9
hidupnya. Namun demikian, pada kenyataannya pengelolaan yang murni berbasis masyarakat kurang berhasil, oleh karena itu dukunga n dari pemangku kepentingan
stakeholder dan persetujuan dari pemerintah dalam hal memberikan pengarahan, bantuan teknis dan bantuan aspek hukum suatu kawasan konservasi sangat
diperlukan. Dengan demikian, partisipasi masyarakat dan pemerintah secara bersama-sama sejak awal kegiatan dari mulai perencanaan, pengelolaan sampai
evaluasi suatu DPL sangatlah penting. Selain dukungan dari pemerintah, maka dukungan dan kerja sama dengan lembaga pendidikan, penelitian serta Lembaga
Swadaya Masyarakat LSM juga dibutuhkan untuk menentukan lokasi DPL dan pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat di sekitar DPL.
Untuk mencapai tujuan dari penelitian mengenai pengembangan daerah perlindungan laut berbasis masyarakat di Kelurahan Pulau Abang, maka
diperlukan kajiaan dengan pendekatan yang konprehensif terhadap kriteria ekologi, ekonomi dan sosial untuk menjawab berbagai isu- isu dan permasalahan
pengelolaan yang terjadi saat ini. Dari berbagai isu-isu dan permasalahan pengelolaan ekosistem terumbu karang di DPL Pulau Sekate, dirumuskan sebagai
berikut : 1 Bagaimana kondisi perairan dan seberapa besar perubahan kondisi ekologi
ekosistem terumbu karang di DPL Pulau Sekate? 2 Berapa nilai ekonomi total kawasan terumbu karang DPL pulau Sekate
3 Bagaimana dukungan masyarakat lokal dan pihak-pihak berkepentingan Stakeholder terhadap pembentukan dan pengelolaan DPL Pulau Sekate?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui kondisi perairan dan perubahan kondisi ekosistem terumbu
karang sebelum dan sesudah dijadikan DPL 2. Mengkaji nilai ekonomi perikanan karang
3. Mengkaji peran serta masyarakat dalam pengembangan DPL 4. Menentukan kebijakan dan strategi pengelolaan kawasan konservasi terumbu
karang secara terpadu dan berkelanjutan
10
1.4. Manfaat Penelitian
Dengan hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap pengelolaan ekosistem dan
sumberdaya terumbu karang secara terpadu dan berkelanjutan. Kontribusi yang diharapkan adalah sebagaai berikut :
1 Tersedianya data dan informasi mengenai kondisi perairan dan kajian perubahan ekosistem terumbu karang di DPL Pulau Sekate
2 Tersedianya data nilai ekonomi ikan karang 3 Tersedianya strategi kebijakan serta rekomendasi model pengelolaan DPL
berbasis masyarakat bagi para pengambil kebijakan program dalam rangka menyusun perencanaan.
1.5. Kerangka Pendekatan Studi
Kawasan Ekosistem terumbu karang MMA Kota Batam yang telah ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Walikota Batam merupakan kawasan
yang memiliki peran sangat penting dalam dinamika ekosistem pesisir dan laut disekitarnya. Peran yang dihubungkan dengan fungsi ekologinya yang menunjang
kehidupan biota laut, termasuk komonitas ikan karang ekonomis, yang penting bagi perikanan karang setempat. Ekosistem menghadirkan fungsi sebagai habitat
untuk populasi penghuni dan yang transit, dan menyediakan jasa sebagai tempat berlindung Costanza et al. 1997, dan menurut Moberg dan Folke 1999 fungsi
ekosistem terumbu karang sebagai tempat pemijahan, pengasuhan dan mencari makan yang penting untuk banyak mahluk hidup.
Sumberdaya pulau-pulau kecil, termasuk didalamnya ekosistem terumbu karang pada dasamya memiliki 3 fungsi, yaitu fungsi ekologis, fungsi ekonomis
dan fungsi sosial budaya Gambar 1. Secara ekologis, ekosistem terumbu karang merupakan daerah atau habitat bagi berbagai jenis biota perairan di samping juga
berfungsi sebagai daerah pelindung pantai dan gempuran ombak. Hasil studi Anderson 2002 melaporkan bahwa tutupan karang hidup berkorelasi positif
terhadap kelimpahan ikan. Secara ekonomi, ekosistem terumbu karang dapat
11
memberikan manfaat ekonomi bagi kelangsungan hidup manusia, khususnya masyarakat pesisir. Sedangkan secara sosial, ekosistem terumbu karang
menyediakan nilai- nilai estetika dan keindahan yang dapat dinikmati oleh manusia.
