Bersama Bupati Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap dan Kebumen No. 130 A Tahun 2003, No. 36 Tahun 2003 dan No. 16 Tahun 2003.
4.4.7. Regulasi Sektor Angkutan dan Komunikasi
UU No. 25 Tahun 2004, menyebutkan bahwa tiap daerah harus meningkatkan aksesbilitas pelayanan transportasi. Sebagai upaya membedah jalur
transportasi di Jawa Tengah bagian selatan, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah meningkatkan status jalan raya Kajen Pekalongan-Banjarnegara. Pembedahan
jalur transportasi bagian selatan diharapkan bisa mengurangi volume kendaraan di jalur pantura yang selama ini dikenal padat. Jalan tersebut akan digunakan untuk
jalur utama transportasi darat. Sebagai tahap awal, jalan itu akan dilalui angkutan transportasi Solo-Yogyakarta-Kebumen-Banjarnegara-Kajen-Jakarta. Bila jalur ini
dapat dibuka, dampaknya adalah membuka isolasi daerah dengan harapan terjadinya pertumbuhan ekonomi masyarakat.
4.4.8. Regulasi Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Berdasarkan Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, salah satu prioritas pembangunan nasional
adalah peningkatan pelayanan dasar dan pembangunan pedesaan melalui perumahan dan pemukiman. Kebijakan tersebut diarahkan untuk meningkatkan
penyediaan hunian yang layak huni bagi masyarakat berpenghasilan rendah melalui pembangunan rumah sederhana sewa beserta sarana dan sarana dasarnya
serta peningkatan kualitas lingkungan perumahan. Dalam rangka mendukung gerakan nasional pengembangan sejuta rumah bagi masyarakat berpenghasilan
rendah yaitu penghasilan setiap bulannya di bawah Rp. 2,5 juta, Pemerintah
Kabupaten Banjarnegara bekerjasama dengan Dewan Koperasi Indonesia Dekopin mewujudkan gerakan tersebut mulai bulan Februari 2008. Untuk
menunjang keberhasilan gerakan tersebut, pemerintah menyediakan tanah sejumlah 3,5 hektar untuk membangun 300 unit rumah.
Pada subsektor perbankan, untuk mewujudkan bank yang kuat, sehat dan mampu bersaing, BPRBKK di Banjarnegara melakukan merger. Kebijakan ini
diambil merujuk pada ketentuan Bank Indonesia BI mengenai pemenuhan modal disetor, yakni peraturan BI No. 622PBI2004 tentang Bank Perkreditan Rakyat.
Tujuan dari dilakukannya merger adalah efisiensi anggaran dan mewujudkan bank dengan struktur permodalan yang kuat, sehingga mampu memberikan pelayanan
optimal kepada masyarakat. Sesuai ketentuan merger, BPRBKK di Banjarnegara sepakat bernaung dalam satu bank yang disepakati bernama BPRBKK Mandiraja.
Ada 14 BPRBKK yang dimerger dari 18 BPRBKK yang ada di Banjarnegara. Selebihnya statusnya masih BKK, sehingga kemungkinan besar akan diakuisisi.
4.4.9. Regulasi Sektor Jasa-Jasa
UU No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, menyebutkan bahwa pemerintah mendorong penanaman modal dalam negeri dan penanaman modal
asing di bidang kepariwisataan sesuai dengan rencana induk pembangunan kepariwisataan nasional, provinsi dan kabupatenkota. Pengembangan pariwisata
yang kini sedang diupayakan oleh Pemerintah Kabupaten Banjarnegara adalah mempromosikan kepada investor untuk menanamkan modalnya pada kawasan
wisata yang potensial namun belum dimanfaatkan. Salah satunya adalah “Sibira
Resort”, daerah tujuan wisata di dataran tinggi Dieng yang selama ini belum pernah dibuka untuk wisatawan.
