25 •
Habitat terumbu karang yang mencakup rataan dan kemiringan karang dan secara ideal memiliki lamun dan habitat mangrove namun suatu
DPL-BM tidak harus selalu memiliki lamun dan mangrove. •
Suatu kawasan yang diketahui merupakan tempat ikan bertelur. •
Lokasinya jauh dari potensi terjadinya proses sedimentasi atau pelumpuran, atau lokasi yang tidak terlalu dekat dengan muara sungai
atau kali. •
Lokasinya masih berada dalam jangkauan pandang masyarakat sehingga mudah diamati dan memudahkan pemantauan serta penerapan aturan
yang berlaku. •
Lokasinya bukan merupakan daerah utama penangkapan ikan bagi masyarakat setempat.
• Kawasan ya ng tidak secara terus- menerus digunakan oleh masyarakat
dari luar desa sebagai tempat menambatkan perahu
2.8. Daerah Perlindungan Laut
2.8.1. Pengertian DPL-BM
DPL- BM adalah daerah pesisir dan laut yang dipilih dan ditetapkan untuk ditutup secara permanen dari kegiatan perikanan dan pengambilan sumberdaya
serta dikelola oleh masyarakat untuk setempat Tulungen et al. 2002. Kegiatan perikanan dan pengambilan merupakan hal terlarang di dalam kawasan DPL-BM.
Demikian pula akses manusia di dalam kawasan DPL-BM diatur atau sedapat mungkin dibatasi. Pengaturan, pembatasan, dan larangan aktivitas tersebut
ditetapkan oleh masyarakat dan pemerintah setempat dalam bentuk Perdes. DPL- BM berbeda dengan Taman Nasional Laut atau daerah konservasi skala luas
lainnya. DPL-BM dibentuk berdasarkan ekosistem yang ada yaitu terumbu karang,
hutan mangrove, padang lamun, dan sebagainya. Keberadaannya dapat ditetapkan melalui Perdes atau Kabupaten dan Kota dalam rangka melindungi dan
memperbaiki sumberdaya pesisir dan perikanan di wilayah yang memiliki peranan penting secara ekologis. DPL-BM merupakan salah satu metode efektif untuk
26
mengatur kegiatan perikanan, melindungi tempat ikan bertelur, dan membesarkan larva, sebagai daerah asuhan juvenil ikan kecil, melindungi suatu wilayah dari
kegiatan penangkapan ikan yang berlebihan, dan menjamin ketersediaan stok perikanan secara berkelanjutan.
Menurut Tulungen et al. 2002, tujuan penetapan daerah perlindungan laut berbasis masyarakat adalah 1 meningkatkan dan mempertahankan produksi
perikanan, di sekitar daerah perlindungan; 2 menjaga dan memperbaiki keanekaragaman hayati pesisir dan laut seperti keanekaragaman terumbu karang,
ikan, tumbuhan, dan organisme lainnya; 3 dapat dikembangkan sebagai tempat yang cocok untuk daerah tujuan wisata; 4 meningkatkan pendapatan
kesejahteraan masyarakat setempat; 5 memperkuat masyarakat setempat dalam rangka pengelolaan sumberdaya alam mereka; 6 mendidik masyarakat dalam hal
perlindungankonservasi sehingga dapat meningkatkan rasa tanggung jawab dan kewajiban masyarakat untuk mengambil peran dalam menjaga dan mengeIola
sumberdaya mereka secara lestari; dan 7 sebagai lokasi penelitian dan pendidikan keanekaragaman hayati pesisir dan laut bagi masyarakat, sekolah,
lembaga penelitian dan perguruan tinggi.
2.8.2. Metode Pengelolaan DPL-BM