Ketiga fungsi tersebut di atas, sangat berperan dalam pengembangan pemanfaatan sumberdaya pesisir bagi kepentingan manusia, terutama bagi
peruntukan konservasi, pengembangan pariwisata bahari dan kegiatan perikanan. Pengembangan konservasi, pariwisata bahari dan perikanan yang berwawasan
lingkungan akan mampu mempertahankan fungsi- fungsi ekologis, ekonomis dan sosial dari sumberdaya spesisir, sehingga pemanfaatan sumberdaya pesisir secara
berkelajutan dapat dipertaha nkan. Salah satu konsep yang dapat dikembangkan untuk menjaga fungsi- fungsi di atas adalah pengembangan DPL-BM. DPL ini
memiliki fungsi untuk mempertahankan fungsi- fungsi ekologis, ekonomis dan sosial dari ekosistem terumbu karang.
DPL di Kota Batam terdiri dari 13 kawasan yang ditetapkan dengan Perdes pada tahun 2006 oleh surat keputusan Luruh dan pengelolaannya
dilakukan secara bersama antara pemerintah, masyarakat dan pihak lain, dalam merencanakan, memantau, dan mengevaluasi pengelolaannya. Pengelolaan
kawasan DPL terdiri dari 3 tiga Lembaga Pengelolaan Terumbu Karang LPSTK yang terdiri dari Kelurahan Pulau Abang, Kelurahan Galang Baru dan
Kelurahan Karas. Mengingat karena keterbatasan dana dan waktu dalam penelitian ini maka lokasi penelitian hanya dilakukan di kawasan DPL Terumbu
Sekate Kelurahan Pulau Abang dengan luas zona inti 9.785 hektar, zona penyangga 6.529 hektar dan zona pemanfaatan 8.081 Kota Batam, 2007.
Tekanan pemanfaatan yang berlebih terhadap terumbu karang, seperti praktek pemboman ikan, menyebabkan degradasi terumbu karang dan turunnya
tutupan karang batu. Terjadinya penurunan kualitas terumbu karang, peran fungsionalnya sebagai tempat pemijahan, pengasuhan dan mencari makan bagi
ikan karang ekonomis menjadi terminimalkan. Menurut Ohman 1998 bahwa efek dari rusaknya terumbu karang adalah dapat mempengaruhi fauna ikan secara
langsung melalui kepindahan ikan atau secara tidak langsung melalui pembinasaan habitat. Dari kondisi ini dampak lanjutan yang ditimbulkan adalah
12
terjadi penurunan kelimpahan ikan karang, dan berkurang hasil tangkapan ikan karang ekonomis atau penurunan manfaat ekonomi.
Ancaman terhadap keberadaan terumbu karang ini mendorong untuk perlu menghimpun informasi potensi ekosistem terumbu karang, dalam hal ini
informasi nilai ekonomi yang menggambarkan nilai rill asset sumber daya, dengan cara melakukan penilian ekosistem. Penilian dilakukan dengan cara
mengindentifikasi perubahan-perubahan dalam aliran biaya dan manfaat ekonomi dari perikanan karang yang disebabkan oleh perubahan kualitas terumbu karang.