Potensi yang ada di lokasi Sibira Resort yaitu kawah Sileri, air panas Bitingan dan curug Si Rawe. Sileri merupakan kawah terluas di kawasan wisata
Dieng, Bitingan merupakan sumber air panas debit tinggi, sedangkan Si Rawe merupakan air terjun eksotis yang didalamnya terdapat sumber air panas dan air
dingin. Ditambah lagi, pemandangan alam yang masih asli menjadikan Sibira sebagai alternatif resort wisata yang eksotik di Jawa Tengah. Hal ini
menunjukkan bahwa tidak menutup kemungkinan jika Sibira dijadikan resort akan mewujudkan keinginan wisatawan untuk menginap di kesejukan udara Dieng.
Berbagai insentif telah ditawarkan Pemerintah Kabupaten kepada investor yang berminat
menanamkan modalnya di “Sibira Resort”. Insentif tersebut antara lain berupa penundaan pembayaran retribusi sampai dengan usaha operasional
satu tahun; Pemkab menjamin keamanan dan kenyamanan berusaha bagi investor; Pemkab memberi bantuan dalam penanganan permasalahan sosial, hukum dan
kemasyarakatan; Pemkab bertanggung jawab terhadap keamanan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten Banjarnegara; Pemkab memberikan
dukungan infrastruktur menuju lokasi usaha; Pemkab menyediakan tenaga kerja dan memberikan kemudahan
–kemudahan. Sistem pola kerjasama yang ditawarkan Pemkab adalah joint venture. Dimana investasi antara investor dengan pemerintah
Kabupaten akan digunakan dalam hal perbaikan dan pembangunan sarana dan prasarana atau infrastruktur. Selanjutnya, pembagian keuntungan berdasarkan
penilaian kontribusi modalaset.
Pengembangan pariwisata juga harus dilakukan pada tempat wisata yang sudah dikelola. Di Kabupaten Banjarnegara terdapat dataran tinggi Dieng, arung
jeram sungai Serayu, argowisata Tambi, telaga Menjer, taman rekreasi Margastwa Serulingmas dan pusat kerajinan keramik Klampok. Strategi yang dapat dilakukan
adalah dengan peningkatan promosi ke luar daerah, dan memperlancar infrastruktur menuju lokasi wisata. Pengelolaan kepariwisataan yang baik dan
berkelanjutan berpotensi memberikan kesempatan bagi tumbuhnya ekonomi di suatu daerah.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Sektor yang memiliki laju pertumbuhan cepat di Kabupaten Banjarnegara
adalah sektor yang memiliki nilai pertumbuhan proporsional positif sepanjang periode 1996-2007 yaitu sektor listrik, gas dan air bersih
sebesar 44,5 persen pada 1996-2000 dan 3,63 persen pada 2001-2003 selanjutnya 8,7 persen pada 2004-2007, sektor pertambangan dan
penggalian sebesar 14,03 persen pada 1996-2000 dan 0,12 persen pada 2001-2003 selanjutnya 16,8 persen pada 2004-2007, sektor angkutan dan
komunikasi sebesar 22,6 persen pada 1996-2000 dan 2,81 persen pada 2001-2003 selanjutnya 6,5 persen pada 2004-2007. Sepanjang periode
1996-2007, sektor yang memiliki perubahan dalam laju pertumbuhan proporsional adalah sektor pertanian, sektor industri pengolahan, sektor
bangunan dan konstruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa. Perubahan
laju pertumbuhan sektor-sektor perekonomian tersebut disebabkan adanya perubahan ketersediaan bahan mentah, perubahan permintaan produk
akhir serta perubahan dalam struktur dan keragaman pasar. 2.
Pada periode 1996-2007, sebagian besar sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Banjarnegara memiliki dayasaing yang kurang baik
dibandingkan Provinsi Jawa Tengah. Beberapa faktor yang menyebabkan sektor-sektor
perekonomian di
Kabupaten Banjarnegara
kurang