Regulasi Sektor Pertanian Regulasi Sektor-Sektor Perekonomian di Kabupaten Banjarnegara

II. Hal ini berarti bahwa sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dayasaingnya menurun tetapi laju pertumbuhannya bertambah cepat. Gambar 7. Profil Pertumbuhan Sektor-Sektor Perekonomian di Kabupaten Banjarnegara Periode 2004-2007

4.4. Regulasi Sektor-Sektor Perekonomian di Kabupaten Banjarnegara

Untuk mendukung pertumbuhan suatu sektor perekonomian, diperlukan regulasi sebagai acuan dalam melaksanakan kebijakan. Regulasi sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Banjarnegara beserta permasalahannya akan dijelaskan sebagai berikut.

4.4.1. Regulasi Sektor Pertanian

Kebijakan ekonomi pada sektor pertanian terdapat dalam Perda Nomor 7 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah RPJM Daerah -20 -15 -10 -5 5 10 -10 -5 5 10 15 20 PP PPW Pertumbuhan Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten Banjarnegara Periode 2004-2007 Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan dan Konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-Jasa Kabupaten Banjarnegara 2006-2011. Perda tersebut mengandung program- program yang harus dijalankan dalam kurun waktu lima tahun. Sedangkan pelaksanaan setiap tahunnya terdapat dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah RKPD. Kebijakan sektor pertanian dalam RKPD tahun 2009 di Kabupaten Banjarnegara akan difokuskan pada peningkatan produktifitas pertanian termasuk di dalamnya tanaman pangan, perikanan, peternakan, perkebunan dan kehutanan yang berorientasi pada sistem agribisnis dan agro industri guna mempertahankan swasembada pangan dan ketahanan pangan daerah. Selanjutnya dalam Perda Nomor 7 Tahun 2007, kebijakan Pemerintah Kabupaten Banjarnegara akan difokuskan untuk meningkatkan struktur perekonomian daerah melalui pengembangan potensi dan produk unggulan daerah yaitu dengan cara pengembangan ekspor dan peningkatan dayasaing. Berdasarkan keputusan Bupati No. 500392 Tahun 1999, potensi unggulan Kabupaten Banjarnegara di bidang pertanian diantaranya teh, kentang dan salak. Dalam mengembangkan sektor ini terdapat isu pokok pembangunan yang harus segera diatasi, yaitu terjadinya degradasi lingkungan yang disebabkan sistem pola tanam yang tidak memperhatikan aspek konsevasi dan struktur batuan yang kurang mendukung. Kabupaten Banjarnegara merupakan penghasil tanaman kentang terbesar kedua di Provinsi Jawa Tengah Tabel 28, pengembangan tanaman kentang di Kabupaten Banjarnegara terutama terdapat di dataran tinggi Dieng, khususnya di Kecamatan Batur, Pejawaran, Pagentan, Wanayasa, dan Karangkobar. Namun, terdapat persoalan lingkungan dalam pengembangan tanaman ini. Tabel 28. Sentra Produksi Kentang di Provinsi Jawa Tengah Kabupaten Luas panen hektare Produktivitas kwintalha Produksi ton Wonosobo 2.242 269,77 604.832 Banjarnegara 2.474 150,98 373.530 Brebes 1.607 146,57 235.531 Batang 824 185,17 152.582 Magelang 355 127,68 45.326 Purbalingga 161 180,99 29.140 Tegal 82 158,06 12.961 Pekalongan 71 179,44 12.740 Karanganyar 37 140,30 5.191 Temanggung 64 81,03 5.186 Semarang 10 233,00 2.330 Pemalang 14 130,14 1.822 Sumber: Dinas Petanian Jawa Tengah, 2005. Lahan kritis di Kabupaten Banjarnegara muncul setelah hutan produksi, hutan konservasi, serta hutan lindung dijarah besar-besaran tahun 1998-1999 Burhanudin, Rukmorini dan Herusansono, 2008. Ketika krisis 1998-1999, hampir 90 persen kawasan hutan di Sindoro-Sumbing termasuk Dieng habis dibabat, tidak terkecuali hutan lindung. Dari periode kasus penjarahan ini, pola penjarahan hutan akibat krisis politik justru lebih tinggi. Setiap menjelang dan sesudah pemilihan umum, aksi penjarahan dan pembalakan liar hutan paling tinggi terjadi. Pada tahun 2002 penjarahan hutan mencapai 3.112 pohon kemudian menjadi 3.988 pohon pada tahun 2003. Jumlah tersebut meningkat saat tahun 2004 bersamaan pemilu mencapai 9.131 pohon, kemudian menurun tahun 2005 hanya 660 pohon. Lahan hutan yang gundul itu, digunakan untuk perluasan lahan tanaman kentang. Alih fungsi lahan besar-besaran di kawasan lindung Dieng menjadi ladang kentang selama tiga dekade terakhir telah menimbulkan problematika lingkungan, sosial, dan ekonomi yang saling tumpang tindih. Kondisi itu telah mengubah Dieng menjadi lahan yang terdegradasi dan berpotensi menimbulkan kerusakan lingkungan dalam skala yang besar. Salah satu sistem pola tanam yang tidak memperhatikan aspek lingkungan adalah penggunaan pestisida dan pupuk kimia yang berlebihan. Kondisi ini terjadi di tanah Dieng Kabupaten Banjarnegara yang sudah berkurang