Perubahan diamsumsikan sebagai kemerosotan kemampuannya untuk menyediakan tempat pemijahan, pengasuhaan dan mencari makan bagi ikan
karang ekonomis. Nilai ekonomis ini dinyatakan dalam terminologi uang, memberikan nilai
moneter terhadap jasa-jasa tersebut, yang diperoleh dari biaya dan manfaat yang mengalir sepanjang waktu dari aktifitas pemanfaatan ikan- ikan karang ekonomis
yang berasosiasi dengan ke-tiga jasa tadi. Penilaian ini mencerminkan kerugian- kerugian atau keuntungan-keuntugan ekonomi yang diakibatkan oleh adanya
perubahan kualitas ekosistem terumbu karang. Atau mencerminkan perubahan kepuasan atau kesejahteraan masyarakat lokal, utamanya nelayan karang, karena
perubahan kualitas terumbu karang. Penilaian ini menjadi bersifat objektif dalam menentukan nilai asset atau potensi dari ekositem terumbu karang, sehingga
terhindarkan dari penilian yang rendah atau sebaliknya, penilaian yang kelewat tinggi. Nilai yang telah diperoleh ini dijadikan sebagai basis pertimbangan untuk
membuat strategi kebijakan pengelolaan terumbu karang, yang dalam studi ini strategi kebijakan yang akan dikembangkan terdiri dari startegi berdasarkan
ekologi, ekonomi dan sosial. Dalam menilai peran serta masyarakat dilakukan analisis stakeholder,
yaitu suatu sitem untuk mengumpulkan informasi mengenai kelompok atau induvidu yang terkait, mengkategorikan informasi, dan menjelaskan kemungkinan
konflik antar kelompok, dan kondisi yang memungkinkan terjadinya trade-off Brown et al. 2001. Proses penentuan stakeholder dilakukan dengan cara : 1
mengindentifikasi sendiri berdasarkan pengalaman berkaitan dengan perencaan kebijakan dan berdasarkan catatan statistik serta laporan penelitian. Hasilnya
13
berupa daftar panjang individu dan kelompok ya ng terkait pengelolaan kawasan DPL, 2 Indentifikasi stakeholder menggunakan pendekatan partisipatif dengan
teknik snow ball dimana setiap stakeholder mengindentifikasi stakeholder lainnya. Berdiskusi dengan stakeholder yang terindentifikasi pertama kali dapat
mengungkapkan pandangan mereka tentang keberadaan stakeholder penting lain yang berkaitan dengannya.
Pengembangan DPL akan berhasil apabila ditunjang oleh dua faktor pendukung, yaitu keterlibatan aktif masyarakat di sekitarnya dan adanya
dukungan dari pemerintah setempat serta pengembangan mata pencaharian alternatif. Dalam banyak contoh pengembangan DPL-BM mencapai keberhasilan
karena beberapa alasan, yaitu 1 ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya laut cukup tinggi, 2 masyarakat lebih memahami permasalahan
sekitamya, 3 pengelolaan berbasis masyarakat dapat meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap pengelolaan SD laut, dan 4 pengawasan dan kontrol oleh
masyarakat akan lebih efektif. Demikian juga halnya dukungan pemerintah akan sangat mempengaruhi keberhasilan dari suatu DPL-BM, karena hal ini akan
memberikan pengakuan bagi keberadaan DPL-BM. Pengembangan DPL-BM yang sukses tentunya akan menjamin pemanfaatan sumberdaya laut secara
optimal dan berkelanjutan.
14
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Kajian Sosial:
Peran serta Masyarakat
Strategi dan Kebijakan PengelolaanTerumbu Karang
Daerah Perlindungan Laut P. Sekate Kel. Pulau Abang
Kajian Ekologi:
1 Kondisi parameter perairan dan Persentase tutupan karang
2 Analisis Ikan Karang 3 Analisis Megabenthos
Pendugaan Nilai Ekonomi Perikanan karang:
1 menduga fungsi permintaan 2 Analisis Consumen Surplus CS
Metode Stakeholder Analisis
Metode Observasi Terumbu Karang : •
Line Intercept Transect LIT •
Underwater Visual Census UVC
Wawancara dgn nelayan karang dan pecacahan hasil tangkapan ikan karang
ekonomis
Kawasan Ekosistem Terumbu Karang MMA Kota Batam
Fungsi Ekologi :
Habitat dan jasa tempat pemijahan, pengasuhan dan
mencari makan bagi ikan karang ekonomis
Fungsi Ekonomi :
Perikanan Tangkap ikan Karang, Pariwisata
Fungsi Sosial :
Pengetahuan, dukungan dan Komitmen dari Pemangku
Kepentingan Stakeholder
15
II. TINJAUAN PUSTAKA