b. Komponen pertumbuhan nasional secara implisit mengemukakan bahwa laju
pertumbuhan suatu wilayah hanya disebabkan oleh kebijakan nasional tanpa memperhatikan sebab-sebab laju pertumbuhan yang bersumber dari wilayah
tersebut. c.
Kedua komponen pertumbuhan wilayah yaitu Pertumbuhan Proporsional PP dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah PPW mengasumsikan bahwa perubahan
penawaran dan permintaan, teknologi dan lokasi diasumsikan tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan wilayah. Di samping itu, analisis Shift
Share juga mengasumsikan bahwa semua barang dijual secara nasional, padahal tidak semua demikian.
2.5. Penelitian Terdahulu
Restuningsih 2003 menganalisis tentang pertumbuhan sektor-sektor ekonomi di Provinsi DKI Jakarta sebelum dan masa krisis ekonomi, dengan
menggunakan analisis Shift Share. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada krisis ekonomi, pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta dan nasional mengalami
penurunan. Jika ditinjau secara sektoral, sektor bangunan dan konstruksi merupakan sektor ekonomi yang mengalami kontraksi terbesar dan sektor
perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor ekonomi yang mengalami kontraksi terkecil baik pada Provinsi DKI Jakarta maupun pada perekonomian
nasional. Krisis ekonomi menyebabkan sebagian besar sektor ekonomi di Provinsi DKI Jakarta tidak dapat bersaing dengan baik, yaitu sektor pertanian,
sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan dan konstruksi dan sektor jasa-jasa. Sedangkan sektor yang dapat bersaing adalah
sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor angkutan dan komunikasi serta
sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.
Wahyuni 2007 menggunakan analisis Shift Share dalam menganalisis pertumbuhan sektor-sektor ekonomi di Kota Tangerang periode 2001-2005. Pada
kurun waktu tersebut, terdapat enam sektor yang memiliki pertumbuhan yang progresif yaitu sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, sektor angkutan
dan komunikasi, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan dan konstruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor jasa-jasa. Sektor-sektor
perekonomian Kota Tangerang secara umum di dukung oleh dayasaing wilayah yang baik yaitu sektor-sektor perekonomian tersebut memiliki nilai komponen
pertumbuhan pangsa wilayah yang positif. Dengan total nilai pergeseran bersih yang positif, ini berarti bahwa pada tahun 2001-2005, Kota Tangerang termasuk
kota yang mengalami laju pertumbuhan yang progresif. Putra
2004 menganalisis
tentang pertumbuhan
sektor-sektor perekonomian di Kota Jambi periode 1994-2002 dengan menggunakan alat
analisis Shift Share. Hasil penelitian menujukkan bahwa pada kurun waktu 1994- 1996, sektor industri pengolahan merupakan sektor yang memiliki laju
pertumbuhan paling cepat, sedangkan sektor yang laju pertumbuhannya paling lambat adalah sektor jasa-jasa. Dilihat dari dayasaing, sektor pertambangan
merupakan sektor yang memiliki dayasaing paling baik bila dibandingkan dengan kabupaten lain, sedangkan sektor yang tidak mampu bersaing dengan kabupaten
lain adalah sektor industri pengolahan. Pada tahun 1997-1999, sektor yang memiliki laju pertumbuhan paling cepat adalah sektor pertambangan. Sedangkan
sektor yang memilki laju pertumbuhan paling lambat adalah sektor bangunan dan konstruksi. Pada masa otonomi daerah tahun 2000-2002, seluruh sektor-sektor
ekonomi Kota Jambi memiliki pertumbuhan yang lambat dan kalah bersaing dengan kabupaten lain di Provinsi Jambi. Pertumbuhan sektor-sektor ekonomi
yang lambat pada masa otonomi daerah bukan berarti kebijakan otonomi daerah tidak efektif, tetapi karena dalam penelitian tersebut kurun waktu yang digunakan
hanya dua tahun yaitu 2000 sampai 2002, sehingga belum terlihat dengan jelas perubahan struktur perekonomian yang ada di Kota Jambi.
Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, analisis Shift Share dapat digunakan untuk menganalisis sektor-sektor perekonomian dari wilayah
kabupatenkota sampai tingkat nasional dengan melakukan perbandingan laju pertumbuhan. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya karena
menggunakan periode 1996-2007 sebagai kurun waktu analisis serta dilakukan di tempat penelitian yang berbeda yaitu Kabupaten Banjarnegara.
2.6. Kerangka Pemikiran