tingkat kesuburannya, karena tanaman kentang yang ditanam terlampau banyak terkontaminasi pestisida dan pupuk kimia. Kesalahan pemakaian pupuk kimia yang berlebihan guna mendongkrak hasil panen kentang justru membalikkan kesuburan tanah. Dilatarbelakangi dengan kondisi semacam itu, Pemerintah Daerah perlu menggalakkan pertanian organik secara insentif agar produksi pertanian bisa meningkat. Diantaranya dengan menyelenggarakan pelatihan kepada kelompok tani tentang bioteknologi pembuatan pupuk organik, pemanfaatan pupuk organik untuk peningkatan produksi, mekanisasi pupuk organik dan perawatannya serta praktek pembuatan pupuk organik. Persoalan lain di bidang pertanian yang kini tengah di hadapi Kabupaten Banjarnegara adalah hampir 50 persen petani di Banjarnegara lebih memilih menanam padi IR 64. Padahal, jenis itu saat ini sudah tak begitu tahan terhadap wereng. Jika terjadi ledakan serangan wereng, bisa dibayangkan 50 persen tanaman padi petani Banjarnegara akan habis. Untuk itulah, sudah tiba saatnya petani mencoba mengembangkan varietas lain. Dukungan atas usaha pengembangan berbagai varietas padi di Kabupaten Banjarnegara sangat penting sebab upaya penganekaragaman itu akan memperluas pengetahuan petani dan berdampak pada kemajuan bidang pertanian. Untuk itu, program peningkatan penyuluhan kepada para petani untuk saat ini sangat penting untuk dilaksanakan. Produksi padi per hektar di Banjarnegara sebenarnya cukup tinggi. Terlebih setelah digunakannya benih padi varietas unggulan yang sudah diujicobakan di beberapa desa di Kecamatan Purwonegoro. Produksi padi yang tinggi itu belum bisa mencukupi kebutuhan pangan warga Banjarnegara karena lahan pertanian sawah yang menggunakan varietas unggul ini masih relatif sempit. Hal ini bukan berarti warga Banjarnegara kekurangan pangan, karena sebagian besar penduduk di beberapa daerah, terutama di Banjarnegara bagian utara dan selatan, secara alamiah sudah terbiasa melakukan diversifikasi pangan. Di beberapa tempat, penduduk terbiasa mengonsumsi jagung, singkong, dan ubi. Kebutuhan pangan warga juga dipenuhi dari kacang-kacangan atau kentang sehingga tidak ada penduduk Banjarnegara yang kekurangan pangan. Meskipun tidak memiliki tambak atau laut, warga Banjarnegara turut serta mengembangkan perikanan. Pengembangan dilakukan dengan menggunakan sistem karamba jala apung dan mina padi perikanan di sawah. Karamba memanfaatkan waduk Mrica di Kecamatan Wanadadi dan Bawang. Di lokasi tersebut tersebar ratusan karamba berisi ikan gurame, tawes, nila gift atau lele. Komoditas unggulan subsektor perikanan di Kabupaten Banjarnegara adalah ikan gurame. Hasil panen ikan dikirim ke kota besar di Jawa untuk keperluan restoranrumah makan. Sentra budidaya ikan di Kabupaten Banjarnegara terdapat di Kecamatan Kota, Sigaluh, Klampok, Purwonegoro, Bawang, Wanadadi, Madukara, Banjarmangu dan Rakit. Pengoptimalan sumberdaya lokal perlu dipertajam lagi dengan kebijakan yang berpihak pada pertanian. Dengan begitu, pemulihan ekonomi pasca krisis serta kendala pada sektor pertanian seperti rendahnya tingkat efisiensi dan produktifitas juga semakin berkurangnya luasan dan produktifitas lahan pertanian dapat diatasi. Pembangunan sektor pertanian di Kabupaten Banjarnegara sangat memegang peranan penting. Oleh karena itu, harus mendapat prioritas utama dalam pembangunan daerah mengingat sektor ini merupakan kontributor terbesar dalam PDRB Kabupaten Banjarnegara. Strategi yang dapat dilakukan dalam upaya meningkatkan pertumbuhan sektor pertanian adalah peningkatan produktivitas pertanian agrobisnis melalui optimalisasi pemanfaatan SDA, peningkatan SDM, kelembagaan, serta memperbaiki akses terhadap permodalan, teknologi, pemasaran, dan fasilitas penunjang lainnya. Konsep pertanian berwawasan lingkungan juga harus dilakukan agar tidak terjadi degradasi lahan yang nantinya berpengaruh pada hasil pertanian. Selain itu, perlu dilakukan pengembangan penanganan pascapanen dan agroindustri. Peran agroindustri penting dalam menyerap produksi pertanian dan menciptakan nilai tambah komoditi pertanian. Untuk itu, perlu peran serta Pemerintah Daerah dalam mengundang investor di bidang pertanian. Salah satunya dengan mempromosikan kepada investor tentang kekayaan bahan baku pertanian yang dimiliki Kabupaten Banjarnegara seperti kentang, sayur mayur, teh dan sebagainya. Harapannya, dengan meningkatnya produksi dan produktifitas hasil pertanian maka akan mendorong tumbuh dan berkembangnya sektor lain seperti industri pengolahan dan jasa.

4.4.2. Regulasi Sektor Pertambangan dan Penggalian