Sarana Angkutan Operasi angkutan yang ada hingga kini telah menjangkau hampir sampai
kepelosok desa. Di masa mendatang diharapkan jalur-jalur trayek akan bertambah, sehingga mempercepat pemerataan pembangunan.
Prasarana Pengairan Jaringan pengairan yang ada terdiri dari pengairan teknis dan nonteknis dengan
kondisi sebagai berikut: a. Jaringan irigasi primer sepanjang 131,142 m
b. Jaringan irigasi sekunder sepanjang 311.174 m c. Jaringan irigasi pedesaan, tersebar di seluruh kecamatan
Komunikasi Komunikasi pada saat ini merupakan kebutuhan pokok. Dari data yang ada,
tercatat di Kabupaten Banjarnegara telah terlayani telepon manual 6361 SST, sedangkan yang lain menggunakan telepon seluler nir
kabel.
4.2. Pertumbuhan Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten Banjarnegara
Periode 1996-2000
Pertumbuhan sektor-sektor perekonomian periode 1996-2000 dapat dijelaskan dengan analisis perubahan PDRB dan analisis shift-share. Penjelasan
sektoral pada kurun waktu ini dapat dijelaskan sebagai berikut.
4.2.1. Analisis PDRB Kabupaten Banjarnegara dan PDRB Provinsi Jawa
Tengah Periode 1996-2000
Perkembangan perekonomian di suatu daerah dapat dilihat dari indeks perkembangan PDRB di daerah tersebut. Di Kabupaten Banjarnegara pada
periode 1996-2000 rata-rata pertumbuhan ekonomi daerah secara riil hanya sebesar 1,11 persen Tabel 1. Pertumbuhan ekonomi ini tidak terlepas dari
pertumbuhan yang ada pada masing-masing sektor perekonomian. Pada kurun waktu tersebut yaitu pada akhir 1997 terjadi krisis ekonomi yang mengakibatkan
terpuruknya perekonomian Indonesia. Dampak krisis tersebut berimbas pula pada perekonomian di daerah-daerah termasuk Kabupaten Banjarnegara. Dalam kurun
waktu empat tahun tersebut, beberapa sektor-sektor ekonomi di Kabupaten Banjarnegara memiliki pertumbuhan yang negatif.
Berdasarkan Tabel 7, menunjukkan bahwa pada kurun waktu 1996-2000, sektor yang memiliki tingkat pertumbuhan terbesar adalah sektor listrik, gas dan
air bersih, yaitu sebesar 34,22 persen. Walaupun sektor listrik, gas dan air bersih mengalami tingkat pertumbuhan PDRB yang tinggi, namun tidak cukup
mendukung pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banjarnegara karena kontribusi terhadap total PDRB sangat kecil. Relatif tingginya pertumbuhan sektor ini
disebabkan naiknya pemakaian energi listrik akibat tambahan pemasangan baru yang pertumbuhannya lebih besar dibanding semasa krisis sampai tahun 1999,
dimana pada masa itu pemasangan listrik baru mengalami hambatan karena keterbatasan bahan material untuk pemasangan ke konsumen-konsumen.
Sedangkan sesudah tahun 1999 pemasangan baru mulai dibuka lagi dengan daya yang lebih besar. Selain itu, meningkatnya jumlah penduduk dan faktor kebutuhan
utama pula yang menyebabkan sektor ini masih mengalami pertumbuhan positif. Sektor yang memiliki pertumbuhan terbesar kedua adalah sektor angkutan
dan komunikasi. Sektor angkutan dan komunikasi mengalami kenaikan sebesar
32,15 persen, hal ini akibat meningkatnya kegiatan angkutan pada tahun 1999 yang sempat terpuruk akibat melonjaknya harga-harga suku cadang kendaraan
yang sebagian besar merupakan barang impor. Urutan pertumbuhan terbesar selanjutnya diduduki oleh sektor jasa-jasa yaitu sebesar 29,95 persen. Kenaikan
sektor jasa yang cukup berarti terjadi pada tahun 1999, dimana subsektor jasa pemerintahan sebagai salah satu subsektor pada sektor jasa mengalami kenaikan
karena adanya pegawai pusat yang struktur gajinya masuk ke anggaran pemerintah daerah sehubungan dengan persiapan otonomi daerah. Disamping itu,
kenaikan subsektor jasa perorangan yang mulai meningkat sehubungan mulai pulihnya kegiatan perekonomian.
