3. Proses penyusunan RancanganPeraturan Daerah Ranperda, dilaksanakan secara bersama
4. Melibatkan pihak LSM dan swasta dalam membahas substansi rancangan Perda
5. Memberdayakan masyarakat lokal, pemerintah daerah, dan lembaga legislatif 6. Dapat ditaati dan dijadikan model untuk mengimplementasikan program
pemberdayaan masyarakat
5.6. Strategi Kebijakan Pengelolaan DPL
Pentingnya DPL sebagai penopang keberlanjutan pengelolaan ekosistem terumbu karang sebagai pendukung ekonomi lokal seringkali dinilai rendah,
padahal besaran nilai ini berpengaruh terhadap kebijakan yang diambil oleh pemerintah daerah dan stakeholder dalam alokasi sumberdaya yang efesien dan
optimal. Kajian DPL membantu para pembuat kebijakan untuk menentukan kebijakan yang sesuai.
Menurut Nikijuluw 2002, Penentuan keberhasilan atau kegagalan pengelolaan sumberdaya pesisir berbasis masyarakat di suatu tempat tidak dengan
otomatis dapat diterapkan di tempat lain. Kemungkinan kesamaan kondisi sumberdaya alam di dua daerah yang sama persis, namum kerena masyarakatnya
berbeda maka pengelolaan sumberdaya pesisir berbasis masyarakat akan berbeda pula. Sehingga keberhasilan DPL-BM di suatu daerah tidak dapat langsung di
terapkan di daerah lain, perbedaan kondisi ekologi, ekonomi dan sosial budaya dimasing- masing daerah mempengaruhi strategi kebijakan yang akan diterapkan.
Berdasarkan fungsi- fungsi ekosistem kawasan konservasi dan kajian-kajian yang dilakukan dalam penelitian ini seperti kajian ekologi, kajian pendugaan nilai
ekonomi terumbu karang dan kajian sosial, maka dapat dirumuskan kebijakan dan strategi pengelolaan kawasan DPL sebagai berikut :
1. Kebijakan Ekologi
Stategi kebijakan ekologi ditekankan pada keinginan untuk tetap mempertahankan dan menjaga kualitas perairan dan potensi dan daya dukung
sumberdaya terumbu karang agar tetap memberikan manfaat ekologis kepada
seluruh biota yang berasosiasi di dalamnya dan sebagai penyokong bagi ekosistem di sekitarnya. Oleh karena itu, arahan strategi kebijakan seoptimal mungkin lebih
di tekankan pada aspek pengelolaan zona inti dan zona penyanggah dengan tetap mempertimbangkan pemanfaatan yang lestari.
Beberapa arahan strategi kebijakan yang didasarkan pada strategi pengelolaan kawasan konservasi terumbu karang DPL Pulau Sekate sebagai
berikut : a Mereview penentuan pembagian zonasi kawasan di DPL dan pembuatan tanda
batas yang permanen b Melakukan monitoring kondisi terumbu karang setiap tahun dengan
mempertimbangkan waktu dan tim yang sama untuk menghindari perbedaan hasil.
c Melakukan pengawasan secara rut in terhadap penggunaan alat tangkat yang tidak ramah lingkungan seperti : trawl, potassium dan bom
2. Kebijakan Ekonomi
Arahan stategi kebijakan ekonomi ditekankan pada keinginan untuk memberikan penyadaran tentang tujuan dan manfaat DPL bagi masyarakat secara
berkelanjutan. Beberapa strategi yang dapat di rumuskan adalah sebagai berikut : a Memberikan pengertian kepada masyarakat dan pengusaha maupun
pemerintah daerah tentang pentingnya fungsi dan manfaat DPL dalam menyokong perekonomian dan besarnya nilai ekonomi terumbu karang yang
di hasilkan. b Melakukan pelatihan penangkapan ikan karang hias yang ramah lingkungan
serta membuka peluang pasar ekspor ikan hias. c Memberikan bimbingan teknis dan manajemen usaha dan permodalan serta
meningkatkan peluang berusaha kepada nelayan melalui program kemitraan antara pemerintah, swasta dan stakeholder lainnya. Strategi ini dimaksudkan
agar masyarakat tidak menggantungkan hidupnya secara langsung pada ekosistem dan sumberdaya terumbu karang
d Memberikan alternative dan insentif untuk menghindari tindakan destruktif akibat pelarangan aktivitas masyarakat nelayan pada DPL dengan cara
memberikan mata pencaharian alternative di luar perikanan. e Membukaa peluang pasar yang lebih, yang dapat di akses oleh nelayan tanpa
bergantung dengan toke ikan
3. Kebijakan Sosial Budaya
Arahan strategi kebijakan pengelolaan DPL ditekankan kepada upaya peningkatan peran serta stakeholder dan peningkatan penyadaran melalui jalur
penegakkan hukum, sosial politik dan birokrasi dibagi berdasarkan peran masing- masing kelompok lembaga, arahan tersebut mengacu pada beberapa strategi
sebagai berikut : 1. Pemerintah Kelurahan :
a Meningkatkan pengetahuan aparat kelurahan mengenai program pengelolaan pesisir secara berkelanjutan
b Menampung masukan dari masyarakat nelayan untuk dilanjutkan kepada Pemko Kota Batam
c Pelaksana program di tingkat lapangan d Melakukan fasilitasi dan koordinasi di tingkat kelurahan untuk
mengoptimalkan pengelolaan DPL e Pelaksanaan dan pengawasan dalam program pengelolaan terumbu karang
2. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat a Mendorong peran serta masyaarakat dalam keterlibatan pengelolaan
