruhi juga oleh karakteristik social ekonomi masyarakat seperti umur A,
pendidikan Ed, jumlah tanggugan F dan Pengalaman nelayan menangkat ikan.
Pengelolaan data dilakukan dengan menggunakan program Maple 9,5 dapat disajikan kurva hasil tangkapan ikan, nilai surplus masyarakat dari hasil
tangkapan ikan dan nilai ekonomi untuk total pemanfaatan kawasan terumbu karang di kelurahan pulau abang , Kurva hasil tangkapan ikan di kawasan
terumbu karang disajikan pada Gambar 28.
Hasil Tangkapan ikan Kg
Rata-rata Timbangan RpKg
Gambar 28. Plot Utilitas Pemanfaatan sumberdaya ekosistem terumbu karang berdasarkan hasil tangkapan ikan dari hubungan harga timbangan
rata-rata di Kelurahan P. Abang Sumber : Data primer diolah
2009 Pada kurva di atas, sumbu Y menunjukan variabel harga hasil tangkapan
ikan yang didapat oleh nelayan di kawasan terumbu karang dan sumbu X menunjukan variabel harga rata-rata timbangan. Semakin tinggi hasil tangkapan
ikan, maka semakin besar pula harga rata-rata timbangan. Konsumen surplus dari hasil tangkapan ikan adalah sebesar CS =
71353.46501, hasil perhitungan menunjukkan bahwa Nilai Ekonomi Total Kawasan terumbu Karang DPL Pulau Sekate dilihat dari sumberdaya ikannya
pada bulan Mei 2009 adalah sebesar Rp. 5.512.848,19, sedangkan Nilai Ekonomi Total adalah Rp 76.519.436,57hektartahun.
Berdasarkan hasil dari Global Diversitas Biodiversity Conference yang dilaksanakan pada tanggal 13-16 Oktober 2009 di Cape Town, Afrika Selatan
menyatakan bahwa nilai ekonomi terumbu karang sebagai ecosystem services berkisar US 130.000hektartahun Lampiran 10.
Angka diatas lebih tinggi
dari hasil hitungan sebelumnya yang diperoleh yakni US 15.000hektartahun dimana nilai tersebut yang sering digunakan oleh LIPI atau DKP.
Jika kerusakan atau punahnya terumbu karang dari suatu perairan, maka sumberdaya akan kehilangan
potensi ekonomi paling tidak Rp. 1,3 milyar, jika diasumsikan nilai tukar US 1 sama dengan Rp. 10.000, sehingga j
ika DPL Pulau Sekate dengan luas 9.785 ha, sedangkan persentase terumbu karang yang baik 68 , sehingga didapat nilai
ekonomi yang hilang berkisar Rp. 4.070.560.000.000 hatahun. Pengelolaan DPL secara optimal diharapkan dapat meningkatkan nilai
ekonomi kawasan tersebut. Beberapa dampak yang telah dirasakan dari adanya kawasan konservasi terlihat seperti di kawasan konservasi laut di daerah
perlindungan laut Hawai dimana terlihat dengan jumlah ikan lebih berlimpah sebanyak 63 Grigg, 1994. Sedangkan menurut Jennings 1998 setelah
ditetakan selama 15 tahun menjadi kawasan konservasi laut Kepulauan Cousin Seychelles, jenis ikan kerapu dan kakap lebih berlimpah dan beragam di dalam
kawasan perlindungan dibandingkan dengan di daerah penangkapan. Sukmara 2001, mengatakan sejumlah perubahan sosial-ekonomi penting telah terjadi
dalam masyarakat selama kurun waktu 3 tahun pelaksanaan proyek. Pertumbuhan penduduk meningkat tinggi dengan laju pertumbuhan tahunan rata-rata 6,5 persen.
Meskipun mata pencaharian utama masyarakat Desa Talise masih tetap sama antara tahun 1997 dengn 2000, yaitu bidang perikanan, namun terjadi peningkatan
yang cukup besar. Juga terjadi perubahan pada beberapa variabel gaya hidup materi MSL. Beberapa kajian studi kasus yang telah dilakukan oleh Roberst
2000 untuk menilai dampak terukur dari perikanan di Kawasan Konservasi Laut dapat dilihat pada Lampiran 11.
Semakin bertambahnya nilai ekonomis maupun kebutuhan masyarakat akan sumberdaya yang ada di terumbu karang seperti ikan, udang lobster, tripang
dan lain- lain, maka aktivitas yang mendorong masyarakat untuk memanfaatakan potensi tersebut semakin besar pula. Dengan demikian tekanan ekologis terhadap
ekosistem terumbu karang juga akan semakin meningkat. Meningkatnya tekanan ini tentunya akan dapat mengancam keberadaan dan kelangsungan ekosistem
terumbu karang dan biota yang hidup didalamnya. Sehingga sudah waktunya masyarakat Kelurahan Pulau Abang khususnya mengambil tindakan yang cepat
dan tepat guna mengurangi laju degradasi terumbu karang dengan meningkatkan pengelolaan kawasan Daerah Perlindungan Laut.
5.5. Analaysis Stakeholder