Tabel 7. Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1993 di Kabupaten Banjarnegara Juta Rupiah
No Sektor
PDRB Juta rupiah
Perubahan PDRB
Juta rupiah Persen
1996 2000
1 Pertanian
358.689,15 343.473,82
-15.215,33 -4,24
2 Pertambangan dan
Penggalian 4.531,66
4.556,05 24,39
0,54 3
Industri Pengolahan 144.270,80
124.966,86 -19.303,93
-13,38 4
Listrik,Gas dan Air Bersih
2.842,97 3.815,76
972,79 34,22
5 Bangunan dan
Konstruksi 61.624,77
47.630,17 -13.994,60
-22,71 6
Perdagangan, Hotel dan Restoran
116.537,59 104.588,84
-11.948,76 -10,25
7 Angkutan dan
Komunikasi 29.330,08
38.758,92 9.428,84
32,15 8
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
38.562,68 38.823,69
261,01 0,68
9 Jasa-Jasa
111.032,17 144.289,26
33.257,09 29,95
Total 867.421,87
850.903,38 -16.518,49
-1,91 Sumber : BPS Kabupaten Banjarnegara, 2000 diolah.
Sepanjang kurun waktu 1996 sampai 2000, penurunan kontribusi sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan terbesar terjadi pada tahun 1998. Pada
saat krisis konomi, suku bunga yang tinggi mengakibatkan kemampuan masyarakat untuk memperoleh kredit turun dan keuntungan bank turun. Walaupun
pada tahun 1998, subsektor keuangan mengalami penurunan yang drastis namun mulai tahun 1999 perbaikan di sektor ini menjadi sasaran utama yaitu dengan
program rekapitulasi sehingga sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada akhir tahun 2000 dapat mengalami pertumbuhan positif sebesar 0,68 persen.
Sedangkan sektor pertambangan dan penggalian sepanjang kurun waktu 1996 sampai 2000 hanya mengalami pertumbuhan sebesar 0,54 persen.
Sektor pertanian mengalami pertumbuhan yang negatif karena produksi sektor ini mengalami penurunan, walaupun demikian sektor pertanian sepanjang
kurun waktu 1996 sampai 2000 merupakan penyumbang kontribusi terbesar terhadap PDRB Kabupaten Banjarnegara. Tingginya kontribusi sektor pertanian
dalam PDRB karena pola perekonomian Kabupaten Banjarnegara yang agraris dimana sebagian besar masyarakatnya menyandarkan hidupnya pada sektor
pertanian. Penurunan
pertumbuhan sektor
pertanian memengaruhi
sektor perdagangan hasil pertanian sehingga sektor perdagangan mengalami penurunan
sebesar 10,25 persen. Disamping itu, sektor perdagangan dipengaruhi oleh aktivitas sektor pertambangan dan penggalian yang mengalami kenaikan hanya
0,54 persen, termasuk pula aktivitas industri pengolahan yang mengalami penurunan 13,38 persen. Sektor lain yang mengalami pertumbuhan negatif adalah
sektor bangunan dan konstruksi sebesar 22,71 persen. Menurunnya sektor ini akibat krisis moneter pada akhir 1997 menyebabkan melemahnya kondisi
perekonomian sehingga kegiatan pembangunan fisik konstruksi baik berupa gedung, jalan, jembatan, irigasi dan sebagainya mengalami penurunan.
Tabel 8. Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1993 di Jawa Tengah Juta Rupiah
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, 2000 diolah.
Secara umum pada kurun waktu 1996-2000, PDRB Provinsi Jawa Tengah mengalami penurunan, hal ini dilihat dari total perubahan PDRB sebesar negatif
2,2 persen. Dampak krisis ekonomi di bidang moneter sangat memukul perbankan di Provinsi Jawa Tengah, hal ini tercermin melalui penurunan kontribusi PDRB
sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yaitu 2.114.567,23 juta rupiah pada tahun 1996 menjadi 1.605.968,13 juta rupiah pada tahun 2000. Penurunan
tersebut merupakan penurunan terbesar dibanding sektor lain. Sektor bangunan No
Sektor PDRB
Juta rupiah Perubahan
PDRB Juta
rupiah Persen
1996 2000
1 Pertanian
8.487.971,93 8.455.973,17
-31.998,76 -0,38
2 Pertambangan
dan Penggalian 527.557,05
589.963,73 62.406,68
11,83 3
Industri Pengolahan
13.327.648,25 12.421.426,24 -906.222,01
-6,80 4
Listrik, Gas dan Air Bersih
346.833,47 493.724,43
146.890,96 42,35
5 Bangunan dan
Konstruksi 2.011.485,33
1.650.463,27 -361.022,06 -17,95
6 Perdagangan,
Hotel dan Restoran
9.034.329,60 9.632.603,63
598.274,03 6,62
7 Angkutan dan
Komunikasi 1.705.241,76
2.053.018,42 347.776,66
20,40 8
Keuangan, Persewaan dan
Jasa Perusahaan 2.114.567,23
1.605.968,13 -508.599,10 -24,05
9 Jasa-Jasa
4.306.569,10 4.038.526,07 -268.043,03
-6,22 Total
41.862.203,72 40.941.667,09 -920.536,63
-2,20
dan konstruksi, sektor industri pengolahan, sektor jasa-jasa dan sektor pertanian juga mengalami pertumbuhan yang negatif Tabel 8.