terumbu karang b Menfasilitasi dan koordinasi aspirasi masyarakat kepada pemerintah
kelurahan c Membantu melaksanakan program dilapangan
3. Kelompok Pengelola a Meningkatkan keterlibatan peran serta masyarakat sebagai anggota
Pokmas b Mengkoordinasi nelayan untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang
mendorong terlaksananya pengelolaan terumbu karang
c Memberikan masukan program pengelolaan terumbu karang di tingkat masyarakat
d Terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantuan dan evaluasi program
e Berpartisipasi aktif mendorong pengelolaan terumbu karang di Kelurahan Pulau Abang
f Mendorong terlaksananya kearifan lokal yang mendukung pengelolaan terumbu karang
4. Kelompok KSM, LSM, tokoh Masyarakat dan swastapengusaha a Memberikan masukan hal- hal yang terkait dalam pengelolaan terumbu
karang b Terlibat dalam pemantuan dan evaluasi sebagai mitra pengerak
keswadayaan masyarakat c Berpartisipasi aktif mendorong masyarakat dan pemerintah dalam
pengelolaan terumbu karang d Mendorong terlaksananya kearifan lokal yang mendukung pengelolaan
perikanan berkelanjutan e Terlibat dalam pembinaan kesadaran dan pengetahuan masyarakat dalam
pengelolaan terumbu karang f Mendampingi masayarakat dalam melaksanakan program di lapangan
5. Kelompok Lembagainstitusi Pemerintah Daerah a Dinas Perikanan Kelauatan, Perikanan, Pertanian dan Kehutanan Kota
Batam mempunyai wewenang dan tanggung jawab pembinaan teknis perikanan sesuai dengan kewenangan Pemko di bidang perikanan dan
kelauatan : •
Melakukan perencanaan pengelolaan terumbu karang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
• Melakukan pembinaan pelaksanaan kegiatan pengelolaan terumbu
karang yang berkelanjutan •
Melakukan koordinasi dan fasilitas aktifitas yang mendorong kegiatan penge lolaan terumbu karang
• Memberikan dukungan pendanaan pengelolaan terumbu karang
• Melakukan pengawasan dan evaluasi
• Melakukan koordinasi program antara instasi terkait dalam
pengelolaan terumbu karang b Peningkatkan peran perangkat hukum dan politik, serta perangkat
birokrasi dalam merumuskan peraturan pemerintah daerah yang mengakomodasi kepentingan ekologi, ekonomi dan sosial masyarakat
serta kepentingan pendidikan dan pelatihan dalam pengelolaan kawasan DPL
c Menata ruang dan zonasi kawasan konservasi sesuai dengan peruntukan untuk meminimalisasi dampak kerusakan ekosistem lainnya yang
mempengaruhi kawasan konservasi terumbu karang d Meningkatkan pelayanan hukum dan menerapkan implikasi hukum yang
jelas terhadap setiap tindakan pengerusakan ekosistem dan sumberdaya pesisir, laut dan pulau-pulau kecil, tanpa pilih kasih dan keperpihakan
pada satu kelompok tetentu e Memberikan dukungan penuh kepada masyarakat dan pengelolaan
kawasan konservasi dalam melakukan monitoring, pengawasan dan pengendalian kawasan ekosistem terumbu karang di DPL Pulau Sekate
f Menjalin kerjasama antar pemerintah daerah, pengusaha perikanan kaarang dan masyarakat untuk menghindari terjadinya tumpang tindih
overlapping antar kepentingan pemerintah daerah, pengusaha perikanan karang, dan kepentingan masyarakat.
VI. SIMPULAN DAN SARAN
6.1. Simpulan
Berdasarkan hasil pengamatan secara langsung di lapangan dan analisis data, serta pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut : 1. Kondisi Perairan dan Perubahan Kondisi Ekosistem Terumbu Karang sebelum
dan susadah dijadikan DPL a. Kondisi perairan DPL Pulau Sekate dapat mendukung untuk pertumbuhan
terumbu karang secara alami, sehingga diharapkan tutupan karang hidup dikawasan ini dapat meningkat.
b. Perbandingan Tutupan Karang Hidup, Ikan Karang dan Megabhentos antara Pengamatan Waktu T
, T
1
, T
2
, dan T
3
di Pulau sekate. 1 Secara visual terjadi penurunan persentase tutupan karang hidup
setelah pembentukan DPL pada tahun 2006, dimana pada studi baseline t
tahun 2004 tutupan karang sebesar 69,34 terjadi penurunan sebesar 1,37 pada monitoring pertama t1 tahun 2007
menjadi sebesar 67,97 dimana pada waktu ini DPL telah di bentuk. Penurun tutupan karang terjadi kembali sebesar 14,64 pada
monitoring t
2
tahun 2008 menjadi sebesar 53,33 dan pada hasil penelitian t
3
tahun 2009 terjadi peningkatan sebesar 14,38 karang hidup menjadi sebesar 67,71.
2 Terjadinya penurunan kesehatan terumbu karang setelah pemebentukan DPL Pulau Sekate, hal ini terlihat dari menurunnya
jumlah kelimpahan jenis ikan indikator sebagai ikan karang yang khas mendiami daerah terumbu karang dan menjadi indikator kesuburan
ekosistem daerah tersebut, dimana jika dibandingkan pada monitoring terumbu karang pada tahun 2007 dan 2008 dan penelitian pada tahun
2009 terjadi dibandingkan tahun 2004 sebelum pembentukan DPL. 3 Dari hasil RCB diperoleh bahwa di peraiaran kepuluan Sekate untuk
tiap-tiap stasiun di dominasi oleh Diadema setosum. Pada pengamatan