setempat dengan hasil yang kurang optimal. Dengan keterbatasan peralatan, hasil yang diperoleh pun tidak banyak. Dalam hal kualitas juga tidak sebaik jika
diproses dengan teknologi canggih. Selain itu, hasil tambang hanya dijual dalam bentuk crudegalian yang hanya memberikan nilai tambah rendah.
Sebagai contoh, kisah nyata para penambang batu lempeng di Bukit Sitedeng, Desa Sarwodadi, Pejawaran, Kabupaten Banjarnegara. Beberapa warga
berusaha mengolah batu lempeng di bukit berketinggian 1.500 m dpl hanya dengan berbekal palu dan tatah. Kedua piranti itu digunakan untuk memotong
batu agar ketebalannya hanya 1,5-2 cm. Fakta ini menyiratkan bahwa investasi di bidang pertambangan sangat diperlukan Kabupaten Banjarnegara agar dayasaing
dapat diciptakan. Selain itu, dengan pembangunan pusat-pusat pengolahan hasil tambang, potensi tambang yang dimiliki Kabupaten Banjarnegara akan
berdampak riil terhadap kesejahteraan masyarakat yaitu tertampungnya ribuan tenaga kerja lokal.
4.4.3. Regulasi Sektor Industri Pengolahan
Berdasarkan Perda No. 7 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah RPJM Kabupaten Banjarnegara 2006-2011, salah satu arah
kebijakan ekonomi Kabupaten Banjarnegara tahun 2009 adalah meningkatkan peran UMKM dalam pemenuhan kebutuhan pasar domestik dan orientasi ekspor
serta pengembangan kewirausahaan untuk mendorong dayasaing. Selain itu, kebijakan diarahkan untuk meningkatkan kualitas sektor industri melalui
pemanfaatan teknologi, kelembagaan dan sarana prasarana pendukung.
Di Kabupaten Banjarnegara terdapat beberapa industri kerajinan rakyat, antara lain keramik, mebel bambu, anyaman bambu, sangkar burung dan batu
bata. Kecamatan Klampok terkenal sebagai sentra industri kerajinan keramik. Kerajinan berbahan baku baku tanah liat dengan sistem glasseur berkembang
sejak zaman penjajahan Belanda. Saat ini, para perajin setempat mulai mengembangkan motif tradisionil dan Asmat Papua dari bentuk bangku, tempat
payung sampai sovenir pesta pernikahan. Lokasi sentra industri ini mudah dicapai, karena berada pada jalur Banjarnegara-Banyumas. Di sepanjang jalan ini perajin
menjadikan rumahnya sekaligus sebagai show room. Untuk mengembangkan sektor industri, Pemerintah Daerah perlu
mendorong intervensi perbankan untuk membiayai jenis-jenis industri pengolahan yang berbasis padat karya, sehingga akan sangat membantu pemerintah dalam
mengurangi pengangguran, sekaligus mendorong tumbuhnya kegiatan di sektor riil. Sebagai contoh adalah penyaluran kredit modal kerja bagi industri pengolahan
kecil dan menengah. Strategi lain yang dapat dilakukan adalah dengan perbaikan mutu, desain, dan teknologi olahan.
4.4.4. Regulasi Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih
Terdapat pro dan kontra dalam penetapan Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2008 tentang Usaha Ketenagalistrikan Daerah Kabupaten Banjarnegara.
Pajak pembangkit listrik sungai alam ditetapkan sebesar 3 persen selama tujuh tahun pengoperasian. Kemudian pajaknya menjadi 21 persen setelah beroperasi
lebih dari tujuh tahun. Penetapan pajak tersebut dianggap memberatkan para investor. Pihak Pemerintah Kabupaten Banjarnegara mengklaim bahwa pajak itu
realistis dan digunakan untuk perbaikan irigasi serta menjaga hutan di sepanjang aliran sungai.
UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, menyebutkan untuk meningkatkan penggunaan produksi listrik di
wilayah pedesaan dengan menggunakan energi terbarukan setempat. Dengan adanya Undang-Undang ini beberapa investor tertarik untuk menanamkan
modalnya pada subsektor listrik. Hal ini dilatarbelakangi karena terjadinya krisis listrik di Indonesia, sehingga perlu menggali sumber-sumber listik baru untuk
memenuhi kebutuhan listrik masyarakat. Dalam rangka mendukung UU No. 25 Tahun 2004, pada tahun 2008, di
Kabupaten Banjarnegara dibangun Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro PLTM. Terdapat enam titik yang akan dijadikan sumber PLTM itu yaitu di Desa
Pagerpelah, Kecamatan Karangkobar berdaya 2.900 Kw, Sijeruk Banjarmangu berdaya 3.580 Kw, Kalibening berdaya 3.000 Kw, Jlegong, Karangkobar berdaya
2.700 Kw, Jenggung, Banjarmangu berdaya 2.200 Kw, dan Paweden, Karangkobar berdaya 3.160 Kw. Enam titik tersebut berada di tiga sungai yakni
sungai Urang ada empat titik, sedangkan sungai Bombong dan Brukah masing- masing satu titik.
Selanjutnya, PT Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan atau IP UBP Pusat Listrik Tenaga Air Mrica, Banjarnegara membangun dua unit PLTA mini
dengan kapasitas terpasang 8,5 megawatt. Energi listrik ini akan masuk ke jaringan interkoneksi Jawa-Bali. Dua PLTA Mini akan dibangun di Desa Siteki
Kecamatan Rakit
dan Plumbungan
Kecamatan Pagentan,
Kabupaten
Banjarnegara. PLTA Siteki didesain untuk menghasilkan listrik 1,3 megawatt MW dan PLTA Plumbungan 1,6 megawatt. PLTA mini ini akan memanfaatkan
aliran air dari jaringan irigasi Serayu Banjarcahyana yang selama ini hanya dimanfaatkan untuk mengairi lahan pertanian.
4.4.5. Regulasi Sektor Bangunan dan Konstruksi