Sama halnya di Kabupaten Banjarnegara, sektor listrik, gas dan air bersih merupakan sektor penyumbang kontribusi terkecil dibandingkan sektor lain di
Provinsi Jawa Tengah. Namun demikian, peningkatan PDRB dari sektor ini mengalami peningkatan pertumbuhan terbesar di Provinsi jawa Tengah yaitu
sebesar 42,35 persen. Sektor lainnya yang juga mengalami peningkatan pertumbuhan adalah sektor angkutan dan komunikasi sebesar 20,4 persen, sektor
pertambangan dan penggalian sebesar 11,83 persen, sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 6,62 persen.
4.2.2. Analisis Rasio PDRB Kabupaten Banjarnegara dan PDRB Provinsi Jawa Tengah Nilai Ra, Ri dan ri Periode 1996-2000
Dalam kurun waktu 1996 sampai 2000, secara total perubahan PDRB, sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Banjarnegara dan Provinsi Jawa
Tengah memiliki pertumbuhan yang negatif. Apabila nilai PDRB Provinsi Jawa Tengah dan PDRB Kabupaten Banjarnegara setiap sektor diperbandingkan antara
dua titik waktu yaitu tahun 1996 sebagai tahun dasar analisis dan tahun 2000 sebagai tahun akhir analisis, maka setiap sektor akan memiliki rasio yang
berbeda-beda. Rasio tersebut merupakan rasio PDRB Provinsi Jawa Tengah dan PDRB Kabupaten Banjarnegara yang disajikan dalam bentuk nilai Ra, Ri dan ri.
Nilai Ra diperoleh dari selisih antara total PDRB Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2000 dengan total PDRB Provinsi Jawa Tengah pada tahun 1996
dibagi total PDRB Provinsi Jawa Tengah pada tahun 1996. Karena merupakan
pembagian total PDRB, maka nilai Ra tiap sektor untuk setiap daerah di Provinsi Jawa Tengah memiliki besaran yang sama yaitu -0,02 Tabel 9. Hal ini berarti
pada periode 1996-2000, pertumbuhan ekonomi regional turun dengan rasio -0,02. Nilai rasio Ri diperoleh dari perhitungan selisih antara PDRB sektor i pada
tahun akhir analisis dengan PDRB sektor i pada tahun dasar analisis di Provinsi Jawa Tengah, dibagi dengan PDRB sektor i pada tahun dasar analisis. Nilai Ri
untuk setiap sektor di kabupaten yang ada di Provinsi Jawa Tengah sebagian besar bernilai negatif Ri0 dan yang lain bernilai positif Ri0. Ini berarti bahwa
sebagian besar sektor-sektor perekonomian mengalami pertumbuhan yang negatif dan yang lain mengalami pertumbuhan positif. Sektor yang mengalami
pertumbuhan negatif adalah sektor pertanian, sektor industri pengolahan, sektor bangunan dan konstruksi, sektor kuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta
sektor jasa-jasa. Sedangkan sektor yang mengalami pertumbuhan positif yaitu sektor pertambangan dan penggalian, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor
perdagangan, hotel dan restoran serta sektor angkutan dan komunikasi. Tabel 9. Nilai Ra, Ri dan ri Pada Periode 1996-2000
No Sektor
Ra Ri
ri 1
Pertanian -0,02
-0,003 -0,04
2 Pertambangan dan Penggalian
-0,02 0,12
0,005 3
Industri Pengolahan -0,02
-0,07 -0,13
4 Listrik, Gas dan Air Bersih
-0,02 0,42
0,34 5
Bangunan dan Konstruksi -0,02
-0,18 -0,23
6 Perdagangan, Hotel dan
Restoran -0,02
0,07 -0,10
7 Angkutan dan Komunikasi
-0,02 0,20
0,32 8
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
-0,02 -0,24
0,006 9
Jasa-Jasa -0,02
-0,06 0,30
Sumber : BPS Kabupaten Banjarnegara, 2000 diolah.
Selanjutnya untuk nilai ri setiap sektor perekonomian di Kabupaten Banjarnegara diperoleh dari selisih antara PDRB Kabupaten Banjarnegara tahun
2000 dengan PDRB Kabupaten Banjarnegara tahun 1996 dibagi PDRB Kabupaten sektor i pada tahun 1996. Karena nilai ri merupakan perbandingan
PDRB dari masing-masing kabupaten, maka nilai ri di setiap kabupaten memiliki besaran yang berbeda-beda. Pada Kabupaten Banjarnegara sendiri, nilai ri terbesar
dimiliki oleh sektor listrik, gas dan air bersih yaitu sebesar 0,34 sedangkan nilai ri terkecil dimiliki oleh sektor bangunan dan konstruksi yaitu sebesar -0,23.
4.2.3. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah Periode 1996-2000